Berita Internasional Terkini
DAMPAK Pernyataan Joe Biden, Prancis & Inggris Menjauh dari Amerika? Macron Atur Waktu Ketemu Putin
Dampak pernyataan kontroversial Joe Biden, Prancis dan Inggris menjauh dari Amerika, Presiden Macron atur waktu ketemu Vladimir Putin.
TRIBUNKALTIM.CO - Buntut pernyataan presiden Amerika Serikat, Joe Biden berdampak pada hubungan dengan sekutunya.
Tengok saja, Prancis dan Inggris bereaksi usai Joe Biden menyinggung Putin dalam pidatonya di Polandia.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron bahkan sampai berencana melakukan pertemuan dengan presiden Rusia Vladimir Putin.
Ya, Emmanuel Macron mengkritik pernyataan Joe Biden yang menyebut Putin dengan kata-kata 'Butcher'.
Menurutnya ungkapan ytersebut kasar dan tak pantas dilontarkan seorang kepala negara.
Informasi selengkapnya ada dalam artikel ini.
Baca juga: Joe Biden Dalam Masalah, Perkataannya Singgung Putin Buat Amerika Kalang Kabut, Menlu Angkat Suara
Melansir Tribunnews.com dalam artikel berjudul Presiden Prancis Sesalkan Ucapan Joe Biden yang Sebut Presiden Putin Tukang Jagal, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengingatkan seorang pemimpin seharusnya tidak menggunakan kata-kata kasar seperti yang diucapkan Presiden AS Joe Biden.
Joe Biden saat mengunjungi sebuah stadion di Polandia menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin, “butcher”, yang menurut Biden tidak bisa tetap berkuasa.
Butcher dalam bahasa Indonesia bisa kata benda atau kata kerja yang bermakna antara lain tukang daging, jagal daging, atau pembantai.
Macron mengatakan, secara pribadi, dia tidak akan menggunakan kata-kata seperti itu (yang diucapkan Joe Biden).
Pemimpin Prancis itu mengatakan kepada penyiar France 3, dia berencana berbicara dengan Putin tentang situasi di Ukraina dalam dua hari ke depan.
Dia mengatakan tujuannya adalah mengupayakan gencatan senjata dan kemudian penarikan total pasukan (Rusia) lewat cara diplomatik.
“Jika kami ingin melakukan itu, kami tidak dapat meningkatkan, baik dengan kata-kata atau tindakan,” tegas Macron dikutip Russia Today, Senin (28/3/2022).
Biden sebelumnya menyebut Putin sebagai "tukang jagal daging" setelah mengunjungi sebuah stadion di Warsawa yang menampung para pengungsi Ukraina.
Baca juga: Joe Biden Singgung Soal Kepemimpinan Vladimir Putin: Demi Tuhan, Orang Ini Tidak Bisa Tetap Berkuasa
Pidato Biden di Stadion Warsawa
Dalam pidatonya pada saat itu, Presiden AS menyatakan, “Demi Tuhan, orang ini tidak dapat tetap berkuasa.”
Pejabat AS kemudian mengklarifikasi Biden tidak menyerukan perubahan rezim.
Seorang pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada media, Biden telah melenceng ketika dia menyampaikan kalimat kontroversial itu.
“Seorang pemimpin nasional harus tetap tenang,” kata Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov menanggapi kata-kata Biden.
Penghinaan pribadi menurut Peskov mempersempit jendela kerja sama antara Moskow dan Washington.
Pernyataan Joe Biden akhir pekan lalu mengenai Presiden Rusia Vladimir Putin itu menurut Peskov mengkhawatirkan.
"Kami akan terus memantau secara ketat pernyataan Presiden Amerika Serikat," katanya. "Kami hati-hati merekamnya dan akan terus melakukannya," lanjutnya.
Pernyataan Biden itu menimbulkan gelombang di antara banyak pengamat, di antaranya para pemimpin dunia dan politisi terkemuka AS.
Pejabat tinggi Rusia, termasuk juru bicara Duma Negara Rusia Vyacheslav Volodin, mengutuk pernyataan Biden.
Ia mengatakan perilaku seperti itu hanya dapat ditampilkan oleh "orang tua atau orang sakit".
Kritik Sejumlah Senator Amerika
Beberapa anggota parlemen Amerika juga tak menyukai retorika Biden di Polandia.
Menurut Senator James Risch (R-ID), pernyataan Biden adalah "kesalahan besar" yang dapat "menyebabkan masalah besar".
Gedung Putih secara cepat menarik kembali pernyataan itu, memastikan AS N tidak memiliki strategi apa pun mendukung perubahan rezim di Rusia.
Jaminan datang dari Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan utusan AS untuk NATO Julianne Smith.
Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina, lebih dari sebulan yang lalu, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Kiev menerapkan ketentuan perjanjian Minsk.
Rusia akhirnya Rusia mengakui deklarasi kemerdekaan Republik Donbass Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev bersikeras serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim yang menuduh mereka merencanakan merebut kembali kedua republik secara paksa.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Perbaharui Peringatan kepada China agar Tidak Membantu Rusia di Ukraina
Inggris Merenggang
Inggris memutuskan menjaga jarak setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden menyerukan isyarat untuk melengserkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Biden sebelumnya pada Sabtu (26/3/2022) waktu setempat, sempat menyebut bahwa Putin tak boleh dibiarkan berkuasa.
Pernyataan itu pun mengundang kritik, salah satunya dari Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang merupakan salah satu sekutu AS.
Inggris rupanya juga berusaha menjaga jarak terkait komentar Biden di Polandia tersebut.
Baca Juga: Zelensky Siap Bicarakan Status Netral Ukraina Demi Perjanjian Damai dengan Rusia, tapi Ada Syaratnya
Menteri Pendidikan Inggris Nadhim Zahawi menegaskan bahwa hanya rakyat Rusia yang bisa memutuskan bagaimana pemerintrahan mereka.
“Saya pikir semua tergantung dari rakyat Rusia,” ujar Zahawi dikutip dari The Guardian, Minggu (27/3/2022).
“Rakyat Rusia saya pikir cukup kesal dengan apa yang terjadi di Ukraina, invasi ilegal, kehancurkan kehidupan mereka, ekonomi mereka memburuk dan saya piker rakyat Rusia yang akan memutuskan nasib Putin dan kroninya,” katanya.
Gedung Putih sendiri telah mengungkapkan pembelaan atas pernyataan Biden.
Mereka mengatakan pernyataan pemimpin negara adidaya itu tidak dimaksudkan adanya perubahan rezim di Rusia.
Hal itu pun langsung dipertegas oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
“Kami tidak memiliki strategi perubahan rezim di Rusia, atau di tempat manapun dalam hal ini."
“Dalam hal ini, seperti dalam kasus apa pun, terserah orang-orang di negara yang bersangkutan. Terserah orang-orang Rusia," kata Blinken.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson dan Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss telah menjanjikan langkah-langkah lebih lanjut pada pekan ini untuk meredakan krisis kemanusiaan yang disebabkan invasi Rusia.
Selain itu, juga untuk melanjutkan tekanan ekonomi terhadap Rusia. (*)