Berita Tarakan Terkini
Antisipasi Defisit Beras, Metode Hazton Bisa Jadi Solusi Atasi Kebutuhan Beras di Kaltara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara merilis data pengeluaran untuk konsumsi penduduk Indonesia per provinsi tahun 2020.
TRIBUNKALTIM.CO,TARAKAN - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara merilis data pengeluaran untuk konsumsi penduduk Indonesia per provinsi tahun 2020.
Data itu berdasarkan hasil Susenas Maret 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan konsumsi beras per kapita Provinsi Kalimantan Utara adalah 5,89 kilogram per bulan per kapita.
Dibeberkan Kepala KPwBI Provinsi Kaltara, Yufrizal, dengan jumlah penduduk Kaltara mencapai 701.814 jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk pada September 2020, maka kebutuhan beras Provinsi Kaltara adalah 49.604 ton beras.
Tercatat produksi beras Kaltara pada tahun 2020 lalu yakni 19.802 ton.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terjadi defisit beras Kaltara yang harus dipenuhi dari pasokan luar daerah.
Baca juga: Tahun Ini KPwBI Kaltara Anggarkan Rp 1,5 M Beasiswa untuk Dua Universitas dan Dua Sekolah
“Dengan demikian, apabila produksi tahun 2021 ini masih sama dengan tahun lalu, ditambah dengan pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahun, maka Kaltara akan mengalami defisit beras yang cukup besar,” beber Yufrizal.
Lebih lanjut ia menambahkan, dengan luas panen padi tahun 2020 lalu yang mencapai 9.883 hektare, maka apabila seluruh metode konvensional dikonversi menjadi metode Hazton, dengan asumsi hasil Hazton mencapai 6 ton hingga 8 ton, maka Kaltara setidaknya dapat memproduksi kurang lebih 59.298 ton per tahun hingga 79.064 ton per tahun gabah kering.
“Atau sekitar 34.974 ton per tahun hingga 46.632 ton per tahun beras. Dengan peningkatan produksi dari 19.802 ton menjadi 34.974 sampai 46.632 ton per tahun tersebut, maka defisit komoditas beras di Kalimantan Utara dapat dikurangi hingga 15.174 ton hingga 26.830 ton per tahunnya,” tutur Yufrizal.
Dibeberkan Yufrizal, metode hazton sendiri yakni memiliki masa persemaian yang lebih lama, yaitu sekitar umur 25 hingga 30 hari.
Selanjutnya, bibit padi tersebut ditanam hingga 25 sampai dengan 30 bibit padi per lubang tanam.
Metode padi hazton, lanjutnya, telah sukses diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia.
Metode ini telah terbukti di berbagai daerah mampu meningkatkan dua hingga tiga kali lipat dari produktivitas sebelumnya.
Sehingga diharapkan para petani Bulungan dapat mengambil contoh dan menerapkannya pada lahan pertaniannya.
Lebih lanjut, Yufrizal juga berharap metode ini dapat direplikasi di wilayah lain di Provinsi Kalimantan Utara.
“Kami berharap dengan adanya bukti peningkatan produktivitas budidaya menggunakan metode hazton ini nantinya, maka metode yang sama dapat direplikasi di lahan-lahan pertanian yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara untuk meningkatkan produktivitas komoditas pangan strategis Kaltara,” bebernya.