Wawancara Eksklusif
EKSKLUSIF - Pengakuan Risti Utami 'Tolak' Pinangan Wawali Balikpapan Terpilih Alm Thohari Aziz
Saat Tribun Kaltim mewawancara Risti Utami adalah moment haru, di bulan September merupakan hari jadi pernikahan dengan Almarhum Thohari Aziz.
Penulis: Cahyo Adi Widananto | Editor: Adhinata Kusuma
Akhirnya sudah. Itu juga via telepon juga ke orangtua di Jawa, pilih-pilih tanggal, akhirnya September saya nikah tahun 2002, tanggal 21. Harusnya kalau bapak (masih) ada sudah 19 tahun (usia pernikahan) ya.
Ibu akhirnya berkesimulan bahwa Pak Thohari memang jodoh bagaimana?
Ya saya kan juga rajin salat malam. Minta petunjuk Allah. Saya maunya sama orang Jawa sih. Ya akhirnya dapat orang Jawa.
Pak Thohari mapan. Orangnya dewasa, pendiam. Karena saya banyak omong. Dan juga bertanggung jawab, kan sudah ada kerjaan.
Sudah ada rumah juga, rumah ini yang sekarang ditinggali. Tapi dulu masih biasa, sudah direnovasi beberapa kali ini.
Setelah menikah, apa kesibukan Ibu?
Nah itu kaget saya, kayak gini orang politik ya. Sering ditinggal-tinggal. Rapat-rapat. Tapi saya mencoba mencocokkan, ya tak apa, namanya suami istri, saya menerima, itu pilihan saya kok.
Dari situ saya tahu, oh begini ini organisasi, politik. Jadi istri harus siap ditinggal dalam tanda kutip pergi rapat dan kegiatan organisasi.
Waktu punya anak pertama. Pak Thohari bilang, bu sampean sudah punya anak, kalau kerja itu sering keluar daerah, gimana nanti anak. Ya sudah, saya berhenti. Saya manut.
Sampai usia Mas Revo (anak pertama Risti) 4 tahun. Saya menemani Pak Thohari saja. Waktu itu masih di ranting. Masih di bawah, belum dikenal Pak Thohari.
Apa kenangan terbaik bersama Pak Thohari?
Waktu masih susah. Jadi kita berdua itu betul-betul merasakan, waktu anak pertama Amru Revo Adianto. Amru itu artinya amirullah, pemimpin. Revo itu revolusioner. Jadi bapak ingin itu jadi Amru jadi pemimpin tangguh yang melakukan perubahan.
Jadi kami hidup suaah. Benar ini. Beli gula saja setengah kilo ke warung. Mie beli satu bungkus. Karena saya sudah berhenti bekerja, Pak Thohari juga sedang sepi kerjaan di bandara.
Tapi kita jalani berdua, namanya berumah tangga. Masa harus saya tinggalkan dia, gak mungkinkan. Harus setia dengan pasangan.
Saya mengalami itu, (Bapak) masih jadi tukang ketik itu di partai. Namanya masih di tingkat ranting, apa sih yang mau lirik ranting.