Berita Internasional Terkini
Hadapi Putin, AS Minta Barat Bergerak dengan Kecepatan Perang, Rusia Stop Pasokan Gas ke 2 Negara UE
Rusia memutuskan untuk menghentikan aliran gas alam ke dua negara Uni Eropa, Polandia dan Bulgaria, Rabu (27/4/2022).
TRIBUNKALTIM.CO - Hadapi Vladimir Putin, Amerika Serikat minta Barat bergerak dengan kecepatan perang.
Di perang Ukraina ini, Rusia tak hanya melawan Ukraina, tetapi juga menghadapi negara-negara pendukung Ukraina, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan sekutunya.
Terbaru, Amerika Serikat bahkan meminta negara-negara Barat bergerak dengan kecepatan perang guna menyuplai senjata berat ke Ukraina untuk menghadapi pasukan Vladimir Putin.
Sementara itu Rusia menghentikan pasokan gas alamnya ke dua negara Uni Eropa, Bulgaria dan Polandia.
Imbasnya, harga gas di Eropa langsung meroket.
Baca juga: Rusia Tebar Ancaman dengan Rudal Nuklir Satan 2, Ukraina Sudah Dihantam Lebih 1.300 Roket
Baca juga: Marah Ada Pasokan Senjata untuk Ukraina, Rusia Potong Pasokan Gas ke Polandia dan Bulgaria
Rusia memutuskan untuk menghentikan aliran gas alam ke dua negara Uni Eropa, Polandia dan Bulgaria, Rabu (27/4/2022).
Perusahaan energi milik Rusia, Gazprom, mengatakan pihaknya melakukan hal itu karena Polandia dan Bulgaria menolak untuk membayar pembelian gas alam dengan mata uang rubel Rusia, seperti yang diminta Presiden Vladimir Putin.
Gazprom mengatakan perusahaan juga belum menerima pembayaran apa pun sejak awal bulan.
Keputusan Gazprom untuk menghentikan aliran gas ke dua negara Eropa telah menghidupkan kembali keretakan geopolitik Perang Dingin dan memiliki dampak langsung.
Harga gas Eropa disebut melonjak sebanyak 24 persen.
Fatih Birol, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris, menilai langkah itu sebagai "persenjataan pasokan energi".
"Langkah Gazprom untuk sepenuhnya mematikan pasokan gas ke Polandia adalah tanda lain dari politisasi Rusia atas perjanjian yang ada dan hanya akan mempercepat upaya Eropa untuk menjauh dari pasokan energi Rusia," tulisnya di Twitter.
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen menyebut langkah itu sebagai upaya lain oleh Rusia untuk menggunakan gas sebagai alat pemerasan.
"Ini tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat diterima," kata Ursula von der Leyen seperti dikutip AP News.
Pada hari Selasa, Kepala Pertahanan Amerika Serikat (AS) mendesak sekutu Ukraina bergerak dengan kecepatan perang untuk mendapatkan senjata yang lebih banyak dan lebih berat ke Kyiv.
Baca juga: Rusia Soroti Penjualan Senjata Amerika Serikat ke Ukraina, Singgung Soal Perang Nuklir dan Dampaknya