Berita Nasional Terkini
Lahirnya Partai Mahasiswa Indonesia Tuai Polemik, Eks Aktivis 98 Setuju, BEM Nusantara Menyesal
Dunia perpolitikan dalam negeri Republik Indonesia tidak ada habisnya, selalu saja ada ceritanya.
Dikecam BEM Nusantara sebagai Partai Siluman
Kecaman terkait eksistensi Partai Mahasiswa Indonesia pun muncul dari kalangan mahasiswa.
Salah satunya dari Koordinator Pusat BEM Nusantara, Dimas Prayoga.
Menurutnya, Partai Mahasiswa Indonesia merupakan partai siluman.
Kemudian, Dimas juga mempertanyakan terpilihnya Eko Pratama sebagai ketua umum.
“Kami dari BEM Nusantara sangat menyesalkan dan mengecam keras dengan munculnya partai yang mengatasnamakan dan memakai kata mahasiswa dalam nama partai tersebut.”
Baca juga: Giring Ganesha Kemping di Sepaku, Sarungan Bak Jokowi dan Mimpi Bangun Kantor PSI di IKN Nusantara
“Ini sebuah pengklaiman yang sangat merugikan bagi seluruh mahasiswa Indonesia.”
“Sebab ini partai siluman yang tiba-tiba muncul menggunakan nama mahasiswa yang tidak jelas asal usulnya dan entah kapan pelaksanaan kongresnya sehingga saudara Eko Pratama disepakati menjadi ketua umum Partai Mahasiswa Indonesia,” kecam Sekretaris Pusat BEM Nusantara Ridho Alamsyah, seperti diberitakan Tribunnews sebelumnya.
Disambut DPR dan Eks Aktivis ’98
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad memberikan ucapan selamat datang untuk lahirnya Partai Mahasiswa Indonesia, sementara BEM Nusantara mengecam pembentuk Partai Mahasiswa Indonesia
Di sisi lain, Dasco menyambut kemunculan Partai Mahasiswa Indonesia dengan mengatakan agar tetap kompak.
Pernyataan tersebut dirinya ungkapkan sekaligus terhadap Partai Buruh sebagai partai baru yang telah terdaftar di Kemenkumham.
“Nah, kita ucapkan selamat datang, mari kemudian berkompetisi, cari kursi di DPR yang bersama-sama bisa memperjuangkan hak kalian dengan kami.”
“Partai Buruh dengan anggota yang sekian banyak, saya yakin bisa mendapatkan kursi untuk bersama-sama memperjuangkan aspirasi di DPR.”
“Saya berharap banyak, makannya saya mengimbau kawan-kawan buruh kompak seluruh Indonesia, kompak, masa enggak bisa dapat 10-20 kursi, kan gitu.”