Breaking News

Sejarah Hari Ini

Sejarah 20 Februari: Gempa dan Gas Beracun di Dataran Tinggi Dieng, 149 Orang Tewas

Hari ini pada 20 Februari 43 tahun yang lalu ada peristiwa gempa dan gas beracun di dataran tinggi Dieng yang menyebabkan 149 orang tewas.

Humas Pemda Banjarnegara
Sebagian dari 137 korban yang tewas akibat gas beracun di Dataran Tinggi Dieng pada 1979. 

Bahkan mayat ketika dipegang sudah dalam kondisi hancur.

Respons pemerintah cepat kala itu. Presiden saat itu Soeharto, justru yang pertama mengemukakan soal adanya bencana alam di pegunungan Dieng itu.

Baca juga: Cocok Dikunjungi Saat Liburan Akhir Pekan, Berikut Rekomendasi 10 Tempat Wisata di Dieng

Kemudian mengemukakan instruksi penanganannya. Para menteri justru alpha. Menpen Ali Murtopo yang mengungkapkan hal itu. Jumlah korban terus berkembang.

Hingga 25 Februari korban masih terus dilaporkan.

Sementara itu pengungsi tercatat 998 orang.

Gas beracun diketahui masih terdeteksi hingga sebulan setelahnya.

Diberitakan Harian Kompas (16/3/1979), Direkorat Vulkanologi di Bandung menerima peralatan untuk mendeteksi gas-gas berbahaya.

Kepala Seksi Pemetaan Gunung Api Direktorat Vulkanologi mengatakan, peralatan ini sejenis dengan yang telah dimiliki dan dipakai untuk mendeteksi gas berbahaya di daerah pegunungan Dieng.

Baca juga: Ada Mi Ongklok, Berikut ini Rekomendasi 6 Kuliner yang Lezat Wajib Dicicipi Saat Liburan Ke Dieng

Mengenal Dataran Tinggi Dieng

Untuk diketahui, Dataran Tinggi Dieng merupakan suatu wilayah di Jawa Tengah yang tak lain sebagai situs sejarah, situs geologi, dan situs budaya yang dinilai khas.

Nama "Dieng" berasal dari kata bahasa Sunda Kuno: di yang berarti "tempat" dan hyang yaitu "leluhur".

Untuk itu, "dihyang" berarti pegunungan tempat para leluhur atau persemayaman para dewa.

Sebuah prasasti mengungkapkan bahwa di dataran tinggi Dieng, orang Jawa Kuno telah mendiami wilayah tersebut dan digunakan untuk beribadah.

Disebutkan dalam prasasti Gunung Wule tahun 861 Masehi seseorang diperintahkan memelihara bangunan suci di daerah yang bernama Dihyang.

Di masa lalu, para Brahmana pun membangun candi-candi di kawasan tersebut untuk melakukan pemujaan, seperti mengutip Kompas.com.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved