Berita Nasional Terkini
Cerita Gede Pasek Soal Balasan Menyakitkan SBY ke Kader yang Bantu Dirinya Gantikan Anas di Demokrat
Cerita Gede Pasek Suardika soal balasan menyakitkan SBY ke kader yang bantu dirinya gantikan Anas Urbaningrum di Partai Demokrat
TRIBUNKALTIM.CO - Partai Demokrat yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) diguncang prahara upaya Kongres Luar Biasa ( KLB).
Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) pun turun gunung meredakan upaya kudeta terhadap AHY.
Eks kader Partai Demokrat Gede Pasek Suardika pun membongkar masa di mana dirinya membantu SBY menggantikan Anas Urbaningrum melalui mekanisme KLB.
Gede Pasek Suardika juga menceritakan soal balas jasa menyakitkan yang didapatkannya usai memuluskan langkah SBY memimpin Partai Demokrat.
Sekretaris Jenderal Partai Hanura Gede Pasek Suardika menceritakan kejadian sebenarnya di balik Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Bali pada 2013.
KLB tahun 2013 itu menjadi saksi terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum baru.
Baca juga: Gibran Langsung Tancap Gas di Solo, Putra Jokowi Ikut Polisi Buru PSK, Hasil Blusukan Sebelumnya
Baca juga: Bukan Desakan Kader, Marzuki Alie Bongkar Cara SBY Singkirkan Lawannya di Demokrat, Ada Istilah Jawa
Pasek yang dahulunya merupakan anggota Partai Demokrat ini menuliskan sejumlah peristiwa di KLB Bali tersebut.
Gede Pasek Suardika menyatakan, ia menceritakan KLB Partai Demokrat di Bali karena didesak banyak pihak untuk mengungkapnya.
Cerita ini diungkap Gede Pasek Suardika seiring dengan kabar pemecatan kader Partai Demokrat.
Gede Pasek Suardika mengaku jika dirinya merupakan pihak pertama yang mengusulkan SBY sebagai ketua umum Partai Demokrat di KLB.
Gede Pasek menyatakan, gagasan itu berawal saat diskusi dengan Anas Urbaningrum yang saat itu masih menjadi ketua umum partai tersebut.
Ketika itu Anas Urbaningrum menjadi tersangka kasus korupsi.
Status Anas yang tersangka membuat adanya kekosongan puncak pimpinan di Partai Demokrat.
"Saat itu nasib teman-teman yang akan ikut Pileg kebingungan.
Lalu muncul ide selamatkan partai dg (dengan, red) cara menjadikan SBY ketum agar tidak pecah," tulis Gede Pasek dalam cuitannya dilansir pada Minggu (28/2).
Baca juga: KPK Bongkar Hubungan Gubernur Sulsel dengan Pemberi Suap, Nurdin Abdullah Akhirnya Tak Tinggal Diam
Lebih lanjut, Gede Pasek menyatakan, gagasan menjadikan SBY sebagai ketua umum ini membuat banyak calon legislator uring-uringan.
Meski demikian, Gede Pasek ngotot untuk mengusung SBY menjadi ketua umum Partai Demokrat.
Hal ini bukan tanpa alasan, Pasek menilai SBY bisa menjaga kekompakan dan menyelamatkan Partai Demokrat jelang pemilu 2014.
Namun, Pasek menyatakan, saat itu ada perdebatan seru terkait keinginannya dan AU menjadikan SBY sebagai ketua umum PD.
Ruhut Sitompul menentang ide Pasek dan Anas ketika itu.
Hal ini lantaran Ruhut menjagokan Pramono Edhie Wibowo, adik ipar SBY untuk menjadi ketua umum PD.
Ruhut menilai Pramono merupakan figur yang diinginkan Cikeas karena Pramono merupakan adik kandung Ani Yudhoyono.
Di tengah konflik itu, Pasek rupanya mendapatkan telepon untuk menghadap SBY yang saat itu masih menjabat Presiden RI 2019-2014.
SBY dan Pasek lantas bertemu sekitar 3-4 hari sebelum KLB di Bali tahun 2013 dilaksanakan.
Pasek dalam pertemuan itu mengungkapkan seluruh gagasannya setelah ditanya SBY.
Hingga kemudian, SBY bersedia menjadi ketua umum dan meminta Anas Urbaningrum mengondisikan para pendukungnya.
Dikatakan Pasek, SBY juga meminta pendukung Anas mengerem Marzuki Alie di bursa calon ketum.
Atas hal ini, Pasek mendatangi rumah Anas Urbaningrum di Duren Sawit, Jakarta Timur untuk membicarakan skenario untuk memuluskan langkah SBY.
"Bahwa hasilnya @SBYudhoyono bersedia jadi ketum dan ini langkah taktis selamatkan teman2 untuk maju Pileg tidak terganggu.
AU tersenyum penuh makna tetapi langsung mulai menelepon daerah," jelas Gede Pasek.
Kendati demikian, Gede Pasek menyatakan jika ia tak mengikuti KLB Partai Demokrat di Bali.
Ia lantas meminta izin langsung pada SBY via BlackBerry Messenger (BBM).
"Sebab banyak DPD dan DPC mau ketemu AU (Anas, red) di Bali. Beliau (SBY, red) pun setuju dan saya ajak AU ke pasar seni Giwang Sukawati, Kintamani sampai makan malam di Jimbaran," papar Pasek.
SBy lantas resmi menjadi ketua secara aklamasi, Pasek pun mendapatkan ucapan terima kasih dari SBY.
Bahkan, ayah Ibas Yudhoyono ini memberikan ucapan terima kasihnya pada Pasek dan Anas Urbaningrum.
SBY juga meminta nama-nama politikus PD dari kubu Anas.
"Saat itu rombongan sedang istirahat di rumah saya. Lalu saya bacakan BBM Beliau.
AU (Anas, red) lalu titip pesan minta waktu besok untuk setor nama," beber Pasek.
Anas Urbaningrum lantas menepati janji dengan menyetor nama-nama tersebut.
Kata Pasek, SBY rupanya tak memakai nama-nama yang diusulkan Anas dalam kepengurusan PD hasil KLB.
"Hilang semua," imbuh Gede Pasek.
Pasek menyatakan, cuma sosok Saan Mustopa yang tetap menjadi wakil sekjen PD.
"Nama saya hanyut.
Di situ Saya baru paham ternyata gentlement agreement sulit bisa dilakukan walaupun dengan figur yang begitu hebat jika memang sudah tidak ada komitmen," jelas Pasek.
Untuk itu, Gede Pasek menuturkan adanya cengkeraman keluarga SBY di PD sangat kuat.
Ketika SBY menjadi ketua umum PD, putra bungsunya, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas pun menjadi sekretaris jenderalnya.
Adapun teman-teman dekat Anas akhirnya hilang dari struktur DPP PD.
"Ternyata yang diperjuangkan jauh penampilan dengan isi dalamnya," ujar Pasek.
Meski demikian, Gede Pasek menyatakan, ia hanya menceritakan kejadian seputar di KLB Partai Demokrat Bali tahun 2013 lalu.
Tak ada urusannya dengan KLB yang akan digelar pada tahun 2021.
Baca juga: Terbongkar, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah Terseret Proyek Vital di Sulawesi Selatan, Bocoran KPK
"Saya hanya bicara sekelumit sejarah masa lalu, bicara fakta soal KLB 2013 lalu.
Soal janji janji yg diingkari sudah saya kubur lama, tp sebagai sebuah pelajaran politik semoga ini bermanfaat.
Saya hanya bicara KLB masa itu bukan dan tidak ada urusan dengan KLB masa kini," tegas Gede Pasek.
Penjelasan Pakar Politik LIPI
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI) Firman Noor, melihat setidaknya ada dua perspektif yang bisa menjelaskan kemelut dalam Partai Demokrat.
Dua perspektif tersebut yaitu perspektif intervensi dan internal.
Hal itu disampaikannya dalam diskusi SmartFM bertajuk 'Kemelut Partai Demokrat Berlanjut...' secara virtual, Sabtu (27/2/2021).
"Kalau perspektif pertama itu, ini intinya adalah nuansa kental kepentingan negara.
Sedangkan yang kedua ini seputar pengelolaan partai yang dianggap penuh dengan nuansa dinasti dan pelaksanaan dari satu pagelaran kongres yang bermasalah," kata Firman.
Firman menjelaskan, faktor intervensi tak lepas dari sejarah perpolitikan di Indonesia, yaitu adanya kenyataan negara melakukan intervensi terhadap partai politik.
"Pola intervensi ini ada yang bersifat langsung, langsung diintervensi oleh negara, diganti oleh negara, ada yang melalui proxy intervensi ini.
Jadi ada dua varian, langsung dan proxy, proxy ini bisa secara halus memainkan instrumen legal formal, atau pendanaan," ucapnya.
Baca juga: Jelang Piala Menpora, Putra Jokowi Bikin Heboh, Kaesang Bakal Beli Klub Bola Juara Bertahan Liga 1?
Di sisi lain, dalam perspektif internal, ada tiga model konflik internal yang biasa terjadi di suatu partai.
Pertama yaitu struktural versus struktural, kedua yaitu struktural versus non struktural atau individual dan ketiga model konflik struktural versus kolektif non-struktural.
"Saya kira Demokrat sekarang ini cenderung versi yang ketiga," ujarnya.
Dampak dari konflik tersebut akan berujung pada faksionalisasi.
Namun dampak rusak yang dimunculkan model konflik struktural versus kolektif non struktural menurutnya tidak akan seberat seperti struktural versus struktural.
"Kalau struktural versus struktural itu berat, itu jauh punya potensi sifatnya lebih cepat, lebih me-nasional dan dampaknya bisa sangat panjang," katanya.
Firman menambahkan, dalam konflik sebuah partai akan ada pihak yang menguat karena mendapat dukungan dari pihak eksternal yang berujung adanya kepengurusan ganda.
Baca juga: Bukan PPKM, Anies Baswedan Punya Jurus Baru Atasi Pandemi Covid-19 di Jakarta, Kolaborasi Kolosal
Namun jika kalah dalam pengadilan maka mengarah pada terbentuknya partai baru atau masuk partai lain.
"Apakah nanti Demokrat dengan genderang yang semakin keras ditabuhkan ini akan memunculkan hal yang sama kepengurusan ganda," pungkasnya.
(*)
Artikel ini telah tayang dengan judul Cerita Gede Pasek di Balik KLB Demokrat Bali 2013, Kerelaan Anas Urbaningrum & Ungkit Janji SBY, https://jakarta.tribunnews.com/2021/02/28/cerita-gede-pasek-di-balik-klb-demokrat-bali-2013-kerelaan-anas-urbaningrum-ungkit-janji-sby?page=all.