Berita Kaltara Terkini
Gubernur Kaltara Zainal A Paliwang Akui Harga Barang di Perbatasan RI-Malaysia Mahal
Setelah mengunjungi wilayah perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan Utara, Gubernur Kaltara, Zainal A Paliwang mengungkapkan sejumlah persoalan.
TRIBUNKALTIM.CO, MALINAU - Setelah mengunjungi wilayah perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan Utara, Gubernur Kaltara, Zainal A Paliwang mengungkapkan sejumlah persoalan yang dihadapi masyarakat.
Sebelumnya, Gubernur bersama Wakil Gubernur Kaltara, Yansen TP memantau progres pembangunan jalan antara dua kabupaten di perbatasan RI-Malaysia, yakni Kabupaten Malinau dan Nunukan.
Kunjungan ke Kabupaten Malinau dan Nunukan dilakukan Gubernur dan Wakil Gubernur (Wagub) Kaltara tersebut guna memantau persoalan yang dihadapi masyarakat di wilayah perbatasan RI-Malaysia.
"Kunjungan kami ke daerah untuk memantau langsung, dan merasakan langsung apa yang dialami masyarakat perbatasan di Kaltara," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Jumat (9/4/2021).
Baca juga: Tinggi Air Sungai Kayan di Peso Bulungan Kalimantan Utara Kembali Naik, Warga Mulai Mengungsi
Baca juga: Terapkan Marketplace, Kanwil DJPb Kaltara Beri Penghargaan ke BPS Kalimantan Utara
Sebagai pemimpin kata Zainal, dia berkewajiban untuk memastikan dengan inderanya sendiri bagaimana pola kehidupan masyarakat.
Sebelum menuju ke Malinau, rombongan Gubernur Kaltara mengunjungi masyarakat perbatasan RI-Malaysia di kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan.
"Saya harus pastikan lewat mata saya sendiri bagaimana kehidupan masyarakat di sana. Dan memang, hasil pertemuan dengan tokoh masyarakat, masalah akses dan jalan yang paling utama," katanya.
Menurutnya, selain persoalan BBM, harga bahan bangunan dan kebutuhan lainnya kerap dikeluhkan masyarakat.
Baca juga: Gubernur Kaltara Zainal Paliwang Sebut Kedatangan Tim Kemendagri Bantu Percepat Bangun KBM
Baca juga: Soal Banjir Rendam Empat Desa di Bulungan, Gubernur Kaltara Serahkan Penanganannya pada BPBD
Hal tersebut diakibatkan belum tersedianya infrastruktur dan jalan, sehingga ongkos pengiriman ke wilayah tersebut menelan biaya yang sangat tinggi.
"Memang betul, harga barang sangat mahal. Harga satu sak semen itu Rp 1,6 juta, kalau di kota-kota besar paling Rp 65 ribu," ucapnya.
Menurut Zainal, program inovatif seperti BBM satu harga di wilayah perbatasan juga harus ditranformasikan ke dalam program lainnya, seperti bahan pokok dan kebutuhan mendasar lainnya.
Dia mengatakan pembangunan jalan di wilayah perbatasan RI-Malaysia yakni ruas jalan dari Kabupaten Malinau ke Kecamatan Krayan, Nunukan dikebut rampung pada tahun 2023 mendatang.
Cabai Rawit Rp 120 Ribu Per Kg
Berita sebelumnya. Jelang bulan Ramadhan 2021 di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, harga komoditas cabai rawit di Pasar Induk Malinau Kota mencapai Rp 120 ribu per kilo.
Selama sebulan terakhir, harga pasaran komoditas pertanian tersebut fluktuatif, berkisar di angka Rp 110 ribu hingga Rp 150 ribu per kilo.
Hal tersebut diungkapkan pedagang cabai di Pasar Induk Malinau, Nurmiati.
Baca juga: NEWS VIDEO Harga Cabai di Samarinda Masih Tinggi, Pedagang Kuliner Siasati Masakan Tak Terlalu Pedas
Baca juga: Harga Sembako di Pasar Segiri Samarinda Jelang Ramadhan, Cabai Masih Mahal, Stok Daging Sapi Aman
"Dari sebulan lalu harganya naik. Memang kadang turun, kadang juga naik. Harganya antara Rp 100 ribu sampai Rp 160 ribuan sekilo," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Rabu (7/4/2021).
Nurmiati menjelaskan harga cabai rawit pekan lalu di tingkat pedagang berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 160 ribu per kilogram.
Dia mengatakan sejak tiga hari lalu, harga cabai rawit mulai turun Rp 130 ribu per kilogram. Dan hari ini turun menjadi Rp 120 ribu per kilogram.
Nurmiati mengatakan kenaikan harga disebabkan pasokan cabai rawit di Kabupaten Malinau menipis sejak bulan lalu.
"Harganya segitu naik turun. Biasanya harga normal Rp 50 atau Rp 60 ribu sekilo, itu kalau stok lancar. Kalau sekarang karena menipis, dapat Rp 15 ribu atau Rp 14 ribu satu ons," katanya.
Pemasok cabai rawit di Pasar Induk Malinau, Muktar mengatakan harga komoditas tersebut melonjak dikarenakan pasokan dari wilayah luar berkurang.
Baca juga: Pedagang di Balikpapan Keluhkan Harga Cabai, Naik Sejak Awal Tahun 2021
Baca juga: Jelang Ramadhan, Permintaan 3 Komoditas Ini Meningkat di Pasar Bontang, Harga Cabai Besar Ikut Naik
Dia mengatakan biasanya, harga jual stabil dikarenakan stok cabai rawit yang diperoleh dari petani lokal dan wilayah luar mencukupi.
"Biasanya kita ambil dari dari petani ada juga dari Sulawesi. Tapi sampai sekarang jumlahnya menipis. Dan pasokan dari petani di daerah juga kurang," katanya.
Muktar menjelaskan penyebab tersendatnya stok cabai rawit di Malinau karena banyak petani lokal dan petani dari luar daerah yang gagal panen.
"Saya kira ini bukan karena dekat Puasa. Sudah sebulan harganya begitu," ujarnya.
"Permintaan besar tapi stok kurang. Kurang, karena banyak petani gagal panen akibat kondisi cuaca," ucapnya.
Berita tentang Gubernur Zainal A Paliwang
Penulis Mohammad Supri | Editor: Budi Susilo