Berita Balikpapan Terkini
Pedagang di Balikpapan Keluhkan Harga Cabai, Naik Sejak Awal Tahun 2021
Mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu per kilogramnya. Nilai ini, diakui pedagang sudah berlangsung sejak awal tahun 2021 lalu
Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
Tentu nantinya kebutuhan dalam daerah bisa terpenuhi secara mandiri.
Menurut Kepala DP3 Balikpapan Heria Prisni, pihaknya punya program jualan online melalui media sosial.
Ini untuk menghubungkan petani dan pemasok, hingga konsumen lebih mudah dalam mendapatkan barang.
Diakui Heria, saat ini harga cabai dari petani sudah mulai turun, yakni Rp 80 sampai Rp 95 ribu per kilogram.
Dia mengakui harga cabai memang cukup pedas beberapa bulan belakangan.
"Banyak kendala. 0ertama hama penyakit, gagal pembungaan. Dia berbunga, tapi karena hujan lebat jadi mati," ujar Heria, Rabu (31/3/2021).
Ia menyebut, saat ini untuk produksi cabai hanya sekitar 12 hektare yang produktif. Dimana biasanya, jika dalam cuaca baik sekitar 50 hektare.

Karena gagal tumbuh, kemudian gagal panen. Sebelumnya ada 50 hektare. Seharusnya berbuah tetapi tidak berbuah, kemudian hama penyakit.
"Akibat dari cuaca ekstrem, bukan hanya di Balikpapan saja semua daerah mengalami," urainya.
Untuk satu hektare, biasanya menghasilkan sekira 20 ton cabai. Sekarang, produksi cabai bahkan tak lebih dari 10 ton.
Untuk sekali panen, membutuhkan waktu 4 bulan. Hal ini membuat banyak daerah terkena imbas mahalnya harga cabai, termasuk Balikpapan. Apalagi jika melihat jumlah kebutuhan daerah.
Baca juga: Sempat Rp 120.000 per Kg, Harga Cabai di Pasar Induk Sangatta Utara Kutim Mulai Turun
Baca juga: Komoditas Bawang Merah dan Cabai Rawit Dorong Inflasi di Kaltara
Kebutuhan cabai satu orang 1,8 kilogram pertahun. Dikalikan dengan jumlah penduduk 720 ribu.
"Kebutuhan 1256 ton setahun. Jadi 108 ton perbulan, 3,6 ton perhari," terangnya.
Untuk mencukupi kebutuhan yang banyak tersebut, Balikpapan biasanya memasok barang dari Sulawesi dan Jawa.
"Kami prediksinya di puasa cukup. Hanya saja karena cuaca ekstrem jadinya hanya 20 hektare saja luas tanam kita," pungkasnya.
Penulis Heriani | Editor: Budi Susilo