Berita Samarinda Terkini

Tak Bisa Mengikuti Pembelajaran Daring Karena tak Punya HP, Murid SD Menangis Diusir Wali Kelas

Sebab, kali ini salah seorang murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 002 Samarinda Seberang diusir oleh wali kelasnya saat baru saja ingin mengikuti ujian

Penulis: Rita Lavenia | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA
Pertemuan antara Kepala Sekolah SDN 002 Samarinda Seberang Sarban dengan wali murid MF didampingi TRC PPA.TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA 

TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA- Dunia pendidikan kembali mendapat sorotan di kalangan masyarakat.

Sebab, kali ini salah seorang murid Sekolah Dasar (SD) Negeri 002 Samarinda Seberang diusir oleh wali kelasnya saat baru saja ingin mengikuti ujian semester kenaikan kelas.

Muhammad Qadir Jailani (29) yang menjadi pendamping murid malang tersebut pun, menceritakan awal mula tindakan tidak mengenakan dari oknum guru yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom anak didiknya.

Ia menceritakan, pada Senin (30/5/2022) lalu dirinya mendapati MF menangis di tepi jalan yang berada tidak jauh dari sekolah, yang berada di Jalan H. Cokroaminoto, Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang tersebut.

Padahal sehari sebelumnya anak tersebut dengan semangat pergi membeli pakaian seragam untuk ikut ujian semester.

Baca juga: Tuan Rumah Turnamen Pra Musim 2022, Suporter Borneo FC Samarinda Sebut Jadi Ajang Ujicoba

Baca juga: Prakiraan Cuaca Kalimantan Timur untuk Jumat 3 Juni 2022, Balikpapan dan Samarinda Ada Hujan Ringan

Baca juga: Update Prakiraan Cuaca Samarinda, Kamis 2 Juni 2022, Kota Tepian Didominasi Cerah Berawan

"Karena dia mau sekolah tapi tidak ada seragam. Jadi donatur melalui kami membantu membelikan," terangnya, Kamis (2/6/2022).

"Saya tanya, kenapa menangis? Bukannya harusnya masuk? Dan dia (MF) bilang diusir dari kelas," lanjutnya.

Ia melanjutkan, pengusiran tersebut dilakukan di depan teman sekelas MF.

Bahkan sang wali kelas tega berteriak kasar menyuruh anak piatu tersebut keluar dari kelas dan memanggil orangtuanya.

"Padahal pihak sekolah pasti tahu ibu anak ini sudah meninggal dari usia 3 tahun. Sedangkan ayahnya masih bermasalah secara hukum. Makanya dirawat tantenya," bebernya.

Tidak sampai di situ, akibat pengusiran yang dilakukan sang wali kelas, MF malang pun mendapat bullyan dari rekan sekelasnya.

"Dia dilempari buku dan kertas sama teman-temannya. Makanya berlari pulang menangis dan takut masuk sekolah," beber M. Qalik.

Memet, sapaan akrabnya menjelaskan, permasalahan awal dari sikap sang wali kelas tersebut, lantaran MF diketahui tidak pernah mengikuti pembelajaran secara online selama 1 tahun lamanya.

"Padahal itu karena MF tidak memiliki handphone. Tantenya juga tidak sanggup membelikan karena perekonomian-nya pas-pasan," ungkapnya.

Permasalahan ini pun sampai ke telinga Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC-PPA) Kalimantan timur.

Oleh sebab itu, bersama para awak media, tim aktivis Perlindungan Perempuan dan Anak ini mendatangi pihak sekolah dengan tujuan mengkonfirmasi kebenaran dari informasi tersebut.

Namun kehadiran aktivis sosial dan pers ini tidak disambut bijak oleh beberapa oknum guru yang merasa permasalahan tersebut sudah terselesaikan.

"Ngapain ini ramai-ramai bawa wartawan segala. Kan permasalahannya sudah selesai," ucap Risna yang merupakan wali kelas dari MF.

TRC PPA, wali murid dan para awak media mencoba berkepala dingin dalam menghadapi sikap temperamen beberapa oknum guru tersebut.

Hingga akhirnya berkesempatan bertemu dengan Kepala SDN 002 Samarinda Seberang Sarban yang mengakui belum mengetahui akan permasalahan yang terjadi.

"Belum ada konfirmasi dari guru yang bersangkutan. Namun kami akan melakukan pemanggilan terhadap oknum guru tersebut," terang Sarban kepada seluruh yang hadir.

Baca juga: Brigjen Dendi Suryadi Buka Kejuaraan Bola Voli Piala Gubernur Kaltim-Danrem 091/ASN di Samarinda

Terkait solusi yang diberikan, pihaknya mengaku akan tetap memberikan hak anak untuk meraih pendidikan sebagai generasi penerus bangsa.

"Kita akan berikan haknya. Anak ini harus tetap bersekolah," tegasnya.

Belum kelar perbincangan dengan Kepala Sekolah, datang seorang pria yang mengaku guru mengenakan kemeja hitam sambil menyulut sebatang rokok.

"Kenapa ramai-ramai sambil rekam-rekam?" teriaknya dengan nada tinggi.

Sempat terjadi kericuhan akibat sikap temperamen oknum guru tersebut namun dapat diatasi oleh pihak sekolah.

"Wartawan tidak pernah jadi guru," sorak sekelompok oknum guru kepada awak media yang akan meninggalkan gedung tempat generasi bangsa menimba ilmu tersebut.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Samarinda Asli Nuryadin saat dihubungi mengaku belum mengetahui permasalahan yang terjadi.

"Saya akan konfirmasi kepada Kepala sekolahnya dulu," singkatnya melalui sambungan telephone. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved