Berita Kutim Terkini
Nasib Ponton Usai Jembatan Sangatta Lama Beroperasi, Kehilangan Pelanggan dan Mata Pencarian
Sudah enam hari 12 kendaraan penyeberangan tradisional perahu ponton mandek beroperasi di wilayah perairan Sungai Masabang, Kabupaten Kutai Timur
Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Sudah enam hari 12 kendaraan penyeberangan tradisional perahu ponton mandek beroperasi di wilayah perairan Sungai Masabang, Kabupaten Kutai Timur.
Dari 14 ponton yang ada di Sungai Masabang, hanya 2 ponton yang masih bisa beroperasi menyeberangkan pelanggan di sekitar pasar ikan.
Baca juga: NEWS VIDEO Jembatan Sungai Masabang, Penghubung Sangatta Selatan-Utara Diresmikan Wakil Bupati Kutim
Baca juga: Penantian Warga Sangatta Selatan Selesai, Jembatan Sungai Masabang Diresmikan Wabup Kasmidi Bulang
Puluhan orang yang menggantungkan nasibnya pada ponton terpaksa kehilangan pelanggan bahkan sumber pendapatan.
Hal tersebut terjadi pasca Jembatan Sangatta Lama yang berdiri di atas sungai Masabang mulai beroperasi beberapa hari yang lalu.
Mis, salah satu penyedia jasa ponton Sungai Masabang ditemui tim TribunKaltim.co saat sedang memancing di atas pontonnya, Minggu (18/6/2021).
Dia memancing untuk mengisi waktu luang setelah ponton yang menjadi sumber mata pencariannya tidak lagi beroperasi karena kehilangan pelanggan.

"Saya sudah puluhan tahun cari uang lewat ponton ini. Dari awalnya seberangkan orang masih pakai dayung, sampai sekarang sudah bermesin," tuturnya.
Saat menjalankan jasa penyeberangan, Mis bisa mengantongi penghasilan kotor hingga Rp 500.000 per harinya di hari normal. Sedangkan ketika sedang ramai, ia bisa mendapatkan hingga Rp 800.000.
Penghasilan tersebut digunakan untuk operasional ponton dan menafkahi keluarganya sehari-hari.
Setelah bertahun-tahun usahanya menyeberangkan pengunjung pasar Sangatta Lama, pekerjaan tersebut langsung terhenti secara tiba-tiba usai jembatan diresmikan.

"Beruntung saya ada anak yang bekerja di tempat lain. Jadi masih bisa bertopang. Nah, kasihan yang anaknya kerja jadi operator ponton juga, menganggur mereka," ucapnya.
Apalagi kebanyakan penyedia jasa ponton merupakan penduduk asli Kutai Timur yang sudah merintis usaha itu hingga turun-temurun.
Oleh karenanya setelah pembangunan jembatan dilakukan, pemerintah seharusnya memberikan bantuan pekerjaan terhadap penyedia jasa penyeberangan.
"Seharusnya pemerintah langsung bantu cari pekerjaan lain pas jembatan sudah boleh dilewati. Kalau begini kan, sudah 6 hari kita tidak ada penghasilan," ucapnya pada tribunkaltim.co.
Baca juga: Debit Air Sungai Masabang Kutim Meninggi, Warga Khawatir Terjadi Banjir
Padahal menurut pengakuan Mis, ia mendukung upaya pemerintah dalam memberikan akses yang lebih mudah dan aman kepada masyarakat di dua kecamatan.
Namun, ia meminta agar ponton tetap dijadikan ikon kota Sangatta.
Sebab keberadaan ponton sendiri sudah menjadi ciri khas yang menghubungkan dua kecamatan terpadat di Kutim.
"Ya dijadikan apa saja boleh, mungkin pencucian motor atau tambak. Yang penting jangan sampai hilang," tuturnya.
Penulis: Syifa'ul Mirfaqo | Editor: Mathias Masan Ola