Wawancara Eksklusif
EKSKLUSIF- Kiat Bupati Ardiansyah Bantu UMKM Kutim saat Pandemi, 'Kadang Saya Mengendorse Produk'
Di awal pandemi, pertumbuhan ekonomi Kutim mengalami penurunan. Imbasnya jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan 0.07 persen.
Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM.CO - Dampak pandemi covid-19 tidak hanya bicara soal kesehatan di masyarakat, tetapi juga adalah bagaimana menggerakkan roda perekonomian.
Menurunnya daya beli masyarakat, berimbas pada pendapatan para pelaku usaha kecil dan menengah, termasuk di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Kabar baik, level PPKM di Kutim terus menurun, dan Pemkab mulai memberikan sejumlah kelonggaran dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Alhamdulillah sepertinya kuliner, warung-warung itu sudah mulai kedatangan pembeli. Tetapi tetap kita pantau, kita berikan waktu tertentu, malam hari tidak boleh lebih dari jam 9 atau jam 10,” kata Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman dalam talkshow VIP ROOM Tribun Kaltim dengan tema Pemulihan Ekonomi saat Pandemi di Kutai Timur, Jumat (24/9/2021) lalu.
Dari data yang diungkap Ardiansyah, di awal pandemi, pertumbuhan ekonomi kutim itu mengalami penurunan. Imbasnya jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan sebanyak 166 orang, sekitar 0,07% dengan total sebanyak 369.080 orang.
Bagaimana Pemkab Kutim mengatasi ini, berikut petikan wawancara eksklusif wakil Pemimpin Umum Tribun Kaltim, Ade Mayasanto bersama Bupati Ardiansyah.
Soal naiknya angka kemiskinan di Kutim bagaimana analisanya?
Banyak faktor terkait kemiskinan (tak hanya karena pandemi). Pertama Kutai Timur adalah daerah tujuan investasi tentu mengundang banyak orang datang, apakah itu investor dan yang memang tidak bisa kita hindari adalah mereka mencari kerja.
Ini yang bisa kita katakan sangat, sangat dominan, sehingga di Kutim ini, kalau kita lihat memang penduduk pendatang banyak mendominasi.
Pada saat mereka datang sudah pasti tidak serta merta punya rumah, punya pekerjaan. Apabila yang datang itu dengan satu keluarga, otomatis istri, anak yang tidak sekolah dan sebagainya, ini berpengaruh, ini yang pertama.
Kedua, di sisi lain secara kependudukan mereka juga masih belum langsung tercatat sebagai penduduk Kutai Timur, tetapi mereka tetap akan mempengaruhi kondisi masyarakat di lapangan.
Tapi saya kira hampir semua daerah sama seperti ini. Kita tidak bisa mengatakan ini salah dan sebagainya, tetapi inilah konsekuensi logis bagi daerah terbuka seperti Kutai Timur.
Nah yang tidak kalah penting, pemerintah memang pada saat melakukan program kegiatan di lapangan itu, saya memperhatikan dengan keterkaitan dengan tim penanggulangan kemiskinan daerah ini ternyata masih belum sinkron.
Sehingga apa yang disampaikan tim kepada OPD-OPD itu masih belum memiliki kesatuan bahwa program ini harus masuk dalam ranah untuk menanggulangi kemiskinan atau untuk mengurangi kemiskinan. Ini yang terjadi beberapa saat yang lalu.
Nah sehingga saya merasa berkewajiban, ya karena saya juga baru dilantik tahun ini, bulan Februari, otomatis program saya secara maksimal nanti akan berjalan di tahun depan.
Saya sudah menyiapkan bahwa program apapun yang disiapkan oleh OPD yang pertama kalau itu terkait dengan penanggulangan kemiskinan maka itu harus terkoneksi dengan apa yang sudah disiapkan oleh tim penanggulangan kemiskinan daerah.
Jadi ini dua faktor ini yang paling utama menurut saya di samping yang ketiga, Kutai Timur memang masih luas, sangat luas.
Dengan keluasan ini otomatis infrastruktur yang kita siapkan juga masih belum mampu untuk memberikan yang terbaik kepada maksyarakat sehingga ini juga masih menjadi faktor yang berikutnya. Barangkali sementara ini penjelasannya.
Apakah saat ini tim sudah terkondisikan pak?
InsyaAllah, sekarang saya sudah menyiapkan RPJMD untuk tahun depan, untuk 5 tahun ke depan meskipun jangka waktu kepala daerah yang akan datang ini hanya sampai 2024 karena nanti terjadi pemilihan serentak.
RPJMD kita, saya sudah menyampaikan di sana harus sesuai dengan visi misi yang saya buat. Nah semua kegiatan yang keterkaitannya dengan pengurangan kemiskinan ini harus terkoneksi antara satu dengan lain dan harus terintegrasi dengan program dari tim penanggualangan kemiskinan daerah.
Saya sudah memanggil beberapa pihak terutama Bapenda yang menjadi lini sektor di dalam tim penanggulaangan kemiskinan ini.
Dalam waktu dekat apa yang dilakukan pemkab untuk mengurangi angka kemiskinan?
Kondisi covid menjadi tantangan bagi pemerintah tidak hanya Kutim, tapi semua daerah. Pandemi ini kita melihat daya beli masyarakat berkurang kemudian produk masyarakat terutama yang di sektor ekonomi menengah ke bawah, mereka yang punya usaha kuliner, punya warung, dengan berkurangnya daya beli otomatis juga terkena imbas.
Nah oleh karenanya bagi kami, karena sekarang pemerintah juga, mulai dari pusat sampai daerah, dengan kondisi pandemi ini kita fokus dulu tangani pandemi, membantu masyarakat dengan konsep bantuan sosial.
Jadi ini langkah petama untuk tahun ini, kalau untuk berikutnya saya sudah menyiapkan beberapa konsep untuk mulai tahun depan dan seterusnya sesuai dengan masa jabatan yang diberikan kepada kami.
Berarti ada peningkatan ekonomi dalam menciptakan usaha mandiri untuk meningkatkan daya beli?
Di sisi lain dengan kondisi seperti ini pemerintah melakukan terobosan dengan menggiatkan digital marketing atau usaha online.
Ini biasa, dan ini memang hampir semua daerah. Tetapi bagi kami bagi pemerintah, karena hampir setiap bulan itu pemerintah pusat selalu memantau dan selalu mengarahkan daerah, dengan kondisi begini akhirnya kita kerja bareng dulu bantu masyarakat dengan konsep sosial, bantuan sosial, berikan sembako dan sebagainya.
Karena pada saat mereka kita berikan dorongan untuk menggiatkan usahanya karena daya beli maskarakat juga berkurang, saya kira ini tidak nyambung. Sehingga pemerintah sekarang adalah dengan meningkatkan bantuan-bantuan sosial kepada masyarakat.
Nah pada kondisi sekarang Kutai Timur sudah level 2, kami sudah membuka, sudah memberikan kepada masyarakat kesempatan untuk kembali berekonomi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Dan Alhamdulillah sepertinya kuliner, warung-warung itu sudah mulai kedatangan pembeli. Tetapi tetap kita pantau, kita berikan waktu tertentu, malam hari tidak boleh lebih dari jam 9 atau jam 10 sehingga ini masih kita pantau kondisinya.
Karena kita tidak ingin lagi pandemi covid-19 ini ada gelombang berikutnya. Kita sudah cukup gelombang kedua yang kemarin Juli Agustus sampai awal September kemarin, demikian.
Boleh tahu pak realisasinya dari konsep digital marketing sampai saat ini?
Saya belum mengecek dari dinas Perindag, tetapi dari laporan masyarakat, secara lisan menyampaikan (penjualan) produk mereka katanya meningkat. Ada sekitar 2 atau 3 kelompok yang menyampaikan informasi kepada saya.
Karena saya juga, pada saat tertentu itu juga selalu mengendorse apa yang mereka produksi dan ini kenapa sih saya harus melakukan itu, ya memang semua langkah harus kita lakukan.
Kita tidak ingin masyrakat selalu terpuruk dengan seperti ini, tetapi kami cari jalan tertentu dan Alhamdulillah sebagian sudah mulai normal, ekonominya, produknya dan sebagainya.
Artinya ini hanya untuk teman-teman UMKM saja digital marketing ini atau untuk masyarakat umum di Kutai Timur?
Harusnya semuanya, tetapi yang saya katakan tadi yang bisa kita lakukan kita lakukan.
Saya katakan saya belum mengecek lagi data di Perindag sudah sejauh mana produk-produk masyarakat yang bisa keluar.
Ada contoh sebenarnya kemarin pada saat bapak presiden launching expor hasil pertanian.
Salah satu contoh kemarin kita tetap memenuhi permintaan luar bahwa Kutai Timur dari awal memang memproduksi pisang.
Ya Alhamdulillah di pertanian kita sudah melakukan ini, dan ini secara langsung atau tidak langsung terbantukan dengan komunikasi-komunikasi melalui digital, dan ini salah satu contoh tidak hanya UMKM yang sekarang sedang digerakkan tetapi masyarakat di mana pun mereka ingin melakukan kita berikan kesempatan.
Saya, kita dengan pandemi ini ternyata kita beralih menjadi pintar dengan teknologi, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan ini luar biasa.
Pastisipasi masyarakat Kutim sendiri dengan digital marketing gimana pak?
Kalau dilihat dari persentase terkait dengan untuk usaha ekonomi saya kira mungkin hanya wilayah-wilayah tertentu ya.
Karena memang, saya menyadari di Kutai Timur ini masih banyak blank spot yang memang belum kita penuhi dan saya sudah menyiapkan tahun depan insyaAllah dengan program Kutim Merdeka Sinyal.
Kita berharap tahun depan semua wilayah Kutai Timur itu tidak ada lagi tempat-tempat atau wilayah yang blank.
Nah selain sampai sekarang kita juga masih membantu anak-anak kita yang belajar meskipun dengan kondisi level 2 ini pemerintah sudah memberanikan diri untuk mengizinkan sekolah dengan tatap muka dengan keterbatasan-keterbatasan yang kita memang lakukan dengan pandemi ini.
Jadi tidak hanya di dunia pendidikan yang menggunakan teknologi informasi, dunia ekonomi juga dunia investasi wajib menggunakan teknologi informasi, dan kita akan masuk pelan-pelan di sana. (Syifaul Mirfaqo/Bagian 1)