Berita Malinau Terkini
Digadang-gadang Jadi Sektor Unggulan, Berikut Tanggapan Petani Soal Potensi Pertanian di Malinau
Potensi pertanian digadang-gadang akan menjadi dulang pendapatan daerah di Kabupaten Malinau.
TRIBUNKALTIM.CO, MALINAU - Potensi pertanian digadang-gadang akan menjadi dulang pendapatan daerah di Kabupaten Malinau.
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Malinau menyasar sektor pertanian, guna dijadikan alternatif sektor unggulan daerah selain sektor galian dan pertambangan.
Ketua Kelompok Tani di Desa Semengaris, Kecamatan Malinau Utara, Agustinus mengatakan rencana tersebut bisa saja terealisasi.
Baca Juga: Belasan Juta Terkumpul, PMI Malinau Salurkan untuk Kebutuhan Dasar Korban Banjir
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Malinau Minggu 30 Mei 2021, Waspada Hujan Petir akan Terjadi pada Malam Hari
Dengan syarat pemerintah daerah berkomitmen untuk mendongkrak taraf hidup petani di daerah dan memerhatikan secara serius kesejahteraan para petani.
Menurutnya, untuk wilayah Kecamatan Malinau Utara, rata-rata hasil panen padi tiap petani berkisar 4 hingga 4,5 ton per hektar.
"Kalau di wilayah Malinau Utara, sebagaian sawahnya jenis lahan pasang surut. Jika padinya jadi, tidak kena penyakit atau gagal panen, bisa dapat minimal 4 ton per hektar," ujarnya kepada TribunKaltim.Co, Minggu (30/5/2021).
Varietas padi yang ditanam oleh Agustinus diakuinya merupakan benih yang dibeli sendiri dari wilayah luar.
Baca Juga: Relokasi Gedung Baru SMPN 1 Malinau Kota Masih Dibahas, Kepsek Harapkan Segera Dipakai untuk PTM
Baca Juga: PMI Malinau Galang Dana hingga Terkumpul Rp 13 Juta dan Puluhan Paket Bantuan buat Korban Banjir
Karena menurutnya lebih cocok dan hasilnya jauh lebih memuaskan daripada varietas benih padi bantuan dari Dinas Pertanian setempat.
"Saya pakai benih sendiri. Karena sudah berapa kali uji coba, ini yang paling cocok. Kalau benih bantuan, padinya tidak tahan. Susah mau jadi," katanya.
Lahan seluas 2 hektar milik Agustinus di Desa Semenggaris diakuinya merupakan tempat dia dan keluarganya bergantung hidup.
Bahkan menurutnya cukup untuk menguliahkan anaknya ke daerah luar dari hasil panen di lahan pribadi yang telah dikelolanya selama lebih dari 20 tahun.
"Anak kuliah di Semarang saya biayai sendiri dari hasil panen. Tidak ada bantuan atau bea siswa dari Pemerintah daerah. Dulu ada dijanjikan, tapi tidak ada tindak lanjutnya," ucapnya.
Selama lebih dari 20 tahun bekerja sebagai petani, dia menyampaikan padi miliknya sempat beberapa kali gagal panen.
Baik karena terserang hama dan penyakit, maupun karena tergenang banjir. Menurutnya, kunci sukses melakoni pekerjaan adalah dengan sabar dan serius.
Baca Juga: Belajar dari Peristiwa Banjir, Dandim Malinau Singgung Peran Pemuda dalam Upaya Mitigasi Bencana
Baca Juga: Persiapan PTM, 900 Guru di Malinau Telah Divaksin, Penyaluran Sesuai Analisis Kerawanan Covid-19
"Kuncinya, sabar, pantang menyerah dan yang penting serius. Saya berapa kali gagal panen. Tapi tidak menyerah, tanam terus - tanam terus, sampai berhasil," katanya.
Petani di Desa Semengaris, Kecamatan Malinau Utara biasanya menanam padi 2 hingga 3 kali dalam setahun.
Dari lahan sawah seluas 2 hektar miliknya, Agustinus mengatakan dirinya dapat meraih penghasilan Rp 30 - 50 juta rupiah sekali panen. (*)