Berita Internasional Terkini
Inilah Penyebab Timor Leste Menolak Jadi Bagian dari Indonesia, Padahal Dijajah Portugis 400 Tahun
Kali ini akan dibahas mengenai sejarah dari Timor Leste, atau dulunya bernama Timor Timur
Indonesia menahan warga sipil di kamp-kamp penahanan di mana banyak yang meninggal dalam kelaparan.
Pada Juli 1976 parlemen Indonesia mendeklarasikan Timor Leste sebagai provinsi ke-27 di negara itu.
Akibatnya, banyak negara, termasuk Australia, secara efektif berpaling ke arah lain, bersiap untuk menenangkan Indonesia karena ukuran dan kekuatannya di kawasan.
Pada tahun 1978 Perdana Menteri Australia, Malcolm Fraser, adalah orang pertama yang mengakui aneksasi de facto Jakarta.
Tetapi PBB mengutuknya dan menyerukan tindakan penentuan nasib sendiri.
Baca juga: Staff Ahli Menteri Kominfo: Sistem e-Government Indonesia Hanya Lebih Baik dari Timor Leste
Alasan Presiden BJ Habibie Melepas Timor Leste
Timor Leste lepas dari Indonesia pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie.
Keputusan Presiden Habibie untuk membiarkan wilayah yang dulunya bernama Timor Timur itu merdeka sempat dikecam banyak pihak.
Namun, Presiden Habibie punya alasan-alasan cerdas mengapa tetap teguh pendiriannya untuk melepaskan Timor Timur, setelah wilayah tersebut berintegrasi dengan Indonesia kurang lebih selama 24 tahun.
Seperti telah banyak diketahui, Timor Leste berintegrasi dengan Indonesia dan menjadi provinsi ke-27 pada tahun 1976 setelah berhasil diinvasi oleh pasukan Indonesia.
'Seroja' merupakan nama sandi untuk operasi militer pasukan Indonesia ke bekas jajahan Portugis tersebut di akhir tahun 1975.
Baca juga: Ada yang Senang Aparat Gunakan Kekerasan di Papua, Rizal Ramli Contohkan Kasus Timor Leste dan Aceh
Saat itu, kekosongan kekuasaan terjadi setelah Portugis menarik pasukannya, sementara rakyat Timor Leste terpecah, ada kelompok pro-integrasi dengan Indonesia dan pro-kemerdekaan.
Bahkan, selama 2 dekade menjadi wilayah Indonesia, kelompok pro-kemerdekaan terus saja melakukan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia.
Setelah dipertahankan sejak era Presiden Soeharto, akhirnya di masa pemerintahan BJ Habibie Timor Leste dibiarkan menggelar referendum pada 30 Agustus 1999.
Hasil referendum Timor Leste menunjukkan hampir 80 persen rakyat Timor Timur memilih berpisah dari Indonesia.