Berita Internasional Terkini

Gegara Dendam Lama, Jepang Berpotensi Memulai Perang Nuklir dengan Rusia, Ukraina yang Diuntungkan

Intensitas perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina, belum menunjukkan adanya penurunan

Handout / Russian Defence Ministry / AFP
Kementerian Pertahanan Rusia pada 4 Oktober 2021 menunjukkan peluncuran rudal jelajah hipersonik Zirkon dari kapal selam nuklir Severodvinsk di laut Barents. Gegara Dendam Lama, Jepang Berpotensi Memulai Perang Nuklir dengan Rusia, Ukraina Diuntungkan. 

TRIBUNKALTIM.CO - Intensitas perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina, belum menunjukkan adanya penurunan.

Bahkan, serangan demi serangan dengan persenjataan berat terus gencar dilakukan, terutama dari pihak Rusia ke Ukraina.

Rusia yang memiliki senjata nuklir, dinilai banyak pihak akan segera menggunakan senjata nuklir dan berimbas terjadinya perang nuklir.

Namun, hingga saat ini Rusia belum juga menggunakan senjata nuklir.

Dan ternyata, negara yang diprediksi akan memulai perang nuklir bukanlah Rusia, Ukraina, atau Amerika Serikat, namun negara Asia ini.

Ya, justru pengamat mengatakan perang nuklir oleh Rusia bisa saja terjadi dengan negara Asia ini.

Baca juga: Pemandangan Memilukan, Ribuan Jasad Korban Invasi Rusia ke Ukraina Dimakamkan 1 Liang

Baca juga: NEWS VIDEO Pasangan Tentara Ukraina Menikah di Tengah Invasi Rusia, Tetap Pakai Seragam Militer

Baca juga: NEWS VIDEO Ini 5 Kelompok Tentara Bayaran yang Terlibat Dalam Perang Rusia-Ukraina

Melansir Daily Star, Seorang ahli militer Rusia telah mengklaim bahwa Jepang akan memantau invasi mereka ke Ukraina.

Lalu, memutuskan apakah akan merebut Kepulauan Kuril yang disengketakan sebuah keputusan yang dia klaim dapat mengakibatkan perang nuklir

Menurut pakar militer Rusia, mengatakan obsesi Jepang atas pulau Kuril yang disengketakan.

Bisa menjadi pemicu perang nuklir terjadi.

Rusia dan Jepang telah lama berdebat tentang kedaulatan pulau-pulau terpencil.

Sementara, Sergei Marzhetsky percaya bahwa Jepang mungkin mengamati bagaimana Rusia muncul dari invasinya ke Ukraina untuk melihat apakah ia dapat 'membangun kendali'.

Baca juga: NEWS VIDEO Presiden Ukraina Zelenskyy Siap Berdialog dengan Putin untuk Hentikan Perang

Berbicara kepada surat kabar Rusia Pravda, Marzhetsky berpendapat bahwa Jepang mungkin mencoba untuk merebut Kepulauan Kuril sementara Rusia disibukkan dengan invasi berdarah.

Karena mayoritas kontingen militer Rusia terletak di Ukraina dan di perbatasan.

Marzhetsky khawatir bahwa Jepang akan menyerbu untuk mengklaim pulau-pulau yang selalu mereka miliki secara historis.

Berbicara tentang masalah ini sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida selalu teguh pada kepemilikan Jepang atas pulau-pulau tersebut.

Dia mengatakan, "Mereka adalah 'wilayah inheren Jepang' serta 'wilayah di mana Jepang memiliki kedaulatan."

"Dalam kedua kasus, itu adalah masalah yang harus ditangani oleh pemerintah," katanya.

Baca juga: Rusia Tuding AS Terlibat Program Pengembangan Senjata Biologis di Ukraina, China Minta Penjelasan

"Wilayah Utara adalah milik Jepang. Mereka adalah wilayah di mana Jepang memiliki kedaulatan," jelasnya, dilansir dari Intisari-Online.

Dengan dingin, Marzhetsky berpendapat bahwa jika itu terjadi, hanya serangan nuklir yang dapat mencegah Jepang 'merebut' pulau-pulau itu.

Saat ini, ada empat pulau yang diperebutkan kedua negara, Pulau Etorofu, Pulau Kunashiri, Pulau Shikotan, dan Kepulauan Habomai.

Argumen tersebut berasal dari akhir Perang Dunia Kedua ketika Perjanjian Perdamaian San Fransico 1951.

Isinya menyatakan bahwa Jepang harus menyerahkan "semua hak, kepemilikan, dan klaim atas Kepulauan Kuril."

Rusia kemudian mempertaruhkan klaim atas pulau-pulau yang tidak pernah diakui dalam perjanjian yang sama.

Baca juga: Akhirnya Ukraina Melunak, Tak Ngotot Jadi Anggota NATO, Perang Segera Berakhir?

Nuklir Chernobyl

Berita lainnya, Pasukan Vladimir Putin telah menjerumuskan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl ke dalam kegelapan.

Dengan memutuskannya dari jaringan nasional Ukraina yang memicu kekhawatiran akan bencana radiasi baru.

Pasukan Rusia telah memutuskan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl dari jaringan nasional setelah pejabat Ukraina mengeluarkan peringatan 'tingkat radiasi yang tidak diketahui'.

Ukrenergo mengatakan pembangkit yang telah direbut oleh pasukan Rusia, sekarang tidak memiliki pasokan listrik.

Ia menambahkan, "Karena tindakan militer penjajah Rusia, pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl sepenuhnya terputus dari jaringan listrik."

"Stasiun nuklir tidak memiliki pasokan listrik. Tindakan militer sedang berlangsung, jadi tidak ada kemungkinan untuk memulihkan jalur. Kota Slavutich juga kehabisan pasokan listrik," katanya.

Baca juga: Akhirnya Ukraina Melunak, Tak Ngotot Jadi Anggota NATO, Perang Segera Berakhir?

Perusahaan energi nuklir nasional Ukraina mengatakan kurangnya daya di Chernobyl berisiko mengirimkan zat radioaktif ke udara.

Menteri Energi Herman Halushchenko mengatakan hari ini bahwa pihak berwenang Ukraina tidak mengetahui tingkat radiasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, karena mereka belum mendengar tentang apa yang terjadi di sana sejak direbut oleh pasukan Rusia.

Dia mengatakan Ukraina juga tidak memiliki kendali di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki, karena dikatakan 400 tentara Rusia ditempatkan.

Halushchenko juga mengatakan bahwa tanpa listrik tidak mungkin untuk memastikan pendinginan bahan bakar nuklir bekas.

Ia menambahkan, "Suhu di kolam penampungan akan meningkat, pelepasan zat radioaktif ke lingkungan dapat terjadi."

Berita itu muncul setelah pasukan Rusia diperingatkan agar tidak menargetkan reaktor nuklir karena mereka khawatir hal itu dapat memicu bencana nuklir lain.

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Zelenskyy Curi Perhatian dan Dinobatkan Sebagai Komunikator Perang

Pekan lalu, pasukan Rusia dituduh menembakkan roket ke fasilitas Ukraina lain yang menampung reaktor nuklir meskipun telah diperingatkan akan bencana yang dapat ditimbulkannya.

Pasukan Vladimir Putin diduga telah menembakkan roket terarah ke Institut Fisika dan Teknologi Kharkiv yang merupakan rumah bagi fasilitas yang disebut Sumber Neutron.

Fasilitas senilai 70 juta dollar AS dilaporkan menggunakan reaktor nuklir untuk penelitian obat-obatan, industri, dan fisika.

Meskipun tidak sebesar reaktor lain, dinas keamanan nasional Ukraina masih memperingatkan bahwa serangan Rusia terhadap fasilitas tersebut, dengan peluncur rudal Grad, dapat menyebabkan "bencana ekologis skala besar".

Penargetan pembangkit nuklir memicu kekhawatiran akan bencana lain seperti bencana Chernobyl yang terkenal pada tahun 1986.

Tidak mungkin untuk menentukan angka pasti berapa banyak orang yang meninggal akibat bencana Chernobyl karena masih ada orang hari ini yang menderita efek radiasi.

Namun, catatan resmi Soviet menyebutkan angka kematian pada 31 tetapi angka sebenarnya diperkirakan ribuan, jika tidak jutaan.

Ledakan di pembangkit nuklir Chernobyl di Ukraina, yang merupakan bagian dari Uni Soviet, langsung menewaskan dua orang.

Dalam beberapa hari berikutnya, 144 prajurit dirawat di rumah sakit, 28 di antaranya meninggal akibat keracunan radiasi akut. (*)

Berita Internasional Terkini

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved