Liga Italia

Kepala Batu Simone Inzaghi Dibayar Mahal Inter Milan, Nerazzurri Gagal Pertahankan Scudetto?

Kepala batu sang pelatih Simone Inzaghi harus dibayar mahal Inter Milan, Nerazzurri gagal pertahankan scudetto?

Editor: Ikbal Nurkarim
kolase instagram/@inter dan Sempreinter
Inter Milan akan dijamu Juventus di Liga Italia Serie A pekan ini, Simone Inzaghi ngotot timnya akan menang! Kepala batu sang pelatih Simone Inzaghi harus dibayar mahal Inter Milan, Nerazzurri gagal pertahankan scudetto? 

TRIBUNKALTIM.CO - Kepala batu Simone Inzaghi dibayar mahal Inter Milan, Nerazzurri gagal pertahankan scudetto?

Inter Milan mengalami kekalahan menyakitkan melawan Bologna dalam giornata ke-34 Liga Italia.

Bermain di kandang lawan, Inter harus menyerah dengan skor 2-1 dari sang tuan rumah.

Kekalahan tersebut membuat Nerazzurri harus menyerahkan posisi puncak klasemen di tangan AC Milan yang memiliki dua poin lebih banyak dari Edin Dzeko dan kolega.

Ya, di tengah partai-partai krusial untuk meraih scudetto, Inter Milan justru banyak kehilangan poin sempurna.

Baca juga: RUMOR TRANSFER Liga Italia: Winger Bologna Ngarep Diboyong AC Milan usai Bungkam Inter Milan

Baca juga: AC Milan Butuh 10 Poin untuk Juara Liga Italia, Usai Diberi Hadiah dari Inter Milan Lewat Ionut Radu

Baca juga: RUMOR TRANSFER Liga Italia: Antonio Conte jadi Penghalau Inter Milan Pulangkan Monster Romelu Lukaku

Sebelumnya mereka pernah di tahan imbang oleh Torino di giornata 28 dengan skor 1-1, Inter Milan lagi-lagi hanya bermain imbang melawan tim papan tengah, Fiorentina dengan skor yang sama pada giornata 29.

Sebelum dua hasil mengecewakan tersebut, Penampilan Inter Milan juga mengalami penurunan yang drastis.

Nerazzurri sempat mengalami paceklik dengan gagal mencetak gol di empat laga beruntun baik di ajang kontinental maupun domestik.

Jika dikalkulasi, Inter Milan telah gagal mencetak gol di empat laga beruntun saat melawan Liverpool, Sassuolo, Genoa, dan AC Milan.

Namun, alih-alih bergegas mencari obat penawar, sang juru taktik, Simone Inzaghi justru tak terlalu memusingkan hal tersebut, ia beranggapan bahwa anak asuhnya telah bermain menekan dan tampil dominan.

“Saya sadar akan ada berita besar, jika kami tak mencetak gol pada empat laga. Tetapi, kami tengah mengerjakannya. Kami memiliki striker bertalenta yang segera berada dalam kondisi bagus,” kata Inzaghi dilansir Football Italia.

Striker Inter Joaquin Correa melakukan heading dan mengarah ke gawang Bologna. Pada laga ini Inter Milan kalah dari Bologna 1-2 di laga tunda pekan 20 Liga Italia.
Striker Inter Joaquin Correa melakukan heading dan mengarah ke gawang Bologna. Pada laga ini Inter Milan kalah dari Bologna 1-2 di laga tunda pekan 20 Liga Italia. (ist/twitter@inter_en)

Baca juga: AC Milan di Jalur Juara Liga Italia, Inter Milan Masih di Bawah Bayang-bayang Kebodohan lonut Radu

“Tentu ada efek psikologis, karena kami terus menekan dengan intensitas tinggi selama November, Desember, dan Januari," lanjutnya.

Optimisme Inzaghi sebenarnya sempat terbukti, Inter mampu meraih 5 kemenangan beruntun setelahnya.

Namun, secara permainan, Inter banyak mengalami penurunan dibandingkan dengan superioritas mereka di awal musim yang mampu meraih kemenangan dengan skor mencolok.

Ya, degradasi performa yang dialami Nerazzurri memang menjadi hal yang mengejutkan, pasalnya mereka selalu tampil agresif dan menjadi tim produktif sejak awal musim.

Inter Milan hingga saat ini menjadi tim dengan jumlah gol paling banyak di Liga Italia dengan dulangan 72 gol dari 34 pertandingan.

Pertanyaannya, apa yang membuat Nerazzurri mengalami penurunan performa di partai-partai krusial?

Simone Inzaghi dikenal sebagai pelatih idealis dengan skema yang ia usung.

Di seluruh pertandingan Nerazzurri musim ini ia selalu bermain dengan skema 3-5-2.

Tak pernah ada kontra strategi yang ia lakukan dengan bermain memakai empat bek ataupun menggunakan 3 striker di depan.

Lawan pun mulai mampu membaca permainan dan titik lemah Inter Milan, permainan kolektif yang diusungnya diakali lawan dengan bermain lebih menekan di area tengah.

Baca juga: Rapor Pemain Liverpool Usai Bekuk Villarreal di Leg Pertama Semifinal Liga Champions

Dilansi FBref, di 13 pertandingan Inter Milan terakhir, mereka hanya mampu mengumpulkan rata-rata penguasaan bola sebanyak 55.12 %.

Jauh turun dibanding pertandingan yang sudah dijalani Nerazzurri dalam partai-partai sebelumnya.

Pasukan Inzaghi itu mengumpulkan rata-rata penguasaan bola sebanyak 60.1 %.

Dengan ditekannya lini tengah Inter Milan maka kesempatan mereka untuk mengalirkan bola ke depan pun makin sedikit.

Kombinasi yang biasa dilakukan Barella dan Calhanoglu untuk melayani dua striker di depan pun mulai menurun intensitasnya.

Striker yang paling sering dimainkan Inzaghi adalah Edin Dzeko dan Lautaro Martinez, keduanya merupakan pemain yang memiliki tipikal target man dan membutuhkan pelayan untuk mencetak rentetan gol.

Jika tak ada kreativitas dan sumber umpan yang matang dari lini tengah, maka torehan gol mereka pun juga ikut menurun.

Masalah seperti ini tak boleh dibiarkan Inzaghi jika ingin mempertahankan gelar Liga Italia dan membawa Nerazzurri lebih berprestasi di musim pertamanya menjadi juru taktik.

Apa yang dialami Inzaghi hampir mirip dengan apa yang akhir-akhir ini sedang menjadi masalah Thomas Tuchel di Chelsea.

Sama-sama bermain dengan pakem tiga bek, Chelsea juga sempat terseok-seok di pertengahan musim Liga Inggris.

Namun, Tuchel pun segera peka dengan hal tersebut dan mengubah sistem tiga beknya (3-4-3/3-5-2) dan lebih sering bermain menggunakan pakem 4-3-3 dan 4-2-2-2.

Baca juga: Rapor Pemain Inter Milan Usai Menyerah dari Bologna di Liga Italia Serie A

Kedalaman skuat yang dimiliki Chelsea memang membuat Tuchel tak pusing untuk bermain menggunakan sistem apapun sesuai rancangannya.

Hal tersebutlah yang sulit untuk dilakukan Inzaghi, dari skuat yang ia miliki, tak ada nama winger mentereng yang mampu mendongkrak lini serang dari sisi tepi.

Praktis hanya ada Alexis Sanchez dan Joaquin Correa yang mampu berperan menjadi pemain sayap yang apik.

Namun, Sanchez tidak lagi dalam usia emasnya, ia telah berusia 34 tahun, untuk bermain agresif lewat sisi tepi jelas akan menguras tenaga pemain asal Chile tersebut.

Ya, apapun itu, Inzaghi harus segera mencari obat penawar dari penurunan performa yang sedang dialami anak asuhnya.

Pakem tiga beknya tak boleh usang, kecerdasannya dalam meracik strategi harus mampu ia tunjukkan di laga-laga Nerazzurri selanjutnya.

Baca juga: Borneo FC Pertahankan Wildansyah dan Leo Guntara untuk Arungi Kompetisi Liga 1 Musim Depan

Raihan scudetto yang di depan mata tak boleh terlewatkan begitu saja hanya karena inkonsistensi di akhir musim.

Inter Milan saat ini tertahan di peringkat dua klasemen Liga Italia dengan torehan 72 poin dari 34 pertandingan.

Lautaro Martinez dan kolega tertinggal dua angka dari AC Milan yng bertengger di puncak klasemen. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved