Berita Internasional Terkini

Ancaman Baru Bagi Pasokan Pangan Dunia Atas Perang Rusia vs Ukraina, Uni Eropa Dihantui Krisis

Aksi penyerangan militer Rusia ke Ukraina bukan sekadar pada dampak kerusakan di negara Ukraina

Editor: Budi Susilo
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Seorang tentara Rusia berpatroli di teater drama Mariupol, dibom 16 Maret lalu, pada 12 April 2022 di Mariupol, ketika pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan yang strategis, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di Ukraina timur, sementara Presiden Rusia membuat kasus menantang untuk perang di tetangga Rusia. 

UE Siap menghadapi krisis

Walaupun sebelumnya UE mengatakan mereka tidak khawatir dengan ancaman ketahanan panganan, namun sebenarnya UE telah bersiap untuk menghadapi krisis pangan dengan mengatasi kekurangan pangan global.

Komisaris Eropa untuk Manajemen Krisis, Janez Lenarcic mengatakan UE harus melakukan tindakan mendesak untuk menghindari krisis pangan yang mengancam.

“kenaikan harga pangan menempatkan orang-orang yang paling rentan di seluruh dunia dalam situasi yang lebih buruk. Invasi Rusia ke Ukraina meningkatkan tekanan pada sistem pangan dan mengancam jutaan orang di seluruh dunia dengan kelaparan. Kami sekarang berada di titik balik dan tindakan mendesak diperlukan.” kata Lenarcic.

Lenartic mengungkapkan UE bersama dengan PBB akan bekerja sama untuk mengatasi krisis pangan dan memberikan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang rentan.

Pekan lalu, anggota Parlemen Eropa juga meminta UE untuk meningkatkan produksi dalam negerinya dan mendukung negara-negara di luar Eropa yang menghadapi kekurangan pangan karena perang di Ukraina.

Pekka Pesonen menambahkan, UE perlu belajar dari masa lalu dan menjadi lebih tangguh saat menghadapi krisis pangan. Dia juga menjelaskan bagaimana Eropa mengatasi kekurangan pangan di masa lalu yang terjadi di Finlandia.

Baca juga: Buntut Perang Rusia-Ukraina, Presiden Putin Kini Hadapi Ancaman Serius dari Pemerintahannya Sendiri

“Sekitar 100 tahun yang lalu, Finlandia adalah bagian dari Kekaisaran Rusia. Dan kemudian karena kesulitan politik dan perang revolusioner di Rusia, perbatasan kami ditutup. Artinya, terutama di bagian selatan negara itu, kami sebenarnya kekurangan makanan. Pengalaman itu telah memicu kemauan politik untuk memastikan negara-negara anggota UE benar-benar mengerjakan apa yang mereka sebut rencana kesiapsiagaan, di mana dalam segala jenis krisis, baik politik, militer atau bahkan alam, kita harus memastikan bahwa penduduk diberi makan dengan baik dan kita memiliki persediaan yang stabil.” tambahnya.

Dibayangi Krisis Pangan dan Gizi

Perang Rusia dan Ukraina tak hanya memicu krisis di antara kedua negara tersebut, namun juga menghadirkan ancaman baru bagi pasokan pangan dunia.

Hal ini terjadi lantaran adanya penangguhan atau moratorium pada komoditas pupuk ammonia, dimana pupuk tersebut merupakan senyawa utama yang digunakan para petani dunia untuk meningkatkan hasil produksi pertaniannya.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah mendorong keduanya untuk membanting kemampuan berdagang. Bahkan keseriusan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam menginvasi Ukraina membuat pihaknya menangguhkan semua kegiatan ekspor di Moscow termasuk perdagangan pupuk.

Ancaman inilah yang kemudian memicu hadirnya efek berantai hingga mengancam ketahanan pangan bagi populasi di seluruh dunia.

Organisasi penelitian Prancis CEPII, mencatat kehadiran Rusia dianggap sebagai pemeran utama dalam ekspor pupuk dunia, terbukti dalam sepanjang tahun 2020 lalu, penjualan pupuk Rusia tembus hingga 7,6 miliar dolar AS.

Namun karena Rusia menangguhkan ekspor komoditas pupuknya, membuat dunia mengalami pengetatan pasokan hingga memicu adanya lonjakan harga pupuk yang lebih tinggi.

Baca juga: Imbas Perang Rusia dengan Ukraina, Play-off Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa Terancam Ditunda

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved