Wawancara Eksklusif

WAWANCARA EKSKLUSIF Ketua DPRD Balikpapan Abdulloh, Boneka Susan Saja Punya Cita-cita Apalagi Saya

Menjadi Ketua DPRD, bukanlah pencapaian maksimal dari karir Abdulloh. “Boneka Susan saja punya cita-cita, apalagi saya," katanya.

Penulis: Siti Zubaidah | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM/CAHYO ADI WIDANANTO
WAWANCARA EKSKLUSIF - Ketua DPRD Balikpapan, Abdulloh saat berbincang dengan Host Tribun Kaltim, Adhinata Kusuma di Rumah Jabatan Ketau DPRD 

Kelanjutannya bagaimana?

Akhirnya kami mengalah untuk kepentingan masyarakat dulu. Yang penting masyarakat bersabar. Jika masyarakat berkujung tidak dapat kursi, tidak dapat duduk, jangan mengeluh.

Kebijakan pemkot Balikpapan yang menjadi prioritas dan dikawal DPRD mengenai apa?

Yang belum tercapai sebenarnya masalah penaganan banjir. Walaupun banjir di Balikpapan itu banjir lewat. Namun itu cukup menggfanggu. Kami selalu sounding ke Walikota. Memang ada permasalahan, yang pertama anggaran dan kedua lahan.

Maka ke depan Walikota harus berani, jika ada anggaran untuk membangun penanggulangan banjir manakala ada masalah sengeketa lahan klita jangan terfokus dengan sengekta lahannya tetapi tetap fokus dengan pembangunannya.

Biar yang mengurus (sengketa lahan) pengadilan sehingga pembangunan tetap berjalan.
Kemudian sektor wisata Balikpapan belum tercapai juga, Balikpapan ini kan tidak punya tambang, maka mengandalkan pajak dan retribusi. Saya berharap sektor wisata ini seperti Bandung nantinya.

Suka duka saat menjadi Ketua DPRD yang paling diingat apa?

Saat periode pertama jadi Ketua DPRD pada saat HUT Kota tahun 2017. Pada saat mau rapat paripurna istimewa, saya tinggal. Jadi besok mau paripurna saya tinggal, karena saya jengkel dengan Walikota. Tapi pada saat itu juga saya sudah minta maaf.

Anggota DPRD pun sempat saya instruksikan dari situ untuk tidak masuk. Sidang tetap jalan namun bukan saya yang mimpin dan yang hadir separuh dari anggota DPRD sekitar 15 orang. Saya minta maaf sama Pak Walikota Rizal Effendi. Beliau hanya senyum-senyum saja. Mungkin itu moment yang tidak terlupakan.

Bagaimana tips menyatukan satu presepsi anggota dewan?

Kesulitan saya pada saat menjadi ketua DPRD periode 1, yakni sama-sama masuk sebagai anggota baru setelah dilantik menetukan AKD dan lainnya selesai. Dari 45 kepala (anggota dewan) ini karakternya kan beda-beda. Tiga bulan pertama komunikasinya masih sangat sulit.

Rajin saya mengkomunikasikan, saya datang ke rumah, ke ruangan, jadi dengan komunikasi itu terbangun dan terjalin keakraban. Maka menjalankan programnya akhirnya mudah yang akhirnya berkomunkasi lintas partai. Saya maklumi, kalau tidak sabar-sabar ya bakal terjadi konflik di dalamnya. Kuncinya sabar dan komunikasi.

Apakah kadang perlu ketegasan juga terhadapo anggota?

Perlu, jadi kita harus lihat moment kapan kita harus bercanda, kapan kita harus serius dan kapan kita harus marah, ya marah. Komunikasi sudah, sabar sudah masih juga bandel ya sekali-sekali (marah), Tapi pada umumnya ya selesai di situ, selesai rapat ya sudah biasa tidak marah-marah lagi. Itu seninya organisasi, jangan dibawa hati, jangan baper.

Pernah tidak menghadapi masa tersulit dalam mengambil keputusan politik?

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved