Mata Najwa

Dokter Blak-blakan, Video Suasana IGD Dibongkar di Mata Najwa, Diisi 4 Kali Lipat dari Kapasitas

Dokter blak-blakan, video suasana IGD dibongkar di Mata Najwa, diisi 4 kali lipat dari kapasitas

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Capture YouTube Mata Najwa
Suasana di IGD RS UI Depok penuh pasien Covid-19 dibongkar di Mata Najwa 

TRIBUNKALTIM.CO - Kasus Virus  Corona yang melonjak signifikan membuat tenaga kesehatan kewalahan.

Kondisi suasana IGD yang penuh sesak pasien Covid-19 bergejala berat pun dibongkar di acara Mata Najwa.

Bahkan, IGD yang hanya berkapasitas 6 pasien Covid-19, terpaksa diisi lebih dari 4 kali lipat menjadi 26 pasien.

Diketahui, tayangan Mata Najwa tadi malam mengangkat tema Blak-blakan Dokter.

Yang menarik, pembawa acara yang biasa dipandu Najwa Shihab, kini diserahkan ke Dokter Tompi yang juga merupakan penyanyi.

Selain lonjakan kasus baru Virus Corona yang signifikan, terungkap pula banyak varian virus yang sudah menyebar di Indonesia, termasuk varian delta dari India.

Di Jakarta misalnya, angka kasus baru Covid-19 menyentuh 5 ribu kasus per hari.

Baca juga: Mata Najwa Tadi Malam, Gaya Tompi Gantikan Najwa Shihab Jadi Presenter, Ibunya Jadi Korban Covid-19

Pemerintah mengambil langkah berupa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM.

Pada acara Mata Najwa, Rabu (23/6/2021), seorang narasumber yang merupakan tenaga kesehatan (nakes), memperlihatkan langsung seperti apa isi dari ruang Instalasi Gawat Darurat ( IGD) di Rumah Sakit Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat.

Diketahui IGD RS UI Depok pada saat ini dikhususkan untuk para pasien yang menderita Covid-19.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Irandi Putra Pratomo selaku narasumber sekaligus nakes RS UI Depok yang mem-videokan isi IGD tersebut.

"Belum apa-apa kita sudah disambut tabung oksigen," kata dr. Irandi sebelum memasuki ruang IGD RS UI Depok.

Ia menjelaskan, karena ruang IGD RS UI Depok kelebihan pasien atau over okupansi, maka pihak RS harus menyediakan tabung oksigen dari pihak luar.

Kemudian setelah masuk ke dalam ruang IGD, nampak begitu banyak pasien di dalam.

Ruangan nampak begitu penuh dengan pasien yang tengah tertidur.

Beberapa pasien ada yang menggunakan tabung oksigen.

"Kita bisa melihat kondisi, bahwa ini bukan lagi iklim ideal dalam sebuah rumah sakit," kata dr. Irandi.

Berdasarkan penjelasan dr. Irandi, ruang IGD tersebut seharusnya hanya menampung enam pasien, namun sekarang ini, ruang itu menampung hingga 25 pasien Covid-19.

Selanjutnya, dr. Irandi memperlihatkan pasien bergejala berat yang ditempatkan di ruangan berbeda.

Di dalam ruangan itu, para pasien bergejala berat banyak yang menggunakan ventilator untuk membantu pernapasan para pasien.

Nampak dalam video, seluruh pasien yang ada di ruangan tersebut terkapar tak berdaya dengan banyak alat-alat medis menempel di tubuh mereka.

Kemudian di sebuah lorong masih terdapat pasien saking penuhnya ruang IGD RS UI Depok.

Dokter Irandi melanjutkan, permasalahan juga terjadi dalam sektor obat-obatan.

Menurut penjelasannya, apabila pasien Covid-19 terus bertambah, maka RS UI Depok akan kehabisan obat untuk Covid-19.

"Untuk di RS UI sendiri sempat terjadi kekosongan walaupun akhirnya kita lakukan stocking emergency," kata dr. Irandi.

"Untuk saat ini mungkin masih bisa bertahan, tapi kalau pasien terus-terusan seperti ini tidak ada pilihan lain, mungkin kita akan kehabisan obat," jelasnya.

Jenazah Pasien Covid-19 Diangkut Pakai Truk

Covid-19 makin menggila, hal ini terlihat dari beberapa hal.

Yang paling mencolok ialah jenazah pasien Covid-19 yang kini diangkut menggunakan truk.

Seiring dengan itu, sejumlah perajin peti jenazah mulai kewalahan terima orderan khusus dari RS rujukan Covid-19.

Terakhir Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tarik rem darurat.

Ada 11 poin aturan lengkap pembatasan kegiatan di DKI Jakarta.

Baca juga: Tayangan Mata Najwa Nanti Malam Diambil Alih, Covid-19 Menggila, Dokter Blak-Blakan ke Najwa Shihab

Pemprov DKI Jakarta bakal menggunakan truk sebagai kendaraan pengangkut jenazah Covid-19.

Hal ini disampaikan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta Edi Sumantri dalam rapat bersama Komisi C DPRD DKI Jakarta.

Dalam rapat itu awalnya Edi menjelaskan soal anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) 2021 yang saat ini sudah digunakan untuk penanganan Covid-19 dan tersisa Rp 186 miliar.

Ia menyebut dana BTT selama ini digunakan untuk membeli peti jenazah bagi pasien Covid-19.

"Uang ini tinggal Rp 186 miliar dari Rp 2,133 triliun. Sudah terpakai buat apa saja? Dari Rp 186 miliar, sudah digunakan nih untuk peti jenazah," ucapnya, Rabu (23/6/2021).

Lalu Edi bercerita, kemarin dalam satu hari ada 146 jenazah yang dimakamkan menggunakan protokol Covid-19.

Jumlah ini meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan pada gelombang pertama Covid-19 yang terjadi 2020 lalu.

"Gelombang satu tertinggi 75 orang dalam satu hari, itu gelombang satu tahun lalu. Tahun ini baru jam 18.00 WIB sudah ada 146 orang," ujarnya.

Hal ini pun membuat petugas ambulans dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta kewalahan dan tak sanggup menguburkan.

Untuk menyiasati banyaknya jenazah yang bakal dikubur menggunakan protokol Covid-19, Pemprov DKI akhirnya menggunakan truk untuk membawa menuju tempat pemakaman.

"Ambulans tidak mungkin lagi, (akhirnya diangkut, red) dengan truk, dengan kapasitas satu truk delapan peti," beber Edi.

Itupun, lanjut dia, pemakaman hanya satu tempat yang tersedia di TPU Rorotan.

"Makanya ini akan bertambah lagi untuk biaya peti dan lain-lain," Edi menegaskan.

Diketahui, biaya pembelian peti menyedot dana sampai Rp 4,6 miliar.

Kemudian, anggaran dipakai untuk insentif tenaga pemulasaraan yang mencapai Rp 5,2 miliar, termasuk masker mencapai Rp 3,1 miliar.

Rincian lainnya, Dinas Pertamanan Pemakanan memakai anggaran Rp 13,02 miliar, Dinsos terkait konsumsi BST bagi masyarakat Rp 9 miliar.

Inspektorat ada pendampingan dan pengawasan Rp 5,8 miliar, BPBD Rp 467 miliar.

Uang transpor gugus tugas dua kali, yakni sebesar Rp 466 miliar sekian.

"Sehingga subtotal di BPBD Rp 933 miliar. DLH juga ada Rp 502 miliar, Satpol PP Rp 9,108 miliar untuk pengamanan pelaksanaan pemberian dan Rp 8,2 miliar untuk pelaksanaan kegiatan PPKM oleh Kodam Jaya Jayakarta, lalu Dishub hanya Rp 140 juta, Rp 243 juta, Rp 294 juta pelaksanaan penyekatan," kata Edi.

Pada Juni ini BPKD sedang mengajukan dana ke BPKJ. Jika disetujui, dana yang digunakan untuk Dinsos disalurkan untuk makan-minum di lokasi penginapan tenaga kesehatan.

"Jadi nakes dikasih makan-minum. Totalnya Rp 83 juta tambahannya," tutur Edi.

Selain itu, pasien OTG diberi makan minum dan membutuhkan anggaran Rp 31 miliar dari Dinas Sosial.

"Makan-minum lagi buat OTG Rp 15 miliar, ada juga RKB butter stock Rp 5 miliar. Dinas perhubungan Rp 784 juta untuk belanja makan-minum sampai pelaksanaan posko. Jadi dari uang Rp 130 miliar yang masih tersedia sudah akan dicarikan karena sudah masuk permohonannya dan penelitian inspektorat sebesar Rp 83 miliar," sambung dia.

Dalam minggu ini dana sebesar Rp 53 miliar akan dikeluarkan, sehingga dana yang tersisa 84,7 miliar.

Edi menerangkan, angka tersebut tergolong angka yang kritis.

Jika ada perkembangan, ia akan melaporkan ke Ketua dan anggota DPRD DKI Jakarta.

Ia menaksir kemungkinan akan terjadi pergeseran kedua jika angka Rp 84 miliar ini nanti kurang.

"Uangnya dari mana? Tadi saya sampaikan ada uang BST Rp 647 miliar yang tadi enggak jadi dikasih itu. Itu bisa kita tarik lagi balik ke BTT atau kita BTT untuk kegiatan di Dinas," ucap dia.

(*)

Sebagian artikel ini telah tayang dengan judul Di Mata Najwa, Dokter di RS UI Depok Videokan Langsung Isi Ruang IGD Pasien Khusus Covid, https://wow.tribunnews.com/2021/06/24/di-mata-najwa-dokter-di-rs-ui-depok-videokan-langsung-isi-ruang-igd-pasien-khusus-covid?page=all.

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved