Berita Kaltim Terkini
Sekolah di Kalimantan Timur Siap Memotori Semangat Merdeka Belajar
Sebanyak 140 guru dari berbagai kota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur mengikuti webinar Tanoto Foundation
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Sebanyak 140 guru dari berbagai kota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur mengikuti webinar Tanoto Foundation.
Acara tersebut bertajuk ‘Penerapan Kurikulum Merdeka’ digelar pada 24 Februari 2022.
Pihak Tanoto Foundation mengundang Yunianto Hendrawardhana, Kepala SMP Negeri 48 Samarinda untuk dapat berbagi pengalamannya dalam menerapkan kurikulum merdeka di sekolahnya.
Event edukasi itu dibuka oleh Affan Surya, selaku koordinator wilayah Tanoto Foundation Kalimantan Timur dan difasilitasi oleh spesialis pelatihan sekolah dan kepala sekolah dan guru, Yudi Utomo dan Tan Andreas.
Baca juga: Peduli Pendidikan, Bunda PAUD Kukar Serahkan Bantuan ke TK Negeri Pembina, Gandeng Tanoto Foundation
Baca juga: Pemkab Bersama Tanoto Foundation Resmikan Rumah Anak SIGAP di Kutai Kartanegara untuk Anak Usia Dini
Baca juga: Pelepasan Mahasiswa Merdeka Belajar Internasional, Rektor Unmul: Semoga jadi Amal Ibadah
Dalam kesempatan tersebut, Affan Surya menekankan bahwa forum ini dijadikan media diskusi persiapan penerapan kurikulum merdeka.
Karena merupakan tantangan tersendiri bagi sekolah untuk menerapkan kurikulum ini sesuai dengan kontekstual sekolah.
Dalam kesempatan ini, Yunianto membersamai para kepala sekolah dan guru yang hadir bahwa semangat merdeka belajar adalah memberikan pembelajaran bermakna untuk semua kalangan siswa meskipun berbeda secara kemampuan, gaya belajar, dan kesiapan psikologis.
Webinar ini membahas teknis yang lebih praktik seperti merancang dokumen pembelajaran, mengintegrasi profil pelajar Pancasila dalam pembelajaran, lalu merancang pembelajaran berbasis proyek.
Baca juga: Berdayakan Pendidik, Tanoto Foundation Dukung Percepatan Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia
Pada pemaparan, Yunianto menerangkan bahwa pembelajaran lebih fleksibel dengan capaian pembelajaran disusun berdasarkan fase-fase.
Sehingga peserta didik mempunyai kesempatan belajar sesuai tingkat pencapaian, kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajar.
Pada kurikulum ini, penguatan literasi dan numerasi juga diintegrasi hampir di seluruh mata pelajaran. Pada jenjang SMP, mata pelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib.
Untuk dokumen rencana pembelajaran, Yunianto menjelaskan perlunya ada informasi terkait identitas sekolah, kompetensi awal, profil pelajar Pancasila, sarana dan prasarana, target peserta didik, model pembelajaran yang digunakan dalam komponen ajar.
Pada komponen ajar baiknya juga mencakup tujuan pembelajaran, pemahaman bermakna, pertanyaan pemantik, persiapan dan kegiatan pembelajaran, asesmen, pengayaan dan remedial.
Baca juga: 212 Guru Kukar Ikut Pelatihan Tanoto Foundation, Dukung Pembelajaran Bermakna
Pada kesempatan ini, Yunianto menekankan integrasi profil pelajar Pancasila dapat diintegrasikan melalui proyek, satuan pendidikan, kegiatan intra dan ekstrakurikuler.
Pada perancangan pembelajaran berbasis proyek, Yunianto menekankan pentingnya tes diagnostik awal sebelum pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran berbasis proyek ini dapat mengintegrasi 3 mata pelajaran menjadi satu proyek.
Tes diagnostik ini dipakai untuk mengetahui siswa mana yang menyukai proyek ini atau tidak dan bagaimana pengemasan proyek ini.

Untuk frekuensinya sendiri, sekolah diberi keleluasaan, apakah diadakan per minggu atau sebulan penuh.
Contoh dalam pembelajaran bertema banjir, ada yang membuat poster, ada yang membuat uji coba polusi. Hasil karya ini disesuaikan dengan minat dan gaya belajar siswa. Setelah proyek, sekolah akan menggelar pameran.
Baca juga: Platform Digital Kukar Pintar dan Cerdas, Mitra Terbaik Tanoto Foundation Seluruh Indonesia
Materi-materi ini memicu diskusi pada guru. Tika, salah satu guru IPA dari SMPN 6 Loa Kulu bertanya bagaimana membahas satu lembar kerja siswa jika kelompok siswa terbagi tiga kelompok siswa yang berbeda kemampuan dan peminatan? Apakah waktunya bergantian? Untuk penilaian sumatif, bolehkah kerjasama dengan mata pelajaran lain?
Yunianto menyarankan bahwa untuk penilaian baiknya kerjasama dalam tingkat sekolah. Asesmen sumatif (penilaian hasil belajar) bisa juga bekerja sama dengan mata pelajaran lain.
Jika sudah dikelompokkan sesuai dengan peminatan maka baiknya dalam menyampaikan pembelajaran juga bekerjasama dengan guru lain.
Contohnya, siswa di kelompok suka seni, dalam mata pelajaran IPA, guru dapat berdiskusi dengan guru seni bagaimana menyampaikan materi pencernaan dalam seni. Hal ini dapat dikemas dengan lagu.
Diskusi ini berlangsung hingga pukul 16.00, Yudi Utomo dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa keberadaan Tanoto Foundation di Provinsi Kalimantan Timur siap mendorong sekolah untuk menerapkan kurikulum Merdeka Belajar.
“Sekolah itu tergantung siapa yang ada di sekolah. Meskipun fasilitas sekolah kami biasa aja, jika tim kami bergerak, maka perubahan ke arah yang lebih baik terjadi,” tutup Yunianto.
(TribunKaltim.co/Budi Susilo)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.