Virus Corona
Pahami Gejala Awal Covid-19 Varian Delta, Perbedaannya dengan Gejala Virus Corona
Varian delta juga dikenal sebagai B.1.617.2, menjadi jenis baru dari virus corona Covid-19.
TRIBUNNEWS.COM - Penyebaran Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan setiap harinya.
Hal itu, diperparah dengan munculnya varian baru virus Corona.
Varian tersebut yakni varian Delta.
Dikutip dari forbes.com, melalui Tribunnews.com varian delta juga dikenal sebagai B.1.617.2, menjadi jenis baru dari virus corona Covid-19.
Varian Delta pertama kali diidentifikasi muncul di India, sifatnya mudah menular dan lebih berbahaya.
Baca juga: UPDATE Virus Corona di Malinau, 3 Ribuan Orang Divaksin Covid-19 dan Jadwal untuk Pelaku UMKM
Risiko yang ditimbulkan dari varian delta tampaknya lebih mengerikan dari virus corona 19 pada umumnya.
Varian Delta menyumbang sekitar 25 persen kasus, meningkat antara setiap harinya di Kansas.
Lalu apa bedanya gejala umum virus corona dengan varian delta?
Dikutip dari who.int, gejala COVID-19 yang paling umum hingga yang parah:
- Demam
- Kelelahan
- Kehilangan rasa atau bau
- Hidung tersumbat
- Konjungtivitis (juga dikenal sebagai mata merah)
Baca juga: UPDATE Virus Corona di Bontang, Kasus Covid-19 Meningkat Tajam, Orang Terpapar Capai 233
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri otot atau sendi
- Berbagai jenis ruam kulit
- Mual atau muntah
- Diare
- Menggigil atau pusing
- Sesak napas
- Kehilangan selera makan
- Kebingungan
- Nyeri atau tekanan terus-menerus di dada
- Suhu tinggi (di atas 38 °C)
Gejala Varian Delta:
- Sakit perut
- Hilangnya selera makan
- Muntah
- Mual
- Nyeri sendi
- Gangguan pendengaran
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Pilek Demam
Jika Anda mengalami gejala-gejala COVID-19, sebaiknya segera lakukan Isolasi Mandiri.
Baca juga: UPDATE Virus Corona di Kalimantan Timur, Kasus Positif Covid-19 Lebih dari 100
Dalam Instagram resminya Kementerian Kesehatan menuliskan bahwa isolasi mandiri dilakukan selama 10 hari sejak dinyatakan terjangkit COVID-19.
Jika tidak berkurang, tambahkan waktu isolasi selama 3 hari hingga Anda terbebas dari gejala demam dan gangguan pernapasan.
Untuk mengatasi agar virus tidak terus tersebar, WHO juga menyarankan agar masyarakat mau melakukan vaksin.
Dikutip dari who.int, Vaksin berguna untuk mengatasi penularan terus terjadi, namun masyarakat dianjurkan juga untuk terus mengenakan masker, membersihkan tangan, memastikan ventilasi yang baik di dalam ruangan, menjaga jarak secara fisik, dan menghindari keramaian.
Baca juga: Dua Pekan Keliling Daerah, Juru Bicara Satgas Covid 19 Positif Terinfeksi Virus Corona
Dikutip dari Instagram @kemenkes_ri, selain virus corona jenis baru varian delta, masyarakat juga perlu mewaspadai varian B.1.1.7 atau varian Inggris dan varian B.1.3.5.1.
Tingkat penularan dari varian baru Covid-19 di Indonesia mencapai 36 hingga 75 persen.
Maka Kementerian Kesehatan menghimbau agar masyarakat mengurangi mobilitas dengan tetap berada di rumah dan mematuh aturan protokol kesehatan yang berlaku.
Mengapa Varian Delta Menjadi Perhatian?
"Varian Delta menjadi perhatian karena lebih menular, jelas. Lebih mudah menyebar dari satu orang ke orang lain," kata Dr. Jha.
"Ada beberapa kemungkin varian Delta bisa lebih mematikan atau menyebabkan penyakit lebih parah."
Beberapa ahli mengatakan varian Delta sekitar 50 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha.
"Pikirkan virus membutuhkan kunci untuk memasuki sel Anda," ujar Dr. Jha.
"Kunci itu adalah apa yang biasa disebut protein lonjakan, atau protein S1."
"COVID-19 bermutasi saat pandemi berlanjut secara global untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dan menjadi lebih menular."
"Jika virus bisa mengubah diri menjadi kunci yang lebih baik, kemungkinan besar virus akan bisa membuka pintu sel untuk masuk ke dalam sel manusia."
"Inilah yang dilakukan oleh mutasi."
Bagaimana Varian Delta Terdeteksi?
COVID-19 dideteksi menggunakan tes polymerase chain reaction (PCR).
Setelah sampel dikonfirmasi positif, langkah selanjutnya adalah menyaring varian yang menjadi perhatian (variants of concern).
Dr. Jha mengatakan tes skrining awal yang digunakan di Kanada saat ini, bisa mencari dua mutasi spesifik yang menunjuk pada varian virus.
Baca juga: UPDATE Virus Corona di Indonesia 17 juni 2021, Jumlah Kasus Terkonfirmasi Bertambah 12.624 Pasien
Saat ini, kata dia, tes skrining ini bisa mendeteksi varian Alpha dan Beta atau apakah virus itu varian yang tidak diketahui.
"Tes penyaringan awal sudah cukup untuk menentukan apakah itu Alpha atau Beta juga, tetapi tidak memberi tahu apakah itu Delta," kata Dr. Jha.
"Untuk melakukan itu, Anda harus mengurutkan seluruh virus."
Sayangnya, Dr. Jha mengatakan proses itu adalah proses yang lebih panjang – yang menyebabkan keterlambatan dalam melaporkan jumlah kasus Delta.
"Kita bisa lakukan dengan bukti yang lebih baik dan lebih banyak pengurutan dan melihat seperti apa sebarannya di berbagai bagian provinsi," kata Dr. Jha.
Dia mengatakan pekerjaan sedang dilakukan untuk memungkinkan tes penyaringan dengan cepat mengidentifikasi varian Delta.
"Ilmu pengetahuan harus bekerja lembur," tambahnya.
Apakah Vaksin Efektif Melawan Varian Delta?
Jawaban singkat: ya.
Menurut Dr. Jha, sebuah penelitian di Inggris menunjukkan dua dosis vaksin memberikan sekitar 90 persen perlindungan terhadap penyakit parah akibat varian Delta.
"Kabar baiknya dengan vaksinasi ganda, kemungkinan untuk dirawat di rumah sakit atau meninggal karena varian Delta sangat rendah," katanya.
"Dua dosis jauh lebih baik daripada satu."
Namun, Dr. Jha memperingatkan bukti lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi apakah vaksin juga efektif untuk mencegah penularan lebih lanjut dari varian Delta.
Baca juga: Anies Baswedan Tak Mau Warga Menyesal, Beber Kasus Covid-19 Jakarta Hampir Tembus 5 Ribu Per Hari
Bagaimana tentang Varian Lainnya di Masa Depan?
Semakin banyak COVID-19 menyebar secara global, semakin besar pula risiko munculnya varian baru di masa depan, kata Dr. Jha.
"Kita tidak akan bisa mengontrol varian kecuali kita mengontrol transmisi komunitas di seluruh dunia."
Dia mengatakan varian akan mencoba berevolusi untuk menghindari kerja vaksin.
"Kekhawatiran besarnya adalah, bagaimana dengan, bukan Delta, tetapi Epsilon yang lebih kuat dari Delta dan seolah berkata, 'Saya bisa melakukan yang lebih baik,'" kata Dr. Jha.
"Jika varian itu bisa masuk dan tidak ada vaksinnya, itu akan menjadi masalah besar."
"Untuk mengatasi itu, satu-satunya strategi adalah memvaksinasi dunia," katanya.
"Jika tidak, hanya masalah waktu sebelum varian kembali dan vaksin kita tidak lagi berfungsi."
(*)
Berita ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Apa Itu Varian Delta? Apa Gejalanya Sama dengan Virus Corona Pada Umumnya? Berikut Penjelasannya