Virus Corona di Berau
Himpaudi Berau Ingin Peserta PAUD Tahun 2021 Lebih Banyak meski Pandemi Masih Berlangsung
Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Berau, Eri Agustina mengharapkan penerimaan peserta.
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Berau, Eri Agustina mengharapkan penerimaan peserta kelompok bermain dan TK atau PAUD di 2021 mendatang bisa lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
Lantaran di tahun 2020 lalu, penerimaan jumlah murid PAUD berkurang hingga 50 persen banyaknya.
Dia menjelaskan, jika normal dalam satu kelas, siswa sebanyak 20 bisa terpenuhi. Sekarang, hanya berkisar 7 sampai 12 murid saja.
“Berkaca dari tahun lalu, memang adanya penurunan itu, padahal waktu pengambilan formulir pendaftaran, tahun lalu itu animonya banyak sekali,” ungkapnya kepada Tribunkaltim.co, Senin (24/5/2021).
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Guru PAUD di Tana Tidung, 86 Orang Masih Menunggu Giliran
Eri menjabarkan beberapa penyebab penurunan jumlah siswa yakni orangtua yang khawatir terhadap penularan virus, meskipun pembelajaran lebih banyak akan dilakukan via daring, terkecuali mereka yang diharuskan luring.
Untuk sekarang, Eri juga mengakui belum ada kepastian apakah sekolah tatap muka akan segera dibuka kembali.
Selain itu, adapun faktor ekonomi. Dalam artian penurunan pendapatan orangtua juga berpengaruh besar.
Sebab, mendaftar PAUD mengharuskan adanya biaya tersendiri, contohnya seperti pembelian seragam di beberapa PAUD.
Baca Juga: Peduli Pendidikan, Bunda PAUD Kukar Serahkan Bantuan ke TK Negeri Pembina, Gandeng Tanoto Foundation
Rata-rata, orangtua yang menyekolahkan anaknya berasal dari pekerjaan tambang yang mengaku mendapatkan pemotongan gaji serta adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Serta pertimbangan orangtua yang lebih baik tidak dulu untuk memasukkan anaknya di tahun ajaran 2020 karena pembelajaran masih berupa daring dan tidak diadakannya tatap muka dianggap oleh orangtua masih terlalu sulit.
“Jadi kalau tidak begitu maksimal pembelajarannya, kebanyakan orangtua berpikiran lebih baik menunda dulu, selama ini alasannya seperti itu” ucapnya.
Batas maksimal penerimaan kelompok bermain yaitu 4 tahun dan TK yaitu 6 tahun.
Baca Juga: Dukung PAUD, Tanoto Foundation Dirikan Rumah Anak SIGAP di 22 Lokasi, Kukar Ikut Terpilih
Padahal menurutnya, periode pertama dari usia 0 hingga 6 tahun adalah waktu terpenting untuk pembentukan pendidikan untuk dibentuk, dari segi kecerdasan hingga kecakapan psikis.
Eri mengaku khawatir dengan jalannya pendidikan anak usia dini lantaran orangtua tidak semua memiliki kapabilitas mengajar anak seperti bimbingan sekolah langsung.
Apalagi kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu.
Namun bagi Eri, orangtua pun pasti telah memikirkan dengan matang terkait mengirimkan anaknya untuk masuk PAUD.
Baca Juga: PAUD HI Perlu Dukungan, Norbaiti: Pemerintah Tak Bisa Kerja Sendiri
Sementara di keadaan normal, orangtua cenderung mengirimkan anaknya untuk masuk PAUD, apalagi ketika kedua orangtua bekerja.
“Tapi saya optimis tahun ini bisa lebih banyak untuk penerimaan PAUD ya, karena jika dilihat dari sisi ekonomi mungkin sudah bisa merangkak naik, tidak seburuk tahun lalu,” ungkapnya.
Baca Juga: Anak-anak Dikhawatirkan Rentan Tertular Covid-19, Sistem Belajar PAUD dan TK di Balikpapan Dikaji
Selain itu, untuk pemberian honor pada guru PAUD juga kebanyakan PAUD swasta bergantung pada pembayaran murid. Jika kuota siswa yang masuk pada tahun ajaran baru tahun ini berkurang, maka kesejahteraan guru juga sangat berpengaruh.
Penulis Renata Andini | Editor: Budi Susilo