Wawancara Eksklusif

EKSKLUSIF - Gara-gara Sering Diskusi, Denni Mappa yang Pebisnis Kini Pimpin Demokrat Balikpapan

DPC Partai Demokrat Balikpapan kini dipimpin oleh nakhoda baru. Seorang anak muda, juga seorang pebisnis, dia adalah Denni Mappa,

Penulis: Ardiana | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM/CAHYO ADI WIDANANTO
Ketua DPC Partai Demokrat Balikpapan, Denni Mappa saat berbincang dalam Podcast Tribun Kaltim Series Strategi Partai Demokrat Jelang Pemilu 2024. 

TRIBUNKALTIM.CO - DPC Partai Demokrat Balikpapan kini dipimpin oleh nakhoda baru. Seorang anak muda, juga seorang pebisnis, dia adalah Denni Mappa.

Meski masih terbilang baru, Denni Mappa mengaku kerap berdiskusi dengan senior-senior hingga muncul niatnya terjun ke dunia politik.

"Memimpin badan usaha dengan partai memang beda, tapi bedanya tidak terlalu jauh. Kalau di partai ini, perbedaannya tidak digaji. Semua kader-kader itu tidak digaji. Kalau di perusahaan, siapa yang bekerja itu yang kita gaji," ujar Denni Mappa saat berbincang dalam Tribun Kaltim Series di Youtube Tribun Kaltim Official mengangkat tema "Siasat Demokrat, Strategi Partai Demokrat Jelang Pemilu 2024".

Bagaimana cerita awal Denni Mappa bergabung dengan Partai Demokrat, berikut petikan wawancara eksklusifnya dengan Tribun Kaltim.

Bagaimana awal mula Anda masuk partai Demokrat?

Saya masuk Partai Demokrat itu tahun 2020. Bisa dibilang cukup baru di dunia politik. Saya masuknya di Jakarta, kemudian saya diminta untuk kembali ke Balikpapan. Pekerjaan saya sebelumnya adalah berbisnis.

Jadi Anda pebinis?

Iya. Saya berbisnis di Balikpapan tahun 2016, lalu saya merantau ke Jakarta tahun 2017. Sampai saat ini saya sudah membuka cabang bisnis saya di beberapa kota besar di Indonesia, ada Jakarta, Pontianak, Balikpapan dan Palembang.

Masuk partai politik ini awalnya saya diajak oleh teman dan senior untuk membangun kembali kota Balikpapan. Dan akhirnya saya setuju.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya saya mendapat mandat untuk memegang Partai Demokrat Balikpapan.

Bisnis apa yang anda jalani selama ini?

Saya punya bisnis di beberapa bidang. Yang pertama ada di bidang kesehatan, tahun 2016. Bisnis keshatan itu yang pertama kali saya buka di Balikpapan.

Dari bidang kesehatan saya berkembang ke bidang IT. Kemudian juga ada perhotelan.

Anda memang lahir di Balikpapan?

Iya. Saya lahir di Balikpapan. Dari SD, SMP, SMA di Balikpapan

Bagaimana jalur politik Anda untuk masuk ke Demokrat?

Saya kader di Partai Demokrat. Kebetulan teman dan mentor saya di Jakarta tau kalau saya kelahiran Balikpapan yang sering stay di Jakarta.

Mungkin karena melihat potensi saya, akhirnya saya diminta untuk menambah kekuatan di Balikpapan.

Sebelumnya pernah terjun di dunia politik?

Belum pernah. Tapi banyak teman-teman saya dari partai politik.

Jadi ini partai pertama Anda?

Iya. Partai pertama dan terakhir.

Apa yang membuat anda tertarik dengan Demokrat?

Saya melihat sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan pak Ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Saya melihat sosok beliau yang bersahaja. Saya melihat pak Ketum, anak muda yang memiliki prestasi yang luar biasa.

Dan sudah bisa memimpin partai politik yaitu partai Demokrat yang sudah dua periode berkuasa.

Itu yang memotivasi saya untuk masuk ke partai Demokrat ini. Saya rasa mungkin saya punya jalan yang bisa saya tempuh agar bisa berguna bagi kota Balikpapan, kota kelahiran saya.

Apa yang membuat anda yang pebisnis lalu ke politik?

Saya melihat kebutuhan kota Balikpapan. Saya tidak mungkin selamanya merantau di kota orang. Saya ingin berguna untuk kota kelahiran saya.

Melalui Partai politik ini bisa jadi wadah yang pas dan cocok untuk berkiprah dalam rangka membangun atau berkontribusi terhadap suatu kota.

Saya menganggap partai poltik adalah wadah yang paling tepat. Dan pilihan saya adalah partai Demokrat.

Saya jatuh hati dengan partai Demokrat. Selain dari partainya, filosofis logonya juga membuat saya tertarik.

Siapa yang menginstruksikan anda untuk menjadi ketua di Balikpapan?

Saya banyak berdiskusi dengan senior-senior, para petinggi-petinggi di partai dan ketua DPD.

Saat itu, mungkin melihat potensi saya juga, akhirnya saya berdiskusi, kenapa tidak, saya pegang Demokrat di Balikpapan.

Artinya ketika memang sudah menjadi ketua partai, kita bisa melakukan banyak hal. Karena partai ini kan adalah wadah yang bisa kita gerakkan untuk membantu masyarakat.

Apalagi memang perintah Ketum AHY, kita harus benar-benar berkoalisi dengan rakyat.

Apa visi misi atau keinginan utama ketika mencalonkan diri sebagai ketua partai?

Keinginan saya yang paling utama adalah berkontribusi terhadap masyarakat dan pembangunan di kota Balikpapan.

Karena inikan kota kelahiran saya, saya banyak melihat Gedung-gedung tinggi di Jakarta, juga banyak pengusaha-pengusaha sukses di Jakarta, kalo ke daerah dibanding dengan Jakarta, itu ada ketimpangan di situ. Intinya di situ.

Apa contoh sederhana yang ingin anda ubah dari kota Balikpapan?

Yang pertama, kita liat aja, jalanan. Kalau di kotanya memang bagus. Tapi menuju ke arah kilo sampai ke Samarinda, masih cukup banyak infrastruktur jalan yang kurang baik. Itu salah satu contohnya.

Selain itu, banyak hal lagi yang harus diperbaiki di kota Balikpapan. Bukannya tidak bagus, tapi namanya kota, harus terus di-upgrade dan di- maintenance, agar kita nyaman terus berada di kota ini.

Pengalaman anda sebagai pengusaha, apa yang bisa diterapkan di partai?

Memimpin badan usaha memang beda, tapi bedanya tidak terlalu jauh. Kalau di partai ini, perbedaannya tidak digaji.

Semua kader-kader itu tidak digaji. Mereka bekerja dengan ikhlas untuk rakyat. Kalau diperusahaan, siapa yang bekerja itu yang kita gaji.

Mana yang lebih sulit?

Kalau dibilang lebih sulit, dua-duanya sulit juga. Karena kita me-manage orang. Dan me-manage orang tidak ada yang gampang.

Ada banyak karakter, sifat. Dan banyak hal yang sulit. Tapi kalau kita memikirkan kesulitannya, tidak akan bisa jalan.

Bagaimana anda me-manage orang yang tidak sevisi misi partai?

Semua ada mekanisme dan sistemnya. Termasuk di partai. Kalau di perusahaan kita biasanya ada teguran atau peringatan.

Sama, di partai juga seperti itu. Ketika ada kader yang melenceng atau tidak sesuai dengan amanat dari partai, maka tetap ada mekanismenya.

Ada peringatan satu, dua, tiga, dan ada juga pemecatan.

Di partai apakah anda lebih berkompromi dibanding menjadi pengusaha?

Ya, namanya politik. Ada ungkapan dari politisi yang mengatakan bahwa politik adalah seni berkompromi.
Jadi memang harus banyak kompromi di dalamnya. Mengayomi teman-teman supaya visi misi partai bisa dijalankan dengan baik.

Tidak bisa juga kita sedikit salah atau kreativitas mereka yang tidak sesuai keinginan kita, asal pecat aja. Tidak bisa juga seperti itu.

Siapa mentor anda di dunia politik?

Mentor saya yang pertama pasti Ketum Demokrat, AHY. Selain itu memang ada beberapa tempat bertanya saya.

Ada ketua DPD Partai Demokrat provinsi Kaltim, bang Irwan Fecho. Beliau adalah mentor dan ketua saya juga. Dan saya juga banyak belajar dengan salah satu senior di DPP, bang Rahlan, beliau mentor saya juga. (Ardiana/Bagian 1)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved