Berita Internasional Terkini

4 Dampak Terbesar yang Dirasakan Rusia Setelah Invasi Ukraina, Salah Satunya Alami Kelangkaan Obat

Rusia mulai merasakan kesulitan ekonomi setelah negara-negara Barat memberlakukan serangkaian sanksi atas invasi Moskow ke Ukraina

aljazeera.com
Dampak yang didapatkan Rusia setelah diberikan sanksi oleh beberapa negara barat atas invasi Ukraina. 

TRIBUNKALTIM.CO - Rusia mulai merasakan kesulitan ekonomi setelah negara-negara Barat memberlakukan serangkaian sanksi atas invasi Moskow ke Ukraina.

Setelah ketegangan meningkat selama berminggu-minggu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi darat, laut dan udara pada 24 Februari, yang kemudian memicu gelombang pembatasan keuangan yang telah menjatuhkan nilai rubel, meroketnya inflasi, dan menyebabkan banyak pengangguran.

Dalam pidatonya kepada para menteri pemerintah yang disiarkan pada hari Rabu, Vladimir Putin bersikeras bahwa Rusia dapat menahan "blitzkrieg ekonomi".

Baca juga: Demi Anak, Jurnalis Rusia Marina Ovsyannikova Berhenti Imbas Bela Ukraina, namun Tolak Suaka Prancis

Dikutip dari aljazeera.com, Jumat (18/3/2022), berikut dampak yang dirasakan Rusia atas invasi Ukraina:

1. Inflasi yang meningkat

Badan statistik resmi Rosstat mengatakan pada Rabu bahwa terjadi inflasi Rusia sekitar adalah 2,1 persen sekitar antara 5-11 Maret, dan merupakan angka mingguan tertinggi kedua dalam lebih dari 20 tahun.

Menurut kementerian ekonomi, inflasi tahunan melonjak menjadi 12,5 persen pada 11 Maret dari 10,4 persen.

Surat kabar bisnis Kommersant melaporkan kenaikan 10,4 persen merupakan harga pangan dari 26 Februari hingga 4 Maret  dan kenaikan ini tertinggi sejak 1998.

Seorang pengguna media sosial dari kota barat daya Samara, yang menyebutkan dirinya sebagai Ivan, mengatakan sekaleng tuna di Rusia sekarang berharga antara 160-180 rubel, dari yang dulunya 130 rubel.

Baca juga: Pasukan Ukraina Ganas, Jenderal Andalan Putin dan Pasukan Elite Rusia jadi Korban

Dia juga mengatakan dalam sebuah postingan di Twitter bahwa gula tidak dapat ditemukan di banyak toko.

Nilai mata uang Rusia turun sekitar 20 persen selama tiga minggu terakhir, dan ini memicu banyak pengecer untuk menaikkan harga mereka.

Salah satunya adalah Procter & Gamble, yang menaikkan harganya rata-rata 40 persen, Kommersant melaporkan, karena biaya logistik, material, dan penurunan rubel yang lebih tinggi. Produk kebersihan wanita sekarang harganya 30 persen lebih mahal.

Menurut kantor berita TASS, untuk membedakan kenaikan biaya, pengecer berkomitmen untuk markup lima persen barang-barang dasar, termasuk produk susu dan beberapa sayuran.

Baca juga: Pasukan Ukraina Ganas, Jenderal Andalan Putin dan Pasukan Elite Rusia jadi Korban

2. Kelangkaan obat

Sasha, seorang wanita yang tinggal di Saint Petersburg, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, menggambarkan "antrean tanpa akhir" di depan apotek dengan harga obat-obatan yang meningkat.

Disebutkan bahwa dua temannya sedang mempertimbangkan pergi ke Finlandia untuk mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan.

Media lokal melaporkan harga obat di wilayah Saratov meningkat 2,3 sampai 6,7 persen.

Andrey Baratov, kepala departemen regional Roszdravnadzor menyebutkan bahwa layanan federal untuk pengawasan dalam perawatan kesehatan tidak mengharapkan kenaikan harga obat yang “fatal”, meskipun dia mengatakan pihak berwenang mendengar keluhan dari warga tentang kurangnya obat-obatan vital.

Baca juga: Ukraina dan Rusia Diambang Perdamaian Jika Bisa Menyepakati 15 Poin, Perang Usai

3. Meningkatnya pengangguran

Negara-negara Barat setuju untuk menghapus beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, yang berarti perusahaan seperti Visa, Mastercard, dan lainnya akan sangat membatasi layanan mereka.

Menurut Elina Ribakova, seorang ekonom di Institute of International Finance mengatakan bahwa langkah seperti itu, ditambah dengan sanksi lain, dapat menyebabkan ekonomi Rusia berkontraksi sebesar 10 persen.

Meski angka resminya belum tersedia, penutupan atau kepergian sejumlah besar perusahaan multinasional seperti Apple dan IKEA diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap angka ketenagakerjaan.

Waralaba makanan cepat saji AS, McDonald's, menyesalkan dampak yang terjadi.

Baca juga: Minggu ke-3 Perang Rusia-Ukraina, Sejumlah Hal Terjadi Mulai Ancaman Nuklir hingga Media Dibungkam

Sekitar 62.000 orang yang bekerja di 850 restoran di Rusia sebelum menghentikan operasinya pada 8 Maret.

Seorang analis yang dikutip oleh Kommersant memperkirakan penurunan upah yang “tak terhindarkan” menyebabkan peningkatan pengangguran sekitar tujuh persen pada akhir tahun 2022.

Sergei Grishunin, direktur pelaksana Badan Pemeringkat Nasional, mengatakan kepada situs berita lokal Gazeta.ru bahwa pihaknya mengharapkan “pertumbuhan eksplosif” dalam jumlah kasus kebangkrutan pada tahun 2022, lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

4. Biaya liburan

Media lokal melaporkan bahwa liburan musim panas Rusia mendatang tidak akan sama dengan operator tur sebelumnya lantaran terjadi kenaikan harga 30 persen di dalam negeri.

(TribunKaltim.co/Justina)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved