Virus Corona di Tana Tidung

Sebelum Meninggal, Pasien Covid-19 di Tana Tidung Sempat Akan Dirujuk ke RSUD Tarakan

Pasien Covid-19 yang belakangan video keluarganya viral, sempat ada rencana akan dirujuk ke RSUD Tarakan

Penulis: Risnawati | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/RISNAWATI
Dokter umum RSUD Akhmad Berahim, dr Christi.TRIBUNKALTIM.CO/RISNAWATI 

TRIBUNKALTIM.CO, TANA TIDUNG- Dokter umum RSUD Akhmad Berahim Kabupaten Tana Tidung, dr Christi menjelaskan, pasien Covid-19 yang belakangan video keluarganya viral, sempat ada rencana akan dirujuk ke RSUD Tarakan.

"Itu memang dokter yang menyarankan. Jadi seperti diawal direktur katakan, bahwa dimana-mana untuk perawatan ICU itu full. Baik di Malinau, Tanjung Selor , maupun Tarakan," ujarnya kepada TribunKaltim.Co, Kamis (12/8/2021) kemarin.

Christi menyampaikan, RSUD Tarakan sebenarnya tidak menolak untuk pihaknya merujuk pasien.

Tetapi rencananya masuk di ICU dengan pelayanan sama seperti pelayanan RSUD Akhmad Berahim berikan.

Baca juga: Viral Video Keluarga Pasien Covid-19 di Tana Tidung Soal Pelayanan, Berikut Penjelasan Dirut RSUD

"Seperti pemasangan oksigen, masuk ICU antri. Nah dikasitau juga ke keluarga pasien. Jadi keluarga memutuskan ya sudah kalau sama saja, tetap aja disini (RSUD Akhmad Berahim).

Nah, di tanggal 7 Agustus yang tadinya kesadaran yang dari 9 turun lagi menjadi 4. Jadi disitu diberitahu lagi, bahwa kondisi pasien makin memburuk," kata dia.

Lebih lanjut dia sampaikan, pihaknya meminta pendapat keluarga pasien, apakah bersedia dilakukan pemijatan jantung misalnya pasien alami henti nafas atau henti jantung.

Diketahui, penanganan paling terakhir jika pasien alami henti nafas dan henti jantung, adalah pemijatan jantung.

"Tapi kondisi pasien yang berat seperti ini, dipertimbangkan lagi. Misalnya hanya menambah kesakitan, terus resiko patah tulang dada. Jadi bisa memperparah kondisi pasien.

Dilakukannya pemijatan jantung, tentu sebagai pertimbangan untuk menolong. Tapi kata Christi pasti ada efek samping. Apapun yang dilakukan, pasti ada efek samping.

Seusai mendengar penjelasan tersebut, kata dia, keluarga pasien pun tidak bersedia dilakukan pemijatan jantung

"Maksudnya yang baik-baik saja, artinya kalau henti nafas dan henti jantung diperlakukan sebaik mungkin. Jadi sempat menolak untuk melakukan pijat jantung," jelasnya.

Baca juga: BREAKING NEWS Keluarga Pasien Covid-19 di Tana Tidung Kecewa soal Pemulasaran Jenazah

Pada tanggal 8 Agustus sekira pukul 21.00, saturasi oksigen pasien alami penurunan hingga tidak terbaca.

"Dari 80 turun ke 60 terus mengalami penurunan. Sampai jam 9.15 malam, pasien mengalami henti nafas. Jadi diberi bantuan pernafasan dengan alat ventilator, itu dipompa.

Jadi pertolongan itu sekitar 15 menit hingga pada akhirnya pasien itu dinyatakan henti jantung dan dinyatakan meninggal dunia itu sekitar pukul 21 30," terangnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved