Berita Internasional Terkini
Dikecam Amerika Serikat, Turki Tetap Lanjutkan Impor Rudal Rusia Batch Kedua, Ini Alasannya
Dikecam Amerika Serikat, Turki tetap melanjutkan impor rudal Rusia batch kedua, ini alasannya.
Penulis: Rita Noor Shobah | Editor: Heriani AM
Hal ini diungkapkan Ismail Demir, setelah negaranya khawatir jika barang impornya ini dapat menimbulkan stigma negatif diantara para aliansi.
Terlebih saat ini konflik antara Rusia dengan Ukraina makin memanas.
Demir menambahkan, pembelian senjata yang dilakukan negaranya dimaksudkan untuk memperkuat benteng militer negaranya dan tidak akan digunakan untuk menyerang siapa pun.

Dibombardir Sanksi dari Barat, Rusia Malah Menangguk Untung Rp 958 Triliun dari Penjualan Minyak
Dibombardir sanksi dari Barat, Rusia malah menangguk untung Rp 958 triliun dari penjualan minyak.
Rusia masih menangguk untung besar, meski sanksi ekonomi memborbardir negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putun itu.
Meski kini Rusia tengah di gempur berbagai sanksi ekonomi, namun hal tersebut tak lantas membuat penjualan minyak mentah, gas serta batu – bara produksinya mengalami penurunan.
Baca juga: Terkuak Kapan G20 di Bali Sebenarnya Akan Digelar, Benarkah Presiden Rusia dan Ukraina akan Hadir?
Baca juga: NATO Nyatakan Siap Perang Bertahun-tahun Sama Ukraina Lawan Rusia, Putin Ancam Pakai Serangan Kilat
Justru adanya sanksi tersebut makin membuat penjualan migasnya mengalami peningkatan, hingga pemerintah Rusia bisa meraup keuntungan sebesar 66 miliar dolar AS atau setara Rp 958 triliun (Dengan satuan USD Rp 14,521).
Mengutip dari situs Business Insider, keuntungan yang fantastis ini didapatkan Rusia lantaran pembelian migas buatannya masih menjadi primadona bagi sebagian besar negara di dunia, seperti Italia, China, Belanda, Turki, serta Prancis.
Selain negara di atas, bahan energi Rusia juga telah membuat sebagian besar negara di daratan Uni Eropa sulit melepaskan diri dari impor migas Rusia.
Bahkan lembaga riset independen, Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) melaporkan Uni Eropa telah mengimpor 71 persen bahan bakar fosil Rusia melalui pengiriman dan pipa gas.
"Ekspor bahan bakar fosil adalah pendorong utama pembangunan militer Rusia dan agresi brutal terhadap Ukraina," Ujar laporan CREA.
Keberadaan migas Rusia bagi perdagangan global menjadi penting lantaran negara pimpinan Putin ini merupakan eksportir migas terbesar di dunia.
Menurut BP Statistics Review, lebih dari seperempat kebutuhan gas dunia dipasok oleh Rusia. Tepatnya sebanyak 26,2 persen dengan jumlah 197,7 miliar meter kubik.
Sementara untuk komoditas minyak mentah, Rusia menjadi eksportir keempat terbesar di dunia, dengan pangsa pasar 11,4 persen.