Wawancara Eksklusif

WAWANCARA EKSKLUSIF-Direktur BNPT Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid, Jangan Follow Ustaz Berpaham Radikal

Ahmad mengatakan radikalisme banyak menjangkiti mereka yang berusia 20 sampai 39 tahun karena beberapa faktor

Editor: Adhinata Kusuma
tribunnews
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid, bersama jajaran manajemen Tribun Network 

Maka kita lakukan vaksinasi ideologi. Diberikan vaksinasi ideologi supaya imun kebal terhadap radikalisasi baik yang dilakukan secara langsung maupun media sosial. Itu yang pertama.

Kemudian yang kedua. Bagi mereka yang sudah terpapar dalam kadar rendah dan menengah dengan indikator dia sudah intoleran, eksklusif, anti budaya lokal.

Anti di sini adalah sikap membenci dengan membid'ahkan, menyeseatkan, bahkan mengkafirkan tradisi budaya lokal misalnya kenduri, yasinan, tahlilan, maulidan. Seperti yang terjadi di Makassar. 

Di Makassar itu, si Lukman kan awalnya dikenalnya orang baik, sabar, kemudian begitu kenalan dengan ideologi salafi wahabi takfiri kemudian dia anti terhadap tradisi budaya kearifan lokal.

Sampai orang tuanya melakukan barzanji pun dimarahi.

Itu indikator awal. Kemudian ada indikator anti pemerintah. Ini indikator juga. Anti di sini bukan berarti oposisi.

Tidak selalu terkait dengan partai politik. Anti di sini adalah sikap membenci. Sikap, pokoknya apa yang dilakukan pemerintah salah.

Bukan berarti tidak boleh mengkritisi, tidaj boleh oposisi, itu keniscayaan dalam era demokrasi, silakan saja, tapi oposisi yang konstruktif, yang membangun, yang menjadi penyeimbang atau cek and balances.

Kalau mengkritik yo kritik yang Islami lah dengan akhlak, dengan lembut, yang membangun, yang memberi solusi. Bukan mencaci, memaki, nyinyir apalagi nyebar hoax. Ini indikasi awal.

Terhadap mereka-mereka yang seperti ini dilakukan moderasi beragama melalui strategi kontra radikalisasi.

Bagaimana itu?
Kontra radikalisasi itu kontra ideologi, kontra narasi, dan kontra propaganda.

Supaya orang yang sudah terpapar dalam kadar rendah atau menengah ini bisa moderat atau levelnya tidak naik menjadi level tinggi apalagi bergabung dengan tindakan atau jaringan teror.

Kemudian strategi pencegahan yang ketiga adalah deradikalisasi. Deradikalisasi ini asalah ipaya untuk mencegah.

Upaya untuk menghilangkan atau mengubah orang yang sudah terpapar radikal menjadi moderat atau paling tidak mengurangi kadar radikalnya.

Deradikalisasi ini adalah dilakukan untuk mereka yang sudah menjadi tersangka, terdakwa, terpidana, narapidana, maupun mantan narapidana yang belum moderat. Proses rehabilitasi. 

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved