Idul Adha
Orang yang Belum Aqiqah Apakah Boleh Berkurban? Ini Penjelasan Buya Yahya
Umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban pada Selasa 20 Juli 2021. Lantas, bolehkah orang yang belum aqiqah berkurban?
TRIBUNKALTIM. CO - Umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban pada Selasa 20 Juli 2021.
Dianjurkan untuk umat Islam berkurban di hari raya ini.
Lantas, bolehkah orang yang belum Aqiqah melakukan kurban? Begini penjelasan Buya Yahya.
Baca juga: Bolehkah Puasa Arafah tanpa Puasa Tarwiyah? Ini Penjelasan dan Bacaan Niatnya
Pemerintah sudah menetapkan Idul Adha 1442 H/2021 yang diperingati 10 Dzulhijjah, jatuh pada tanggal 20 Juli 2021.
Jika perayaan Idul Adha 10 Dzulhijjah 1442 H jatuh pada 20 Juli 2021, maka Puasa Arafah 9 Dzulhijjah 1442 H jatuh pada tanggal 19 Juli 2021.
Di bulan mulia Dzulhijjah nantinya banyak amalan sunnah yang dapat dilakukan untuk mendapat keberkahan.
Di antaranya yakni puasa Arafah dan puasa Tarwiyah dengan diiringi niat untuk ibadah kepada Allah SWT.
Pada bulan ini, umat Islam akan merayakan Hari Raya Kurban atau Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Baca juga: Berapa Kali Takbir saat Shalat Idul Adha? Simak Panduan Lengkap dari Kemenag
Selain itu, umat Islam dari berbagi penjuru dunia juga akan melaksanakan ibadah haji di bulan ini.
Ibadah haji ke baitullah menjadi penyempurna rukun islam.
Menjelang Hari Raya Idul Adha di bulan Dzulhijjah, banyak amalan-amalan sunah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW termasuk berpuasa.
Terlebih lagi, bulan Dzulhijjah menjadi salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Mereka yang mampu dianjurkan untuk melaksanakan ibadah haji ke tanah suci untuk menyempurnakan rukun Islam.
Sementara bagi yang tidak melakukan ibadah haji, dianjurkan untuk mendirikan amalan-amalan sunah.
Baca juga: LENGKAP Lafaz Takbir Idul Adha dalam Bahasa Arab dan Latin Serta Artinya
Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan yakni berkurban.
Berkurban merupakan perintah Allah kepada hamba-Nya.
Syariat kurban telah ada sejak zaman Nabi Adam AS dan demikian pula diperintahkan kepada Nabi Ibrahim AS. Lantas, bagaimana hukum berkurban bagi umat Islam?
Berkurban hukumnya sunah yang sangat dianjurkan (muakkad).
Menurut mayoritas ulama, menunaikan kurban bernilai pahala.
Agar pahala saat berkurban tidak sia-sia, maka dari itu harus cermat dalam memilih hewan kurban yang baik dan sehat.
Adapun menjelang hari raya kurban kerap kali muncul pertanyaan yang membuat masyarakat ragu untuk melaksanakan kurban terlebih terkait Aqiqah.
Apakah Orang yang Belum Aqiqah Tidak Boleh Berkurban? Begini Penjelasan Buya Yahya melalui kanal YouTube Al-Bahjah TV, seperti dilansir dari Sripoku.com dalam artikel berjudul Apa Hukumnya Orang yang Belum Aqiqah tapi Berkurban? Begini Penjelasan Ini Sebaiknya Harus Didulukan.
"Ini banyak permasalahan, permasalahannya adalah banyak kesalahan fiqih, kesalahan yang pertama adalah orang mengira kurban itu seumur hidup sekali, padahal kurban itu sunnah, kalo kita ketemu 60 kali ya 60 kali sunnah tetep sunnah,"
"Nah kalo Aqiqah seumur hidup sekali, haji sekali, ini makanya kurban itu dianggep kayak haji," ujar Buya Yahya.
"Banyak orang yang gak ngerti kalo kurban itu sunnah baginya dan kalo orang ngerti akan menabung, tidak membeli di waktu mahal bisa jauh-jauh, setelah bulan haji bubar, beli untuk disembelih tahun depan, sunnah bagi setiap orang, setiap tahun,' kata Buya Yahya.

Adapun masalah Aqiqah itu disunnahkan, kapan Aqiqah disunnahkan? dan siapa yang sunnah?
Buya Yahya juga menjelaskan jika Aqiqah disunnahkan atas orangtua, jadi orangtua yang punya anak sunnah dia untuk mengAqiqahi anaknya.
Jadi Aqiqah itu pada dasarnya jika seorang bapak dikaruniai oleh Allah SWT seorang putra atau anak maka sunnah bagi bapak bukan anaknya.
Jumhur ulama mengatakan sunnah, ada sebagian mengatakan wajib.
Nah kapan? Kapan anak itu lahir sunnah untuk diAqiqahi umumnya adalah di hari ke tujuh sambil diberi nama.
Dan tujuan Aqiqah adalah untuk memberi tahu orang-orang dan juga sedekah agar anaknya dijaga oleh Allah, kemudian memberi tahu jangan sampai kaget loh anak siapa ini.
"Kalo hari ke tujuh gak punya duit ya ditunggu, hari ke 21, gak punya ya kapan saja, sampai kapan? sampai anak itu baligh,
Maka saat itu orangtua lepas, tidak dituntut untuk Aqiqah berarti sudah kadaluwarsa.
Seperti sholat Dhuha sunnah, mulai dari terbit matahari sudah meninggi sampai matahari kenceng di atas sebelum itu, setelah kelewat ya sudah kelewat.
Berarti kesunnahannya kelewat sudah, karena anaknya sudah baligh sampai di situ batasnya.
Selama dia (anaknya) belum baligh maka orangtua sunnah untuk mengAqiqahi," jelas Buya Yahya.
"Jika seandainya anak kita sudah terlanjur baligh, belum sempat kita Aqiqahi, apakah boleh dia mengAqiqahi untuk dirinya sendiri? Ya boleh, itu jatuhnya sedekah," tambahnya.
Adapun masalah Aqiqah dan kurban mana yang lebih didahulukan?
Jika mendekati bulan haji punya anak misalnya tanggal 3 Dzulhijjah, 10 Dzulhijjah itu ini mana kurban atau Aqiqah?
"Mana yang lebih didahulukan? Jika punya duit lagi kalo Aqiqah diundur makan kurban aja sekarang.
Baca juga: Apa Itu Wukuf di Arafah? Bagian dari Rukun dan Sah Ibadah Haji, Ini Hikmah dan Tata Caranya
Nanti Aqiqah biar banyak disembelih, sebab kalo dijadikan Aqiqah gak bisa kurban, tapi kalo Aqiqah tinggal mundur beberapa hari saja gak masalah sebenernya, Yang menjadi masalah adalah karena orang itu menganggap kurban itu seumur hidup sekali.
Jadi kurban kalo ada orang yang belum di Aqiqahi, kurban adalah sunnah yang dikukuhkan.
Adapun tugas Aqiqah adalah orangtua, kalo orangtua belum mengAqiqahi ya karena tidak mampu," jawab Buya Yahya.
"Semua bayi itu akan digadai dengan Aqiqahnya, kalo gak diAqiqahi gak akan bisa memberi syafaat kepada bapaknya.
Loh bapaknya melarat gak punya duit, masak Islam ajaran sekejam itu.
Jangan merepotkan orang, sederhana sebenernya permasalahannya.
Tapi pertanyaan ini sering dan berulang-ulang dibahas, tahun depan pasti ditanya lagi.
Jadi Aqiqah adalah sunnah yang dibebani orangtua untuk mensyukuri anaknya.
Adapun kurban adalah atas diri dan keluarga," jelas Buya Yahya. (*)