Teror di Mabes Polri
Baku Tembak Polisi dan Teroris Dekat Ruang Kerja Listyo Sigit, Penjagaan Terbaru di Mabes Polri
Baku tembak polisi dan teroris dekat ruang kerja Listyo Sigit Prabowo, penjagaan terbaru di Mabes Polri.
Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari Polri terkait bagaimana terduga teroris bisa lolos masuk melewati penjagaan Mabes Polri.
Baca juga: Polisi Ungkap Peran 3 Wanita Dibalik Aksi Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar
Terkait FPI?
Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam anggota FPI menilai, temuan atribut Front Pembela Islam saat Densus 88 Antiteror Polri menggerebek terduga teroris di Jakarta dan Bekasi, adalah operasi intelijen.
"Semua itu adalah operasi intelijen," kata Abdullah.
Abdullah Hehamahua menyebut temuan atribut FPI di kediaman terduga teroris, hanyalah upaya rekayasa untuk mengalihkan perhatian terhadap kematian 6 laskar khusus FPI.
"Itu adalah operasi intelijen untuk mengalihkan perhatian terhadap TP3, mengalihkan perhatian terhadap HRS (Rizieq Shihab), maka ada bom."
"Coba anda perhatikan bom pagi, siang ditangkap."
"6 orang dibunuh (anggota FPI) sudah berapa bulan tidak tahu siapa pembunuhnya. Itu bukti operasi intelijen," ujarnya.
Abdullah Hehamahua mengklaim pihaknya sudah paham cara-cara intelijen beroperasi sejak zaman Orde Baru (Orba).
Menurutnya, hal-hal mengenai operasi intelijen itu secara gamblang telah diulas dalam sebuah buku karya Busyro Muqoddas.
"Kita sudah tahu itulah dari zaman masih Orba sampai sekarang."
"Kalau anda mau yakin, baca disertasi Dr Busyro Muqoddas tentang operasi Intelijen," tuturnya.
Marwan Batubara, juga anggota TP3, menyatakan tidak akan mengambil pusing soal temuan atribut FPI di kediaman terduga teroris di Jakarta dan Bekasi.
"Saya kira kita tidak terlalu ambil pusing dengan itu, karena kita tahu itu bagian dari rekayasa," cetusnya.
Marwan Batubara memilih fokus pada upaya penuntasan kasus pelanggaran HAM berat, dalam hal ini tewasnya 6 anggota FPI di KM 50 Tol Cikampek.