Idul Adha
Inilah Teks Bilal Shalat Ied dan Kumpulan Materi Khutbah Idul Adha 2021, Download Link PDF
Inilah teks bilal idul adha. Bagi Anda yang akan melaksanakan Salat Idul Adha berikut LINK PDF contoh naskah Khutbah Idul Adha 1442 H
TRIBUNKALTIM.CO - Beberapa hari lagi umat Islam diseluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia akan merayakan hari raya Idul Adha 2021/1442 H.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, berimbas terhadap aktivitas perayaan Idul Adha 2021.
Salah satunya shalat Idul Adha 2021 yang dianjurkan untuk dilakukan di rumah masing-masing bersama keluarga, maupun perorangan.
Bahkan, beberapa daerah yang dianggap sangat rawan terhadap penularan Virus Corona, tidak diperbolehkan untuk menggelar shalat Idul Adha 2021 berjamaah, baik di masjid maupun di lapangan.
Ya, hari raya Idul Adha atau yang biasa disebut dengan Lebaran Haji ini sangat erat kaitannya dengan kurban.
Baca juga: Doa Niat Puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah Sebelum Idul Adha 2021
Untuk diketahui, sesuai kalender Idul Adha 2021 akan jatuh pada tanggal 20 Juli 2021.
Nah, selain menunaikan ibadah haji, melaksanakan penyembelihan hewan kurban merupakan ibadah yang bernilai tinggi di Bulan Dzulhijjah.
Dimana nantinya umat muslim disarankan melaksanakan ibadah kurban.
Biasanya menyembelih sapi, kerbau, domba ataupun kambing.
Hari Raya Idul Adha tahun Ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
Pelaksanaan sholat Idul Adha 2021 dianjurkan untuk dilaksanakan di rumah atau berjamaah di masjid namun dengan protokol kesehatan yang harus dipenuhi.
Simak juga teks bilal idul adha di artikel ini.
Bagi Anda yang akan melaksanakan Salat Idul Adha berikut LINK PDF contoh naskah Khutbah Idul Adha 1442 H :
Contoh Khutbah 1
* Khutbah Pertama
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Walillahil hamd.
Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Ayyuhan naas, ittaqullaha haqqa tuqootih.
Innaa a’thainaakal-kautsar, fashollii li robbika wanhar, innaa syaaniaka huwal abtar.
Jama’ah rahimani wa rahimakumullah, jama’ah yang senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Allah …
Hari Jumat ini bertepatan dengan dua Id.
Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Ramlah Asy-Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqam, “Apakah engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan dua Id (hari Id bertemu dengan hari Jumat) dalam satu hari?” “Iya”, jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau melaksanakan shalat Id dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jumat”, jawab Zaid lagi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jumat, maka silakan.” (HR. Abu Daud, no. 1070; An-Nasa’i, no. 1592; Ibnu Majah, no. 1310. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Dalil di atas menjadi dalil boleh memilih antara shalat Jumat dan shalat Id.
Baca juga: INILAH Link Live Streaming Sidang Isbat Penetapan Idul Adha 2021, Twibbon Idul Adha 2021 buat Medsos
Akan tetapi, mengerjakan kedua shalat tersebut lebih baik.
Bagi yang memilih tidak shalat Jumat karena di pagi harinya telah shalat Id, maka hendaklah mengganti dengan shalat Zhuhur.
Terkait dengan kurban, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ibadah ini berasal dari kisah Nabi Ibrahim saat ingin menyembelih putranya Ismail.
Kisah ini bisa ditelaah lebih jauh dalam surah As-Saffat ayat 99 – 111.
Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail ‘alaihis salam sebagaimana disebutkan dalam ayat,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)
Ketika Isma’il berada dalam usia gulam dan ia telah sampai pada usia sa’ya, yaitu usia di mana anak tersebut sudah mampu bekerja.
Pada usia tersebut, Ibrahim sangat mencintainya dan Nabi Ibrahim merasa putranya benar-benar sudah bisa mendatangkan banyak manfaat.
Saat anaknya seperti itulah, Ibrahim mendapatkan ujian berat.
Lihatlah ketika mendengar mimpi ayahnya untuk menyembelihnya, Ismail sangatlah patuh.
Ia pun menyatakan dirinya bisa bersabar dan mendorong ayahnya untuk bersabar pula.
Baca juga: Jelang Idul Adha, Harga Bawang Merah Tembus Rp 38 Ribu/Kg dan Cabai Rp 80 Ribu/Kg di Tarakan
Inilah yang seharusnya jadi teladan kita, yaitu patuh, sabar, dan tawakal kepada Allah.
Mudah-mudahan kita mendapatkan istri dan anak yang patuh pada Allah, sabar dan benar-benar bertawakal kepada-Nya, begitu pula kita menjadi orang yang demikian.
Lalu dalam lanjutan ayat disebutkan,
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya).” (QS. As-Saffat: 103)
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
“Dan Kami memanggilnya, “Hai Ibrahim.” (QS. As-Saffat: 104)
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Saffat: 105)
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. As-Saffat: 106)
Dengan sikapnya ini, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dipuji,
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Saffat: 110). Ibrahim termasuk orang yang berbuat baik (berbuat ihsan) dalam ibadah, bermuamalah baik dengan sesama, ia mendapatkan jalan keluar dari kesulitan yang ia hadapi, dan ia mendapatkan balasan yang baik.
Lalu disebutkan,
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. As-Saffat: 111).
Pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim berkurban Ibrahim adalah orang yang taat pada perintah Allah.
Nabi Ibrahim tidak membantah wahyu, ia sangat patuh pada wahyu.
Kecintaan pada Allah lebih didahulukan oleh Nabi Ibrahim dari kecintaan pada anak.
Sifat anak yang saleh adalah patuh pada orang tua seperti patuhnya Ismail pada ayahnya Ibrahim.
Baca juga: Jelang Idul Adha 1442 H, Pemkab Paser Bentuk Tim Pengawasan Hewan Kurban
Bersabar di balik kesulitan pasti akan datangkan kemudahan.
Termasuk saat ini kita bersabar tanpa batas di masa pandemi.
Semoga jadi pelajaran penuh manfaat. Aquulu qoouli hadza, wastaghfirullaha lii, innahu huwas samii’ul ‘aliim.
* Khutbah kedua
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Allahu Akbar. Walillahil hamd.
Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Wal ‘ashr, Innal insaana lafii khusr, illalladziina aamanuu wa ‘amilush sholihaati wa tawaa-show bil haqqi wa ta-waashow bish shobr.
Ayyuhan naas, ittaqullaha haqqa tuqootih.
Allahummaghfir lil muslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al-ahyaa’ minhum wal amwaat.
Robbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wa fil aakhirooti hasanah wa qinaa ‘adzaban naar.
Bi rohmatika yaa arhamar roohimiin.
Taqobbalallahu minna wa minkum.
Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Baca juga: Instruksi Bupati Syarwani soal Salat Idul Adha Berjamaah, Pemotongan Hewan Kurban Ditunda
Referensi Khutbah: Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Contoh Khutbah 2
Khutbah Idul Adha 2021 berjudul 'Keteladan Nabi Ibrahim AS' OLEH BIDANG PENAIS, ZAKAT, DAN WAKAF KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul kurban”, karena merupakan Hari raya yang menekankan pada arti berkorban. kurban itu sendiri artinya dekat, sehingga kurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakii
Contoh Khutbah 3
Khutbah Idul Adha ( Semangat Berkurban Untuk Solidaritas Sosial Dalam Tatanan Baru Produktif dan Aman Dari Covid-19 ) Diterbitkan oleh : KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH PROVINSI BENGKULU
Contoh Khutbah 4
Khutbah Idul Adha di Tengah Pandemi Covid19 Pengorbanan dan keteladan para Nabi dan refleksi Ujian keimanan untuk setiap hamba
Tiga pelajaran dari Ibadah Hari Raya Idul Adha dan Ibadah Nahr (Penyembelih Kurban)
Berikut teks bacaan bilal shalat Idul Adha beserta tata cara
1. Sebelum rangkaian Shalat Idul Adha dilakukan, dianjurkan untuk membaca takbir terus-menerus sembari menunggu jamaah tiba. Adapun lafadznya adalah sebagai berikut:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إلٰهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
(Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar. Laa ilaahaillallaahu wallaahu Akbar. Allahu Akbar Wa Lillahil hamd)
2. Setelah jamaah datang dan Imam sudah siap, muadzin menyerukan shalat idul Adha dengan mengucapkan kalimat berikut ini:
الصَّلاَةُ سُنَّةً لِعِيْدِ الأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ
(Assholaatu sunnatal li’iidil adha rok’ataini jaami’atar rohiimakumullaah)
الصَّلاَةُ لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ مُـحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
(Assholaatu laa ilaaha illallaahu muhammadur rosuulullah shollallahu alaihi wasallam)
3. Saat pelaksanaan Shalat Idul Adha usai, Maka petugas bilal berdiri dengan memagag tongkat kemudian menghadap ke jamaah dan mengucapkan kalimat berikut ini:
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ ،إِعلَمُوا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ عِيْدِ الأَضْحَى وَيَومُ السُرُوْرِ وَيَومُ المــــــغْفُورِ يَومُ اَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيهِ الطَعَامَ وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامَ إِذَا صَعِدَ الخَطِيبُ عَلَى المِنْبَرِ
اَنْصِتُوْاوَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ، ×۳
(Ma’aasyirol muslimiin wa zumrotal mu’miniina rohimakumullah. I’lamuu anna yaumakum hadzaa yaumu ‘iidil adha wayaumus suruuri wa yaumul maghfuuri yaumu ahallallaahu lakum fiihith tho’aama wa harroma ‘alaikumush shiyaama idzaa sho’idal khothiibu ‘alal minbar. Anshituu wasma’uu rohimakumullaah X3)
4. Petugas bilal masih dalam posisi berdiri, ketika khotib menuju mimbar dan menghadap kiblat kemudian bilal memanjatkan doa sebagai berikut:
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ
(Allahuma shollii ‘alaa sayyidinaa muhammad, Allahuma shollii ‘alaa sayyidinaa muhammad, Allahuma shollii ‘alaa sayyidinaa muhammadiw wa’alaa aali sayyidinaa muhammad)
اَللّٰهُمَّ قَوِّ اْلإِسْلاَمَ, مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ , وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ , اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ , وَانْصُرْهُمْ عَلَى اْلمُعَانِدِّيْنَ . يَارَبِّ اخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ , وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
(Allaahumma qowwil islaam, minal muslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al ahyaai minhum wal amwaat, washurhum ‘alal mu’aaniddiin, yaa robbikhtim lanaa minka bil khoiir. Wa yaa khoiron naashiriina birohmatika yaa arhamarroohimiin
5. Ketika khatib duduk karena selesai khotbah pertama, maka bilal membaca sholawat atas Nabi Muhammad sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ ، وَزِدْوَاَنْعِمْ وَتَفَضَلْ وَبَارِكْ ، بِجَلَالِكَ وَكَمَالِكَ عَلٰى زَيْنِ عِبَادِكْ ، وَاَشْرَفِ عِبَادِكَ ، سَيِّدِاْلعَرَبِ وَاْلعَجَمِ ، وَاِمَامِ طَيْبَةَوَاْلحَرَمِ ، سَيِّدِنَاوَمَوْلَانَا مَحَمَّدٍ وَّعَلىٰ آلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالىٰ عَنْ كُلِّ صَحَا بَةِ رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ
(Allaahumma sholli wa sallim, wazid waan’im wa tafaddzol wa baa rik, bijalaalika wakamaalika ‘alaa zaini ‘ibaadik, wa asyrofi ‘ibaadik, sayyidil ‘arabi wal ‘ajami, wa imaami thoibati wal haromi, sayyidinaa wa maulanaa muhammadiw wa’alaa aalihii wa sohbihii wa sallim wa rodhiyallaahu tabaaroka wa ta’aalaa ‘an kulli shohaabati rosuulillahi ajma’iin). (*)