Gaya Hidup
21 April Hari Kartini, Kisah Andi Sri Juliarty Srikandi Covid-19 Balikapapn, Nakes di Masa Pandemi
21 April Hari Kartini, Beginilah Kisah Andi Sri Juliarty Sang Srikandi Covid-19 Balikapapn, Nakes di Masa Pandemi
Penulis: Heriani AM |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - 21 April Hari Kartini, Kisah Andi Sri Juliarty Srikandi Covid-19 Balikapapn, Nakes di Masa Pandemi
Peran perempuan di tengah pandemi Covid-19 makin berlipat ganda.
Perempuan yang pada dasarnya adalah makhluk multitasking, saat ini seperti menjadi momen kaum hawa untuk mengerahkan segala daya upaya bertahan hidup.
Tak saja untuk diri sendiri tapi juga kepentingan dan kebutuhan keluarga.
Tenaga kesehatan sebagai garda terdepan penanggulangan wabah corona, didominasi perempuan. Bertugas tak kenal waktu, mempertaruhkan nyawa menghadapi gempuran virus demi nyawa orang lain.
Di Balikpapan, nama Andi Sri Juliarty mungkin sudah familiar. Perempuan cantik berhijab ini kerap menghiasi layar kaca atau pemberitaan lokal seputar perkembangan kasus Covid-19.
Dia adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan.

Dijuluki srikandi Covid-19, diakui perempuan yang kerap disapa Dokter Dio merupakan hal biasa-biasa saja.
"Saya menjalankan sesuai dengan tupoksinya. Dan memang, pandemi terjadi ketika saya baru saja menjabat beberapa bulan sebagai kepala dinas. Saya menerima ini secara ikhlas dan menjadi ladang amal yang besar. Saya menyadarinya, dan itu yang memberi semangat," jelas Andi Sri Juliarty.
Bertugas memonitor perkembangan kasus, serta pengambilan keputusan kebijakan daerah, memang banyak menyita waktu perempuan asal Sulawesi Selatan ini.
Sepanjang pandemi Covid-19 mewabah. Yang mana sudah setahun lamanya. Membuat ia banyak menghabiskan aktivitas di luar rumah dan dekat dengan virus.
Syukurnya, keluarga Andi Sri Juliarty berlatar belakang medis. Dimana suami dan anaknya pun merupakan dokter.
"Jadi bisa memahami profesinya. Membagi waktu sebaik mungkin, kadang video call memanfaatkan teknologi untuk bertemu," jelasnya.
Untuk keluarga inti, komunikasi tetap intens. Namun keluarga lain yang jaraknya agak terputus. Pasalnya, ia jarang pulang kampung.
Setahun lamanya ia tidak pulang ke Makassar, kampung halamannya, maupun ke Yogyakarta, kampung halaman suaminya.