Presidensi G20 Indonesia, Airlangga: Wujudkan Pemulihan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan
Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 merupakan Presidensi G20 ketiga yang diselenggarakan pada masa pandemi Covid-19 melanda dunia, sehingga menjadi
- Transisi Energi; memperluas akses terhadap teknologi menuju energi bersih dan terjangkau, serta pembiayaan untuk mempercepat transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan.
"Ketiga topik utama tersebut akan menjadi guidance untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih pro-rakyat, lebih konkret, dan dapat diterapkan," ujar Menko Airlangga.
Baca juga: Airlangga: Penerapan Elektronifikasi Transaksi Pemda Dukung Perbaikan Pengelolaan Keuangan Daerah
Presidensi G20 Indonesia 2022 diharapkan akan berkontribusi dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional dan global, termasuk memperjuangkan negara-negara kecil dan berkembang.
Indonesia ingin mengajak negara anggota G20, negara undangan dan organisasi internasional, untuk merumuskan aksi-aksi nyata bagi pemulihan ekonomi global.
"Kehadiran para Delegasi diharapkan juga mendatangkan manfaat untuk mendorong perekonomian Indonesia, baik secara langsung seperti menumbuhkan kembali sektor akomodasi, perhotelan, transportasi, UMKM, dan sektor-sektor terkait lainnya, maupun secara tidak langsung dengan meningkatnya kepercayaan para Investor kepada Indonesia," jelas Menko Airlangga.
Pertemuan Pertama Tingkat Sherpa G20 (1st G20 Sherpa Meeting) ini merupakan pertemuan pertama dan pembuka dari seluruh rangkaian pertemuan Presidensi G20 Indonesia dan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7 - 8 Desember 2021. Kemudian, dilanjutkan dengan Pertemuan Pertama Tingkat Deputi Keuangan dan Bank Sentral (Finance Track) di Bali pada tanggal 9-10 Desember 2021.
Pada pertemuan Sherpa Track maupun Finance Track, Indonesia akan menyampaikan agenda prioritas yang menjadi fokus dalam Presidensi G20 Indonesia.
Selain itu, diharapkan para Anggota G20, Negara Undangan, dan Organisasi Internasional dapat membahas dan merumuskan inisiatif konkret, sehingga menghasilkan deliverables yang responsif terhadap tantangan global.
"Forum G20 diharapkan menjadi wake up call bagi kita semua dan tidak menjadi 'Menara Gading' yang tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi global. Sangat penting bagi G20 untuk menjadi troubleshooter atas ketidakpastian dan tantangan global," ungkap Menko Airlangga.
Baca juga: Airlangga Hartarto Sebut Kesejahteraan Petani Sawit Jadi Bahasan Penting dalam 9th MM CPOPC 2021
Menko Perekonomian juga menyampaikan bahwa pada hari kedua gelaran 1st G20 Sherpa Meeting (tanggal 8 Desember 2021), para Sherpa G20 akan mengunjungi Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0), yang menjadi salah satu showcasing inisiatif konkret Indonesia dalam mendorong industri digital dan mewujudkan digitalisasi industri.
PIDI 4.0 merupakan solusi satu atap dalam percepatan transformasi Industri 4.0 di Indonesia, dan menjadi jendela Indonesia 4.0 untuk dunia. PIDI 4.0 menawarkan 5 layanan utama dalam membantu industri bertransformasi ke Industri 4.0 yaitu Showcase Center, Delivery Center, Capability Center, Ecosystem for Industry 4.0, dan Engineering and AI Center.
"Making Indonesia 4.0 menjadi salah satu isu yang diusulkan oleh Presidensi Indonesia, yaitu transformasi industri 4.0, ekosistem industri yang modern, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berdaya saing tinggi," ucap Menko Airlangga.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menambahkan, Presidensi G20 Indonesia harus mampu menghasilkan solusi konkret, khususnya dalam hal pemulihan ekonomi global.
Baca juga: Menko Airlangga Beri Apresiasi TNI-Polri yang Aktif Tangani Covid-19 dan Pulihkan Ekonomi Nasional
G20 harus bisa menghasilkan kemanfaatan untuk semua pihak, baik barat-timur maupun utara-selatan.
"G20 harus bisa down to earth dalam menghasilkan solusi mengatasi tantangan global. G20 juga harus menjadi pendorong untuk pemulihan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Sherpa G20 mempunyai peran utama dalam menghasilkan arahan jelas untuk mengubah tantangan menjadi kesempatan, dan menuntun para pemimpin kita di dalam dunia yang selalu berubah," kata Menlu Retno. (*)