News Video

NEWS VIDEO Viral Guru dan Siswa Naik Rakit Seberangi Sungai Deras ke Sekolah

Sebuah video menampilkan perjuangan guru dan siswa di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, viral di media sosial.

Editor: Djohan Nur

TRIBUNKALTIM.CO - Sebuah video menampilkan perjuangan guru dan siswa di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, viral di media sosial.

Tampak guru perempuan memakai baju lengan panjang warna putih, mengenakan rok dan jilbab hitam, serta tas ransel di punggung menarik tali yang terhubung rakit di atas air sungai.

Video lainnya, beberapa siswa berseragam sekolah dasar menyeberang sungai dengan cara serupa.

Para siswa memakai sandal dan pegang sepatu.

Baca juga: Viral Video Pengunjung Air Terjun Tersapu Banjir Bandang, 3 Orang Jadi Korban

Mereka diketahui guru dan siswa SDN 2 Belawae, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap.

Guru SDN 2 Belawae Sidrap, Hasmi, membenarkan video viral tersebut.

Dikatakan, video yang viral itu ketika sedang banjir dan air sungai sangat deras.

Makanya, ia dan siswa menggunakan rakit untuk menyeberang sungai.

"Awalnya kami masih bisa menyebrang tanpa rakit ketika tidak banjir. Cukup bawa sarung saja. Tapi, kalau banjir kami harus menggunakan rakit," kata Hasmi, Selasa (28/9/2021).

Ia menuturkan keadaan sungai berubah-ubah setiap habis banjir.

"Sekitar tiga bulan ini, selalu hujan dan rawan banjir. Air sungai juga kayaknya tambah deras dan dalam. Makanya kami menggunakan rakit," jelasnya.

Dua hari ini, kata Hasmi, tidak hujan dan sungai sudah dangkal.

"Orang dewasa bisa menyeberang langsung sekarang. Kecuali anak sekolah tetap menggunakan rakit," paparnya.

Ia mengatakan tidak hanya siswa SDN 2 Belawae Sidrap saja yang menyeberangi sungai menggunakan rakit.

Ada juga siswa MTS DD Belawae dan MA Belawae.

Hasmi menyebut beberapa siswa tersebut tinggal di pegunungan.

Untuk sampai ke sungai, mereka menempuh jarak 2 km.

Kadang ada yang naik motor dan ada juga yang berjalan kaki untuk sampai ke sungai.

"Sampai di sungai, siswa baru naik rakit. Kalau sudah menyeberang, mereka jalan kaki lagi kurang lebih 500 m untuk sampai ke sekolah," terangnya.

Ia menjelaskan sungai hanya bisa dilewati saat aliran sungai tidak begitu deras.

Jika deras ataupun hujan lebat, mereka harus menunggu lebih lama sampai situasi reda.

"Beberapa kali mereka terjebak dan tidak bisa pulang. Karena saat hendak pulang hujan deras, aliran sungai juga deras sehingga mereka terpaksa menunggu lama. Bahkan ada siswa saya yang menangis karena sudah lapar," jelasnya.

Ia mengatakan tidak ada jalan lain kecuali menyeberang menggunakan rakit dan berjibaku dengan derasnya arus sungai.

Hal itu lantaran jembatan penghubung antara Desa Belawae Timur dan Desa Belawae Barat ambruk sejak tahun 2020.

"Sejak jembatan ambruk diterjang banjir bandang, akan sulit menyeberang saat air tinggi. Jadi harus menggunakan rakit. Tapi, jika tak hujan, masih bisa dilewati. Tapi Alhamdulillah, murid tetap antusias meski perjuangan melintasi sungai cukup berat," tambahnya.

Hasmi berharap pemerintah Kabupaten Sidrap segera membangun jembatan.

Hal itu agar aktivitas masyarakat kembali bisa berjalan normal.

(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved