Berita Bontang Terkini

Pelajar di Bontang Luncurkan 3 Produksi Film Pendek Sekaligus, 2 Diantaranya Bergenre Horor

Karya film pendek anak Bontang patut diacungi jempol. Pasalnya, karya film pendek yang diproduksi itu banyak mendapat apresiasi dari beberapa pihak

Penulis: Ismail Usman | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/HO
Salah satu film pendek yang di produksi oleh beberapa siswa siswi di Bontang.TRIBUNKALTIM.CO/HO 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG- Karya film pendek anak Bontang patut diacungi jempol.

Pasalnya, karya film pendek yang diproduksi itu banyak mendapat apresiasi dari beberapa pihak.

Salah satunya Walikota Bontang, Basri Rase.

Terlebih mahakarya ini diproduksi oleh para pelajar yang masih duduk di kelas X.

Bahkan tim kru film yang beranggotakan 21 orang itu memproduksi sekaligus 3 karya film dengan 2 genre film horor yang sutradari oleh Saharuddin.

Ketiga film pendek itu berjudul Takabur, WHO?, dan Tears.

Baca juga: Isu Pergantian Posisi Wakil Ketua DPRD Bontang Dibantah Kader PKB, Sebut Itu Hanya Rumor

Baca juga: Selalu Dikeluhkan Warga, Akses Utama Masuk Bontang Kuala Terendam Banjir Rob Lagi

Baca juga: Prakiraan Cuaca Bontang, Senin 16 Mei 2022 Cenderung Cerah Berawan, Hujan Petir Tengah Malam

Salah satu Kru Media Tama Production, Nur Nabila Aulia Salim menuturkan jika produksi film ini merupakan inisiatif siswa yang tergabung dari SMA Negeri 2 dan SMK Negeri 1 Bontang.

“Tapi mayoritas kru film didominasi dari SMA 2 Bontang,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (16/5/2022).

Diceritakan Nabila, film genre horor berdurasi pendek itu mengulas soal etika dan tata krama seorang mengenai beberapa larangan dari orangtua yang tidak boleh dilakukan.

Misalnya seperti larangan potong kuku di malam hari dan beberapa pantangan yang dianggap pamali oleh masyarakat setempat.

Kemudian takabur menceritakan mengenai sopan santun saat bertamu atau berada ditempat orang lain.

“Dua film horor ini menceritakan soal larangan beberapa hal diyakini, sesuai adat istiadat di Bontang. Kalau untuk film berjudul Tears hanya menceritakan soal kehidupan seorang anak yang kurang mendapat perhatian orang tua,” tuturnya.

Hebatnya, untuk waktu produksi film hanya membutuhkan satu hari lebih per setiap film.

Selain itu, biaya produksi pun ditanggung kolektif oleh anggota masing-masing tanpa bantuan dari pemerintah atau sekolah.

“Ini kegiatan eksternal kami diluar dari sekolah. Kalau bantuan belum ada sih,” terang Nabila.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved