Berita Internasional Terkini
Rusia Tebar Ancaman dengan Rudal Nuklir Satan 2, Ukraina Sudah Dihantam Lebih 1.300 Roket
Presiden Rusia Vladimir Putin membual bahwa uji coba rudal akan memaksa negara lain untuk "berpikir dua kali" sebelum mencoba "mengancam" Rusia.
TRIBUNKALTIM.CO - Invasi Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 hingga kini dilakukan dari segala penjuru, baik darat, udara, maupun jalur laut.
Pihak Ukraina menyebutkan bahwa Rusia menggunakan ribuan roket atau rudal untuk memborbardir wilayahnya.
Ini terungkap saat Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar buka suara di televisi Ukraina pada Selasa (26/4/2022).
Menurut Hanna, militer Rusia telah telah meluncurkan lebih dari 1.300 rudal darat, laut, dan udara.
"Menurut data kami, cadangan mereka sudah lebih dari setengahnya sejak mereka aktif menggunakannya sejak 24 Februari," kata Maliar seperti dilansir dari Newsweek.
Akibat pengerahan ribuan rudal ini, Maliar mengklaim cadangan rudal milik Rusia berkurang cukup banyak, namun masih memiliki cukup rudal untuk menyerang.
Baca juga: Rusia Terpojok Dikeroyok? Jerman Susul Amerika Kirim Artileri Berat Bantu Ukraina
Baca juga: Amerika - NATO Tetap Kirim Senjata Berat ke Ukraina, Tak Peduli Ultimatum Rusia Soal PD III & Nuklir
"Lebih dari 1.000 roket telah digunakan. Lebih tepatnya, lebih dari 1.300 rudal," imbuhnya.
Seperti dikutip dari berita Tribunnews.com berjudul Rusia Disebut Telah Meluncurkan 1.300 Rudal di Ukraina Sejak Awal Invasi. Rusia diperkirakan akan terus melesatkan rudal ke Ukraina.

Senjata Nuklir
Maliar juga dilaporkan mengklaim bahwa Rusia mencoba melakukan "pemerasan dan intimidasi ke seluruh dunia" dengan mempertimbangkan penggunaan senjata kimia atau nuklir.
Hal senada diungkapkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dalam konferensi persnya di hari yang sama, ia menyebut Rusia merupakan ancaman nuklir terbesar di dunia sejak 1986 dan berusaha memeras dunia dengan senjata nuklir, lapor The Kyiv Independent.
Kekhawatiran internasional tentang potensi penggunaan senjata nuklir belakangan meningkat usai Rusia menempatkan persenjataan nuklirnya dalam siaga tinggi.
Pekan lalu, Rusia melakukan uji coba rudal balistik antarbenua berkemampuan nuklir yang disebut "Satan 2."
Presiden Rusia Vladimir Putin membual bahwa uji coba rudal akan memaksa negara lain untuk "berpikir dua kali" sebelum mencoba "mengancam" Rusia.
Pada Senin (25/4/2022) lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan dunia agar tidak meremehkan ancaman senjata nuklir dan potensi Perang Dunia Ketiga.
Jerman Kirim Senjata
Jerman akhirnya setuju untuk mengirikan tank anti-pesawat ke Ukraina.
Ini merupakan perubahan besar bagi Berlin dalam pendekatannya untuk memberikan bantuan militer kepada Kyiv.
Komitmen untuk mengirimkan sistem antipesawat Gepard diumumkan oleh Menteri Pertahanan Christine Lambrecht, selama pertemuan pejabat pertahanan internasional di pangkalan Angkatan Udara AS Ramstein di Jerman.
"Kami memutuskan kemarin bahwa kami akan mendukung Ukraina dengan sistem anti-pesawat, itulah yang dibutuhkan Ukraina sekarang untuk mengamankan wilayah udara dari darat," kata Lambrecht dalam pertemuan tersebut, Selasa (26/4/2022).
Ini adalah pertama kalinya Jerman setuju mengirimkan persenjataan berat jenis ini ke Ukraina saat invasi Rusia.
Dilansir CNN, sistem Gepard telah dihapus dari tugas aktif di Jerman pada tahun 2010.
Jerman awalnya menolak seruan untuk menyediakan persenjataan ke Kyiv dan hanya setuju untuk memberikan bantuan kemanusiaan serta peralatan medis.
Pendekatan itu sejalan dengan kebijakan Jerman selama puluhan tahun untuk tidak memasok senjata mematikan ke zona krisis.
Hanya beberapa bulan sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina, pemerintah Jerman yang baru setuju untuk memasukkan kebijakan ekspor senjata yang terbatas ke dalam perjanjian koalisinya.
Namun menghadapi tekanan dari sekutu dan publik Jerman, pemerintah terpaksa merombak aturan tersebut.
Pada akhir Februari, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan Jerman akan mulai mengirimkan beberapa senjata ke Ukraina. (*)