Berita Internasional Terkini

Babak Baru Perang Rusia vs Ukraina, Vladimir Putin & Volodymyr Zelensky Bakal Saling Berhadapan

Perang Rusia vs Ukraina memasuki babak baru setelah perundingan di Turki berjalan dengan lancar

Alexey NIKOLSKY / SPUTNIK / AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri), Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah) dan Presiden Rusia Vladimir Putin tiba untuk pertemuan tentang Ukraina dengan Kanselir Jerman di Istana Elysee, pada 9 Desember 2019 di Paris. Presiden Rusia untuk pertama kalinya akan mengadakan pembicaraan formal dengan timpalannya dari Ukraina mengenai konflik di timur Ukraina, pada pertemuan puncak yang sangat dinanti-nantikan di Paris. 

"Setelah percakapan yang berarti hari ini, kami telah menyetujui dan mengusulkan solusi yang memungkinkan pertemuan para kepala negara bersamaan dengan penandatanganan perjanjian oleh para menteri luar negeri," ujar Medinsky.

"Terlebih lagi, pada saat inisialisasi dan pertimbangan rincian perjanjian, dimungkinkan untuk membahas berbagai nuansa dan detail politik."

Sementara itu, penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan cukup banyak kemajuan yang dicapai selama pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina pada Selasa di Istanbul untuk memungkinkan Putin dan Zelensky bertemu.

Baca juga: Diduga Diracun, Pemilik Chelsea Roman Abramovich Alami Gejala Saat Perundingan Damai Rusia Ukraina

Berbicara di Istanbul setelah pembicaraan selesai antara kedua belah pihak pada Selasa, Podolyak mengatakan, sekarang ada "kemungkinan" kedua presiden dapat bertemu.

"Kami memiliki dokumen yang disiapkan sekarang yang memungkinkan para presiden untuk bertemu secara bilateral," katanya.

Pembicaraan antara kedua pihak akan "terus online 24/7," kata Podolyak, menambahkan bahwa Ukraina membutuhkan "kata-kata yang jelas secara hukum."

"Delegasi Rusia konstruktif dan eling. Ini tidak berarti negosiasinya mudah. Sangat sulit malahan, tapi pihak Rusia memperhatikan proposal Rusia, proposal Ukraina," tambahnya.

Sementara itu, Ukraina menawarkan menjadi negara netral, jika menerima jaminan keamanan yang memadai dari negara-negara barat, mengabaikan aspirasi untuk bergabung dengan NATO.

Akan tetapi, para analis menilai langkah-langkah itu akan membutuhkan amandemen konstitusi atau referendum, yang keduanya tidak dapat dilakukan di masa perang.

Baca juga: HILANG SABAR Presiden Ukraina Zelensky Sebut Barat Pengecut, Tak Berani Kirim Jet & Tank Lawan Rusia

Menurut hukum internasional, negara netral adalah jika negara itu tidak akan ikut campur dalam situasi konflik bersenjata internasional yang melibatkan pihak-pihak yang berperang lainnya.

Negara netral tidak dapat membiarkan pihak yang berperang menggunakan wilayahnya sebagai basis operasi militer, memihak atau memasok peralatan militer.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui pada 15 Maret 2022, bahwa Ukraina tidak dapat bergabung dengan NATO.

“Kami telah mendengar selama bertahun-tahun bahwa pintu terbuka, tetapi kami juga mendengar bahwa kami tidak dapat bergabung. Itulah kebenaran yang sangat kami akui,” kata Zelensky, yang dianggap mengabaikan aspirasi Ukraina untuk menjadi anggota NATO.

Adapun bagi beberapa orang Ukraina, pernyataan itu juga dianggap sebagai konsesi yang tidak dapat diterima.

Dalam perundingan Rusia-Ukraina di Turki pada Selasa (29/3/2022), perunding Ukraina mengatakan Kyiv siap menerima netralitas, jika di bawah kesepakatan internasional.

Baca juga: Presiden Ukraina Siap Bahas Permintaan Netralitas Rusia, Ajukan Beberapa Syarat!

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved