Virus Corona di Nunukan
Cerita Dirut RSUD Nunukan, Awal Pandemi Dapat Penolakan Nakes Hingga Ditelepon Orangtua Perawat
Cerita haru Direktur Utama (Dirut) RSUD Nunukan, dr Dulman di awal pandemi 2020 lalu, mendapat penolakan dari Nakes hingga ditelepon orang tua perawat
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN- Cerita haru Direktur Utama (Dirut) RSUD Nunukan, dr Dulman di awal pandemi 2020 lalu, mendapat penolakan dari Nakes hingga ditelepon orang tua perawat.
Siapa sangka, sembilan belas bulan sudah dunia terkukung pandemi Covid-19.
Wabah yang pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019.
Sosok yang diharapkan sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien Covid-19 adalah mereka yang mengabdikan diri di bidang kesehatan.
Tidak lain lagi, mereka adalah dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
Namun, saat Presiden Joko Widodo mengkonfirmasi adanya kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, membuat publik tanah air kebakaran jenggot.
Bagi dokter dan perawat itu adalah kabar yang sungguh tidak mengenakan.
Baca juga: Jubir Satgas Covid-19 Nunukan Beber KIPI Vaksin Moderna Lebih Tinggi 1 Persen
"Bagaimana tidak, kita belum siap wabahnya sudah datang," kata dr Dulman kepada TribunKalim.Co, Senin (16/08/2021), pukul 18.40 Wita.
Meskipun, kata dr Dulman, saat pemerintah Indonesia mewanti-wanti rumah sakit di tanah air untuk siap sedia masuknya Covid-19 dari Wuhan China, dirinya sudah berbenah.
"Bulan Januari 2020, RSUD Nunukan sudah berbenah. Kami sudah mulai pesan Alat Pelindung Diri (APD), bahan medis habis pakai, dan masker. Hanya saja waktu itu rumah sakit saling saingan, karena khawatir banyak permintaan. Sehingga, yang datang sedikit sekali, walaupun beberapa perusahaan juga membantu," ucapnya.
Hal lain yang membuat dr Dulman merasa belum siap kedatangan virus asal China itu yakni, keterbatasan fasilitas untuk merawat pasien Covid-19.
Ditambah lagi, saat itu anggaran dari pemerintah pusat belum diperuntukkan untuk penanganan Covid-19.
"Waktu itu saya di manajemen rumah sakit bergerak cepat. Kami koordinasi dengan pemerintah daerah, agar bangunan ex PMI belakang RSUD yang sudah tampak tua, harus segera direnovasi," ujarnya.
Bahkan, kata dia, manajemen RSUD sempat hutang ke perusahaan agar bangunan yang digunakan untuk isolasi pasien Covid-19 hari ini, bisa direnovasi segera.
Tak sampai di situ, ditengah kebingungan akan fasilitas perawatan pasien Covid-19, pasien mulai meningkat hingga puluhan kasus saat itu.
Belum lagi, beber dr Dulman, banyak dokter dan perawat di RSUD Nunukan yang menolak bergabung di dalam tim penanganan pasien Covid-19.
"Awal kasus Covid-19 masuk ke Nunukan, saya sempat kewalahan. Di satu sisi fasilitas ruang perawatan khusus pasien belum ada, di sisi lain propaganda miring mengenai Covid-19 bermunculan di kanal berita. Sehingga semua dokter dan perawat takut bergabung dalam tim penanganan pasien Covid-19," tuturnya.
"Jangankan perawat, dokter saja banyak yang ragu. Sampai mereka tidak yakin manajemen RSUD bisa menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap untuk mereka.
Awal pandemi itu saya terjun langsung pakai baju Hazmat. Bahkan, keluar beli martabak untuk petugas dan pasien. Waktu itu pasien masih d ibawah 10 orang," tambah dia.
Tak hanya itu, dr Dulman mengaku dirinya sampai ditelepon orang tua dari perawat.
"Bahkan saya ditelepon orang tua perawat, bahwa lebih bagus anaknya risign daripada harus merawat pasien Covid-19. Saya sebagai pemimpin tidak mau terpengaruh dengan itu," tuturnya.
Hal yang membuat dirinya sempat terharu hingga meneteskan air mata, saat 8 perawat berstatus honorer masuk ke dalam ruangannya dan mengatakan siap bergabung dalam tim penanganan pasien Covid-19.
Meskipun tak sedikit juga perawat yang menolak saat itu.
Baca juga: 6 Vaksinator Melayani 2 Ribuan Warga Nunukan, Dinkes Merasa Sempat Lemah
"Saya sempat nangis, karena terharu melihat 8 perawat yang masih honor sampai datang ke ruangan saya. Mereka yang buat saya semangat saat itu. Tim awal saat itu ada dokter paru, dokter anak, dokter penyakit dalam, dan dokter patologi klinik ada 2 orang perempuan," ungkapnya.
"Saya bangga sama perawat itu. Mereka menghadap tanpa tau ada atau tidaknya insentif saat itu. Sempat juga ada PNS yang keluarkan kata yang kurang mengenakan saat saya panggil bergabung dalam tim," imbuhnya.
Banyak Dokter dan Perawat Terpapar Virus Corona
Menurut dr Dulman, awal kasus Covid-19 masuk ke Nunukan, belum ada dokter dan perawat yang terpapar virus corona.
Dokter dan perawat mulai terpapar saat kasus Covid-19 di Nunukan melonjak tinggi mulai akhir 2020 hingga 2021.
"Saya juga heran sama mereka yang bertugas di ruang isolasi Covid-19 itu, kami selalu melakukan pemeriksaan berkala tapi mereka tidak terpapar. Mungkin karena mereka jalankan tugas dengan niat yang baik. Sekarang ini banyak yang terpapar karena varian Delta sudah ada," pungkasnya.
Dia berharap melalui HUT ke-76 Kemerdekaan RI ini, semua Nakes lebih bersemangat dalam penanganan pasien Covid-19.
"Sebagai garda terdepan jangan sampai kendor. Semua yang kita yang kita lakukan baik maupun buruk itu ada balasan dari Allah SWT. Saya sempat bicara di forum Kementerian. Perawat yang honor itu kalau ada penerimaan PNS atau PPPK, tolong utamakan mereka, karena mereka bagian dari pahlawan kesehatan," tutupnya. (*)