Ibu Kota Negara
Dampak Beruk Kesulitan Cari Makan di Kawasan IKN, Ekosistemnya Terganggu hingga Dianggap Hama
Dampak beruk kesulitan cari makan di kawasan IKN ( Ibu Kota Nusantara ), ekosistemnya terganggu hingga dianggap hama.
Rupang menuturkan, perilaku primata dengan nama lain kera ekor babi itu tidak saja terjadi karena manusia melemparkan makanan kepadanya.
Baca juga: Warga Sekitar IKN Nusantara Was-was, Surat Tanah Hanya Mentok Segel, Takut Direlokasi
Dalam pandangannya, habitat beruk itu terimbas oleh status Hutan Tanaman Industri (HTI).
"Menurut saya bukan hanya beruk. Satwa lainnya seperti babi (hutan) terdampak.
Tapi yang paling terlihat adalah bagaimana beruk itu kesulitan mencari makan dan akhirnya turun ke jalan," paparnya.
Rupang menjelaskan, karena kera itu keluar dari hutan habitatnya dan bersinggungan dengan manusia, sebagian warga menganggap mereka adalah hama.
Dia mengatakan, dia sering mendengar cerita warga bagaimana beruk masuk ke ladang atau dapur, dan mencuri makanan mereka.
Karena itu, sebagian warga ada yang mencoba mengusir binatang itu.
Salah satunya menanam tanaman yang tidak akan diambil beruk.
Selain itu, warga setempat ada juga yang beramai-ramai mengusir beruk.
"Tidak ada pilihan lain. Ekosistem mereka diganggu sehingga mereka mendekati masyarakat," kata Rupang.
Hanya 42 Persen Lahan Hijau
Baca juga: Kendaraan Tanpa Awak Bakal Jadi Tulang Punggung Transportasi IKN, Kepala Otorita: Fitur Terpenting
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) menyiapkan Persemaian Mentawir di Ibu Kota Nusantara ( IKN ) di Kalimantan Timur ( Kaltim )
Menurut KLHK perlunya Persemaian Mentawir ini terkait dengan konsep IKN yang mengusung forest city atau kota hutan.
Sementara ini, tutupan lahan hutan hijau di IKN Nusantara masih 42 persen.
Demi konsep IKN Nusantara, forest city atau kota hutan, maka sebagian besar lahannya harus ditumbuhi pepohonan hijau.