Ramadhan 2021
Jadwal Sidang Isbat Penentuan Awal Puasa & Doa Bulan Syaban Menjelang Ramadan, Kapan Ramadhan 2021?
Lihat jadwal sidang isbat penentuan awal puasa dan doa bulan Syaban menjelang Ramadhan 1442 H, Kapan Ramadan 2021?
TRIBUNKALTIM.CO - Inilah jadwal sidang isbat penentuan awal puasa dan doa bulan Syaban menjelang Ramadhan 1442 H, Kapan Ramadan 2021?
Untuk Ramadhan 2021 atau 1442 H tahun ini, Muhammadiyah telah menetapkan berdasarkan hisab, 1 Ramadhan 1442 H jatuh pada hari Selasa, 13 April 2021.
Dengan demikian bulan Ramadhan 1442 H tersisa 11 hari lagi.
Sementara itu, Pemerintah baru akan menetapkan awal puasa Ramadhan 2021 atau 1442 H setelah sidang isbat.
Baca juga: Bulan Ramadhan Penuh Ampunan Semakin Dekat, Manfaat Berpuasa, Tata Cara Berbuka Puasa Rasulullah SAW
Baca juga: Ramadhan 2021 Berapa Hari Lagi? Bacaan Doa Sambut Ramadhan 1442 H, Zikir dan Amalan pada Bulan Suci
Pemerintah bersama sejumlah ormas Islam akan menggelar Sidang Isbat penentuan awal puasa Ramadhan 1442 H Senin, 12 April 2021.
"Untuk Isbat awal Ramadhan 1442 H pada tanggal 12 April 2021 M," kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin dikutip dari Kompas.com.
Sementara itu, untuk Isbat awal Syawal 1442 H akan dilaksanakan pada 11 Mei 2021 M.
Kegiatan sidang isbat ini akan diawali dengan pemaparan posisi hilal awal oleh Tim Falakiyah Kemenag.
Tim Kemenag di seluruh Indonesia selanjutnya akan melaporkan hasil hisab dan pantauan rukyatul hilal.
Dari hasil tersebut, Kemenag bersama sejumlah pihak akan memutuskan kapan awal Ramadhan 1442 H/2021 dimulai.
Dengan demikian, patut dinanti pengumuman selanjutnya dari pemerintah terkait kapan 1 Ramadhan 1442 H/2021.
Sembari menunggu penentuan awal puasa Ramadhan 1442 H, berikut ini doa bulan Syaban yang dapat dibaca menjelang Ramadan 2021.
Baca juga: Doa Menyambut Ramadhan Sesuai Sunnah, Ada yang Lafaz Pendek, Puasa Ramadan 2021 Jatuh pada Tanggal?
Baca juga: Lengkap, Doa Ramadhan 2021 dan Amalan Ramadan 1442 H, Ada Doa Melihat Hilal dan Minta Perlindungan
Bulan Syaban adalah satu bulan sebelum bulan Suci Ramadhan.
Melansir dari Tribunjabar.com, keutamaan Bulan Syaban Menurut Ustaz Abdul Somad adalah sebagai berikut:
Dalam salah satu ceramahnya, Ustaz Abdul Somad memberikan ceramah terkait malam Nifsyu Sya'ban, keutamaan bulan Syaban, dan ibadah yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW di bulan Syaban.
Dilansir dari TribunWow.com yang mengutip ceramah UAS lewat akun Youtube Tafaqquh video (13 April 2018) diketahui, bulan Sya'ban adalah bulan keberkahan, karena bulan ini adalah bulan diangkatnya amalan manusia oleh Allah SWT.
Sehingga, Ustadz Abdul Somad menganjurkan melaksanakan berbagai amalan seperti puasa, shalat sunat, membaca Alquran, berzikir dan amalan-amalan lainnya.
Ustadz Abdul Somad dalam satu ceramahnya menjelaskan keutamaan bulan Sya’ban, bulan di dalamnya terdapat satu malam yang pada malam itu Allah akan mengampuni dosa semua umatnya, yaitu malam Nisfu Sya`ban.
Tahun 2019 atau 1440 Hijriah ini, malam pertengahan bulan Sya’ban atau Nisfu Sya’ban (15 Sya’ban) jatuh pada Minggu (21/4/2019) malam atau malam Senin.
Setelah itu, Ustaz Abdul Somad menjelaskan tentang puasa.
Ustadz Abdul Somad memaparkan dengan mencontohkan kebiasaan Rasulullah SAW.
Menurutnya, saking seringnya Rasulullah berpuasa pada bulan Sya’ban, istrinya, Aisyah tak bisa lagi membedakan apakah Rasulullah berpuasa pada hari itu atau tidak.
“Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa dalam satu bulan, kecuali bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat Nabi lebih banyak puasa dari Ramadhan selain di bulan Sya'ban,” kata Ustaz Abdul Somad menerjemahkan hadits yang dibacanya.
Berdasarkan dua hadits tersebut, Ustaz Abdul Somad mengatakan bahwa puasa merupakan salah satu amalan yang paling sering dilakukan oleh Rasulullah SAW selama bulan Sya’ban.
Selain berpuasa, amal lain yang bisa dilakukan adalah membaca Alquran, berzikir, serta amal harta seperti sedekah dan wakaf.
Dari 30 malam untuk beramal di bulan Sya’ban, ada malam yang mendapat kekhususan, yaitu malam Nisfu Sya’ban.
Lalu Ustaz Abdul Somad membacakan hadits hasan shahih yang menjelaskan bahwa Allah akan mengampuni dosa seluruh umat, namun ada 2 orang yang tidak diampuni, yaitu orang yang tidak berdamai dan orang musyrik.
"Pada malam nisfu Sya’ban, Allah akan mengampuni semua dosa umatnya yang pada malam itu bersujud dan bertobat mohon ampun, kecuali dua, musyrik (mempersekutukan Allah) dan orang yang bertengkar tapi tidak berdamai sampai malam nisfu Sya’ban tiba.”
Di antara doa populer yang sering dibaca saat diikuti dan dilanjutkan bulan Rajab dan Sya'ban adalah doa berikut;
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“ Allahumma baarik lana fi Rajaba wa Sya'bana wa ballighna Ramadhana”
Sungguh;
"Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan".
Doa ini masyhur di kalangan umat muslim dan dibaca terus-menerus dibaca dan setelah perbarui Rajab dan Sya'ban.
Salah satu yang meriwayatkan doa ini adalah al-Imam al-Thabrani dalam kitab al-Awsath dan doa ini memiliki status daif, meskipun demikian doa ini tetap bisa diamalkan.
Ulama berbeda pendapat terkait hadis daif apakah bisa diamalkan atau tidak.
Al-Imam Ibn Hajar al-Haitami mengatakan dalam kitabnya al-Dur al-Mandhud; ulama hadis dan fiqih tentang kebolehan mengamalkan hadis daif yang terkait dengan fadho'il al-Amal, selain hadis daif yang membahas dengan hukum dan akidah ”.
Jika berkaitan dengan hukum dan aqidah, maka hadis daif tidak boleh diamalkan.
Bahkan menurut al-Imam Ahmad bin Hanbal, seperti yang dikutip oleh Sayyid Muhammad bin Abbas al-Maliki dalam kitabnya Ma Dza Fi Sya'ban, hadis daif boleh diamalkan terkait dengan apa yang ada di sana dengan apakah ada hadis lain yang lebih kuat Dalam masalah tertentu selain hadis daif tersebut.
Dalam masalah doa menyambut bulan Rajab dan Sya'ban tidak ditemukan hadis lain yang lebih kuat selain hadis daif yang sudah mendapat di atas.
Perlu dengan demikian tidak perlu ragu lagi untuk mengamalkan doa ini diminta dan menghabiskan bulan Rajab juga Sya'ban.
(*)