Abrasi Sungai di Samarinda
Kontraktor Terus Bekerja Pasca Abrasi, Jika Jembatan Mahkota II Dibuka Ada Opsi Pembatasan Kendaraan
Terhitung satu bulan sudah Jembatan Mahkota II ditutup, mulai dari Senin, 26 April 2021 lalu hingga hari ini (25/5/2021).
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Terhitung satu bulan sudah Jembatan Mahkota II ditutup, mulai dari Senin, 26 April 2021 lalu hingga hari ini (25/5/2021).
Keputusan kapan akan dibuka kembali perlintasan jalur yang menghubungkan tiga Kecamatan dan jalur pendekat gerbang Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) masih menunggu surat resmi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Sebagai informasi, penutupan Jembatan Mahkota II ini akibat abrasi yang terjadi pada hari Minggu (25/4/2021) sebulan lalu.
Abrasi kemudian disusul longsoran persis di proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Kalhol yang berada di kolong Jembatan Mahkota II.
Baca juga: Penanganan Abrasi Sungai di Samarinda Tergantung Pusat, Proteksi Jembatan Mahkota II Terus Berjalan
Pasca abrasi, dikabarkan, pylon jembatan segmen Palaran mengalami pergeseran.
Hingga harus ditangani lebih lanjut, dengan mengukur kemiringan Jembatan, sampai menutup agar masyarakat tidak melintas.
Perihal pembukaan jalur di Jembatan Mahkota II, saat ini semakin tersiar, tetapi hingga kini waktu pasti dibukanya, belumlah diketahui.
Kepala Dinas PUPR Samarinda, Hero Mardanus saat dikonfirmasi awak media berkata bahwa jika Jembatan Mahkota II dibuka dan dapat dilintasi, bisa jadi ada opsi diberlakukan pembatasan kendaraan.
Maksudnya, hanya kendaraan ringan yang dapat melintas di jembatan sepanjang jalur 1,4 kilometer ini.
Sedangkan kendaraan beban besar tidak diperkenankan melintas.

"(Masih) Nunggu suratnya untuk dibuka. Intinya positif, dalam waktu dekat akan dibuka. Kalau dibuka ya masih kendaraan ringan, bukan truk (tonase besar)," ungkapnya, Selasa (25/5/2021).
Menyinggung terkait konstruksi jembatan, dia mengatakan bahwa saat ini masih dalam kategori aman.
Tetapi untuk kepastian lebih detail masih menunggu alat uji crack atau pengukuran keretakkan. Alat tersebut untuk memastikan cape pile pylon 7 jembatan.
"Iya ini ada satu yang diperiksa lagi, yang ada crack itu, di pylon ke tujuh itu diperiksa," tegas Hero Mardanus.
Penanganan pasca abrasi dan pengecekan konstruksi jembatan juga dilakukan PT Nindya Karya (Persero), kontraktor pelaksana proyek IPA Kalhol.

Rensi selaku penanggung jawab PT Nindya Karya menyampaikan bahwa pengecekan sudah dilakukan jauh hari sebelumnya, dari pengukuran tersebut dia berkata jika tidak ada pergeseran yang terjadi.
Namun untuk kondisi lebih rinci, dirinya tak dapat memastikan.
"Dari pengecekan berkala kami dengan metode pengecekan yang sama sebelumnya, itu tidak ada pergerakan. Tapi soal informasi adanya pergerakan (pylon) itu memang nanti ada beberapa metode lagi untuk memastikan lebih rinci," ungkapnya, Selasa (25/5/2021).
"Kalau kami sifatnya bantu pengecekan saja, karena kami ada patokan sebelum memulai pengerjaan (fisik proyek)," imbuh Rensi.
Selain ikut dalam pengecekan konstruksi Jembatan Mahkota II, pihaknya juga diminta melakukan langkah antisipasi abrasi susulan di bibir sungai.

Dan hal tersebut diakui Rensi telah dilakukan, hingga hari ini. Untuk penambahan proteksi lereng bukit dengan plastik, tentunya mengantisipasi longsor.
"Sementara masih berjalan seperti kemarin-kemarin, cuman areanya saja yang bertambah seperti bukit yang di cover plastik itu. Tapi untuk item pengerjaannya masih sama," tegasnya.
Bertanya penanganan jangka panjang, Rensi mengatakan bahwa hingga kini pihaknya masih menanti hasil pembahasan terkait metode yang digunakan.
Baca juga: Abrasi di Bawah Jembatan Mahkota Dua Samarinda, PT Nindya Karya Targetkan Pengerjaan 2 Minggu
Kemungkinan metode penanganan longsor akan diketahui pada bulan depan.
Pengambilan data primer, lanjut Rensi, bahwa sudah dilakukan, tinggal pengolahan tanah yang diuji di laboratorium. Estimasi di akhir bulan ini telah selesai.
"Sisanya tinggal tim ahli yang tentukan treatment apa yang digunakan. Kemungkinan bulan depan sudah ada hasilnya, karena analisa data itu kan tidak lama kurang lebih 7 - 10 hari," pungkasnya.
Berita tentang Kalimantan Timur
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Mathias Masan Ola