Berita Internasional Terkini

Presiden AS Joe Biden Segera Bantu Ukraina dengan Uang Rp 14 Triliun Lebih

Pejabat Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir telah berusaha untuk mengkalibrasi dan menyeimbangkan dua tujuan yang sering bertentangan

Editor: Budi Susilo
SAUL LOEB / AFP
ILUSTRASI Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. Dirinya menyatakan, segera menggelontorkan bantuannya kepada Ukraina sebesar 1 miliar dolar AS atau Rp 14,815 triliun. 

Bersamaan dengan itu, negara-negara Barat memulai pengiriman senjata dan kendaraan militer ke Kiev untuk sejumlah uang, yang saat ini diukur dalam miliaran dolar.

Sejumlah politisi Barat mengakui bahwa secara efektif sedang terjadi perang ekonomi melawan Rusia.

Bukan Untuk Gencatan Senjata

Pentagon menegaskan Amerika Serikat (AS) tidak akan menekan Ukraina untuk merundingkan gencatan senjata, walaupun Rusia membuat kemajuan di timur.

"Kami tidak akan memberi tahu Ukraina bagaimana bernegosiasi, apa yang harus dinegosiasikan, dan kapan harus bernegosiasi," kata Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan AS, Colin H. Kahl, pada Selasa (14/6/2022).

"Mereka akan menetapkan persyaratan itu untuk diri mereka sendiri," imbuhnya, dikutip dari The Straits Times.

Komentar Kahl muncul saat Ukraina hampir kehilangan wilayahnya di Donbas karena serangan Rusia.

Bentrok antara kedua militer pecah di jalanan Kota Sievierodonetsk, dan kesempatan Rusia mengklaim kota itu makin besar.

Pasukan Rusia dan kelompok separatis mengendalikan sekitar 80 hingga 90 persen wilayah Donbas, menurut pejabat Ukraina.

Pencapaian ini akan memberikan pengaruh potensial bagi Kremlin dalam negosiasi.

"Peran kami adalah untuk membantu mereka memastikan bahwa mereka dapat mempertahankan diri dari serangan Rusia," kata Kahl dalam konferensi keamanan di Washington yang diselenggarakan oleh Center for New American Security.

"Dan mereka telah melakukan pekerjaan yang sangat berani dalam hal itu, dan untuk memperkuat tangan mereka setiap kali negosiasi terjadi," ujarnya.

Terlepas dari dukungan kuat, tampaknya terjadi perbedaan pendapat di antara negara-negara pro-Ukraina.

Para pemimpin di Eropa Tengah dan Timur, dengan sejarah panjang dominasi Soviet, memiliki pandangan yang kuat tentang perlunya menjinakkan Rusia bahkan menolak gagasan untuk berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Tetapi Prancis, Italia, dan Jerman, di antara negara-negara terbesar dan terkaya di benua itu, cemas akan perang yang panjang hingga berujung kebuntuan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved