Berita Malinau Terkini
Manfaatkan Waktu Senggang, IRT di Malinau Raup Rupiah dari Kerajinan Tangan Lokal
Produk kerajinan tangan daerah dimanfaatkan Ibu Rumah Tangga (IRT) di Malinau sebagai penghasilan tambahan selama pandemi Covid-19
TRIBUNKALTIM.CO,MALINAU - Produk kerajinan tangan daerah dimanfaatkan Ibu Rumah Tangga (IRT) di Malinau sebagai penghasilan tambahan selama pandemi Covid-19.
Seorang Ibu Rumah Tangga di Desa Seruyung Kecamatan Malinau Barat, Sumiati menyampaikan kerajinan tangan awalnya dilakoninya sebagai sambilan.
Di sela-sela masa istirahat setelah berladang, ia menyisihkan waktu luang menganyam produk kerajinan. Diantaranya produk anyaman bambu dimanfaatkan sebagai wadah makanan atau kotak nasi.
"Biasanya setelah atau sebelum meladang mulai menganyam. Kadang dapat 6 atau 7 pasang. Biasanya kami buatnya pagi atau sore," ujarnya kepada TribunKaltim.Co, Kamis (14/10/2021).
Sumiati menjelaskan, untuk produk kerajinan kotak nasi atau kerap disebut "Saip" tersebut dihargai Rp 10 ribu sepasang.
Baca juga: Vaksinasi Pengaruhi Leveling PPKM, Polres Malinau Jadwalkan Distribusi 2 Ribu Dosis Vaksin Sinovac
Baca juga: Capaian Vaksinasi Masih Rendah, Kadinkes Malinau Sebut Pengaruhi Leveling PPKM Daerah
Baca juga: Kadinkes Sebut Vaksin Efektif Kurangi Penularan Covid-19, Tiga Kasus Aktif Dirawat di RSUD Malinau
Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian untuk menganyam produk kerajinan tangan. Saip dibentuk dari anyaman bilah bambu yang diraut tipis.
Uniknya, bilah bambu lebih enteng dianyam pada pagi atau sore hari. Sebab, jika dilakukan pada siang hari, bahan anyaman terasa lebih kaku.
"Kalau siang, atau kondisi cuaca terik, bambunya jadi keras. Jadi dianyam pada pagi atau sore. Menganyam harus sabar, tahan duduk lama dan harus teliti supaya anyamannya rapat," katanya.
Produk kerajinan tangan dari bambu tersebut biasanya ditekuni Sumiati bersama dua rekannya, Taruni dan Agustina.
Ditanya mengenai total penghasilannya, Sumiati menyampaikan hal tersebut bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Berkisar di angka Rp 1 juta hingga Rp 3 juta rupiah sebulan.
Kerajinan bambu buatan tangan ibu rumah tangga tersebut umumnya dipasarkan sesuai permintaan atau pesanan.
Baca juga: Minim Pergelaran Seni di Malinau Berdampak pada Kurang Minat Kawula Muda untuk Berkesenian
Produk kerajinan tangan bambu, seperti topi, tampi dan kotak penyimpanan makanan tersebut dipasarkan langsung melalui Sekretariat Dekranasda Kabupaten Malinau. (*)