Berita Nunukan Terkini

Pasokan BBM di Nunukan Normal, Distribusi Bahan Bangunan Berhenti, Semen Rp 1,5 Juta per Sak

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, kembali normal

Editor: Budi Susilo
HO/CAMAT KRAYAN
Warga Krayan antre BBM di APMS Long Bawan, Kecamatan Krayan Induk, belum lama ini. 

TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, kembali normal, namun sederet persoalan lainnya muncul silih berganti.

Pada Desember 2020 lalu, kelangkaan BBM terjadi di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Sehingga untuk mendapatkan BBM warga di perbatasan RI-Malaysia itu, terpaksa antre berjam-jam di APMS dan SPBU.

Baca juga: Rumah Kosong dalam Bencana Kebakaran di Nunukan jadi Buah Bibir Warga, 19 Bangunan Gosong

Baca juga: Kebakaran di Nunukan, Status Tanggap Darurat tak Ditetapkan, BPBD Beberkan Alasannya

Diketahui, dari 5 kecamatan yang terdapat di Krayan, hanya ada satu APMS di Krayan Induk dan satu SPBU di Krayan Selatan.

Kelangkaan yang terjadi sekira satu bulan itu, akibat pesawat Air Tractor dengan daya angkut sebanyak 4 ton dari Kota Tarakan menuju Krayan berhenti beroperasi.

Sehingga layanan angkutan BBM hanya menggunakan pesawat Smart, dengan daya angkut hanya 1,2 ton saja.

Camat Krayan Haberly mengatakan, kelangkaan BBM yang terjadi beberapa waktu lalu, kini kembali normal.

Lantaran, tak hanya Pesawat Air Tractor saja yang memuat BBM 2,7 ton, kini juga dibantu oleh Pesawat Cessna bermuatan 1,2 ton.

Baca juga: Subsidi Ongkos Angkut di Malinau Berjalan, 2 Kecamatan Krayan Peroleh Jatah 78 Penerbangan

"Untuk saat ini masih bisa terkendali BBMnya. Sekarang masih antre tapi tidak terlalu panjang kayak sebelumnya," kata Haberly kepada TribunKaltara.com, melalui telepon seluler, Jumat (26/03/2021), pukul 11.00 Wita.

Meski demikian, Pesawat Air Tractor beroperasi ke wilayah Krayan tergantung pada kondisi cuaca.

"Kalau cuaca bagus sehari dua kali pesawatnya beroperasi ke Krayan. Nanti BBMnya di distribusi ke APMS di Krayan Induk dan SPBU di Krayan Selatan. Seminggu terakhir ini normal saja," ucapnya.

Baca juga: 2 Kecamatan di Krayan Dapat Jatah Jembara 78 Flight Melalui APBN 2021,15 Flight APBD Belum Berjalan

Di samping itu, Haberly mengaku material bangunan di Krayan juga mengalami kelangkaan, utamanya semen dan besi semenjak Malaysia melakukan lockdown. Sehingga, pembangunan di Krayan jadi berhenti sampai sekarang.

Bahkan harganya terbilang mahal, sebelumnya, semen dari Malaysia hanya Rp130-150 ribu per sak, kini warga harus membayar Rp 1,2 juta per sak semen dari Malinau dan Rp1,5 juta per sak semen dari Tarakan. Untuk besi ukuran 12 milimeter harganya Rp 300 ribu per batang, sebelumnya hanya Rp80 ribu per batang.

Dampak dari kelangkaan material bangunan yaitu banyak pembangunan jadi terhenti. Harga dalam negeripun jadi mahal. Kalau untuk besi 12 mm, sudah jarang sekali dipesan oleh warga.

Selain harganya yang mahal juga bawanya ribet harus dipotong atau dilipat. "Besi biasanya hanya digunakan untuk proyek, kalau untuk masyarakat membangun jarang sekali, bisa hitung jari, karena harganya mahal," ujarnya.

Antre Bensin 3 Jam di APMS

Seorang warga Desa Long Bawan, Kecamatan Krayan Induk, Kabupaten Nunukan, mengeluh lantaran sudah sepekan ini, dirinya tak mendapat bensin dari Agen Premium Minyak Solar (APMS) setempat.

Helyus Henrik yang kesehariannya sebagai petani sawah, mengaku sudah sepekan ini tak mengantre bensin di APMS lagi.

Lantaran, pasokan bensin di APMS setempat masih nihil. Bahkan, ia menyebut Bahan Bakar Minyak (BBM) di Krayan masih terbilang langka.

Baca juga: Rumah Kosong dalam Bencana Kebakaran di Nunukan jadi Buah Bibir Warga, 19 Bangunan Gosong

Baca juga: Toko Emas di Nunukan Hangus Terbakar, Pemilik Hanya Selamatkan Satu Sepeda Motor dan Ijazah Anak

"Sudah seminggu saya tidak antre bensin lagi. Dan sekarang pesawat yang angkut BBM ke Krayan berkurang hanya 2 ton. Kalau dulu sekali flight muat 4 ton," kata Helyus Henrik kepada TribunKaltara.com melalui telepon seluler, Jumat (26/3/2021).

Bapak tiga anak itu mengatakan, agar bisa ke sawah ia terpaksa membeli bensin eceran di kios pinggir jalan dengan harga Rp 20 ribu per liter. "Mau gimana lagi, kalau nggak beli bensin, nggak kerja jadinya," ucapnya.

Menurut Helyus Henrik, dari Desember hingga Februari lalu, ia sempat antre bensin 3 jam di APMS, hanya untuk mendapat 3 liter bensin dengan harga Rp 20 ribu.

Tak hanya itu, saking sulitnya mendapat BBM, panjang antrean di APMS saat itu hingga 200 meter, mulai pagi hingga sore hari.

"Dari Desember sampai Februari kemarin warga antre di APMS untuk dapatkan 3 liter bensin atau solar. Panjang antrean sekira 200 meter. Itupun kalau dapat hari itu juga. Ada yang sudah antre lama tapi nggak dapat. Jadi besoknya antre lagi," ujarnya.

Ia menjelaskan, syarat mendapatkan bensin harus menunjukkan kartu kendali. Tiap orang diberikan jatah 3 liter. Untuk mendapat bensin atau solar lagi, harus datang kembali 3 hari setelahnya.

"Kami punya kartu kendali dari Camat. Biar sama rata dapatnya. Jadi tiga hari sekali baru ngantre lagi. Per orang dapat jatah 3 liter dengan harga Rp 20 ribu," tuturnya.

Namun, kini antrean di APMS tak sepanjang sebelumnya. Ia sudah sepekan tak mengantre lagi, pasalnya pasokan bensin di APMS masih nihil.

"Kalau solar ada saja. Untuk bensin belum ada. Dan sekarang antreannya puluhan saja tidak seperti sebelumnya sampai ratusan. Sekarang saya bisa 30 menit di situ kalau ngantre. Jadi saya beli di kios walaupun sedikit lebih mahal," ungkapnya.

Dia menambahkan, sebagian masyarakat di Krayan menggunakan solar untuk memasak. "Harga solar sekira Rp 5 ribu per liter. Sebagian warga di sini masak pakai solar. Sempat juga saya gunakan, tapi sekarang lebih memilih kayu bakar.

Karena kalau pakai solar repot lagi harus bersihkan tali kompornya. Kalau nggak gitu, nyalanya nggak bagus. Kayu bakar itu Rp 600 per kubik. Tapi saya ambilnya sedikit-sedikit. Satu bulan bisa dua kubik. Lebih murah sih pakai solar tapi repot bersihkannya," imbuhnya.

Dia berharap, pemerintah segera melakukan pembangunan jalan dari Krayan ke Malinau. Sehingga pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Krayan tidak terhambat dan ongkos angkut yang sedikit lebih murah.

"Kami berharap adanya pembangunan jalan dari sini ke Malinau. Sehingga pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Krayan tidak terhambat dan ongkos angkut yang sedikit lebih murah. Teman saya pernah naik motor ke Malinau sampai 4 hari. Itupun kalau cuacanya bagus. Kalau hujan bisa sampai seminggu," tuturnya.

Berita tentang Nunukan

Penulis Febrianus Felis | Editor:  Budi Susilo

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved