Virus Corona di Kaltara

Plt Dirut RSUD Tarakan Sebut Varian Virus Delta Lebih Cepat Menular

Varian baru jenis delta mutasi dari virus induk Covid-19 sudah mulai muncul di Indonesia.

Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/ANDI PAUSIAH
dr. Franky Sientoro, Plt.Dirut RSUD Tarakan Provinsi Kaltara.TRIBUNKALTIM.CO/ANDI PAUSIAH 

TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Varian baru jenis delta mutasi dari virus induk Covid-19 sudah mulai muncul di Indonesia.

Di beberapa provinsi pun sudah dilaporkan varian baru tersebut.

Dikatakan dr. Frangky Sientoro, Plt Dirut RSUD Tarakan Provinsi Kaltara sekaligus Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Kaltara, varian baru tersebut lebih cepat menularkan.

Ia menjelaskan secara medias, varian ini secara ilmiah memiliki genotipe berbeda dari virus awalnya atau induk virusnya.

“Virus itu genotipenya itu gen, berurutan. Nah varian yang berubah itu menyebabkan variasi dari tipe. Nah variasi daripada tipe ini bisa mejadi lebih hebat atau rentan terhadap obat,” ungkap dr. Frangky.

Baca juga: Virus Delta Dikabarkan Masuk Kaltim, Dinkes Minta Bukti Otentik Langsung dari Kemenkes

Pada umumnya lanjut dr. Franky, biasanya sesuatu yang sudah bermutasi akan lebih kuat.

Alasan terjadinya mutase karena adanya gangguan terhadap genotype awalnya.

“Kalau virusnya aman saja, tidak diganggu maka tidak akan bermutasi. Namun ketika diganggu dengan obat-obatan maka saat dia belum mati betul dan keluarlah mutasinya atau keturunannya,” ungkap dr. Frangky.

Terhadap vaksin lanjutnya, efektivitas Sinovac terhadap varian Delta hanya 40 persen.

Berbeda saat melawan virus awalnya, bisa sampai 70 persen melawan Covid-19.

“Katakanlah dari 100 orang maka hanya 40 orang yang terlindungi. Varian baru ini kemungkinan membentuk keturunan lebih kuat. Terjadi mutasi karena faktor tadi,” ujarnya.

Kembali disinggung penyebab awal terjadinya mutase genetic karena ada pasien yang belum sembuh lalu melarikan diri sehingga mengganggu proses menuju kesembuhan.

Ia meluruskan, saat nii tidak ada obat 100 persen bisa mengobati Covid-19. Karena tak bisa maksimal 100 persen membunuh Covid-19, maka dia bermutasi saat diberikan obat.

“Menghasilkan keturunan. Caranya dia bermutasi tadi tersusun genomnya genotipenya dan itu ada rumusnya dia berputar. Kecepatan penularan Delta lebih berbahaya. Virulensinya dan daya tularnya lebih kuat,” bebernya.

Jika virus awal hanya tinggal di area tenggorokan, varian Delta bisa sampai di paru-paru hidupnya. Kareanya orang yang cepat merasa sesak bisa jadi sudah tertular varian baru Covid-19 ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved