Berita Nasional Terkini
Profil Jenderal Andika Perkasa yang Terpilih Bakal Capres NasDem, Sepak Terjang, Jejak Kontroversi
Cek biodata dan profil Jenderal Andika Perkasa yang terpilih menjadi bakal calon Presiden (Capres) Partai NasDem,
TRIBUNKALTIM.CO - Inilah biodata dan profil Jenderal Andika Perkasa yang terpilih menjadi bakal calon Presiden (Capres) Partai NasDem,
Selain soal biodata dan profil, simak juga sepak terjang dan jejak kontroversi Jenderal Andika Perkasa.
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menjadi salah satu bakal Capres 2024 yang diusung Partai NasDem.
Selain Jenderal Andika Perkasa, Partai NasDem juga merekomendasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca juga: Profil Anies Baswedan dan Kontroversinya, Terkuak Alasan Bakal Capres NasDem Dicopot dari Mendikbud
Baca juga: Rocky Gerung Bongkar Anies Baswedan Diasuh Jusuf Kalla, Jokowi Halangi Gubernur DKI Jakarta
Baca juga: Jenderal Andika Perkasa Minta Prajurit TNI Belajar dari Polri, Tumpas Teroris KKB Papua dan MIT Poso
Munculnya nama Jenderal Andika Perkasa cukup mengejutkan karena bila melihat usulan DPW (Dewan Perwakilan Wilayah) dalam Rakernas Partai NasDem, selain Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, yang mencuat adalah Menteri BUMN Erick Thohir.
Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloh menegaskan ketiga nama yang diusung tersebut merupakan hasil rapat pleno atas usulan dari DPW yang disampaikan dalam Rakernas.
Ditegaskan Surya Paloh, dalam perkembangannya, dari ketiga nama hanya akan satu Capres 2024.
Dengan begitu, dia menyatakan, nanti selaku ketua umum akan mengumumkan satu nama yang akan ditetapkan sebagai Capres 2024 yang diusung oleh Partai NasDem.
Kendati demikian belum dapat dipastikan kapan dan di mana akan diumumkan.
"Insha Allah akan kita tetapkan satu, waktu dan tempatnya kita cari hari baik dan bulan baik," kata Surya Paloh seperti dilansir Tribunnews.com di artikel berjudul Partai NasDem Umumkan 3 Nama Bakal Calon Presiden 2024, Salah Satunya Jenderal Andika Perkasa.
Profil Jenderal Andika Perkasa
Jenderal Andika Perkasa lahir di Bandung, Jawa Barat, 21 Desember 1964.
Ia adalah menantu dari Mantan Kepala Badan Intelijen Negara, Jenderal (Pur) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono.
Istrinya merupakan putri Hendropriyono, bernama Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Hendropriyono.
Andika merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1987.
Riwayat Pendidikan Jenderal Andika Perkasa
Dikutip dari Kompas.com, selama bertugas menjadi prajurit TNI AD, Andika Perkasa kerap menghabiskan waktunya untuk pendidikan.
Andika Perkasa pernah menempuh pendidikan Strata 1 (S1) jurusan Ekonomi di dalam negeri.
Kemudian, dalam kurun waktu 2003 hingga 2011, ia berada di Washington DC, Amerika Serikat untuk memperoleh pendidikan militer.
Pada saat di AS itu, ia mendapat gelar mendapat gelar Strata 2 (S2) dan Strata 3 (S3).
Andika Perkasa merupakan lulusan dari The George Washington University, National Defense University, serta Harvard University.
Baca juga: Siapa Idayati? Adik Jokowi yang Dinikahi Ketua MK, Wapres dan Jenderal TNI Andika Perkasa jadi Saksi
Setidaknya, ia memiliki tiga gelar S2, yakni MA, MSc, dan MPhil, serta satu gelar S3 PhD.
Sepak Terjang Karier Andika Perkasa
Ketika lulus dari Akmil 1987, Andika Perkasa bergabung dengan jajaran korps baret merah, Kopassus.
Kariernya dimulai sebagai komandan peleton hingga berangsur-angsur naik menjadi Dansub Tim 2 Detasemen 81 Kopassus (1991).
Kemudian Den 81 Kopassus (1995), Danden-621 Yon 52 Grup 2 Kopassus (1997), Pama Kopassus (1998), dan Pamen Kopassus (1998).
Di tahun 2002, ia pun diangkat menjadi Danyon 32 Grup 3/Sandha Kopassus.
Kembali bertugas dalam waktu singkat, ia kemudian dimutasi menjadi Kepala Seksi Korem 051/WKT Dam Jaya.
Belum ada setahun, ia dimutasi dan menjabat sebagai Pabandya A-33 Direktorat A Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Pada November 2018, Andika Perkasa diangkat Presiden Jokowi menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Dan, 15 November 2021 Jenderal Andika dilantik menjadi Panglima TNI.
Baca juga: IKN Nusantara di Kaltim Dinilai Rentan Ancaman Udara, Begini Respon Panglima TNI Jenderal Andika
Jejak kontroversi Jenderal Andika Perkasa
Presiden Joko Widodo telah menjatuhkan pilihannya kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa sebagai calon tunggal Panglima TNI. Hal itu diketahui setelah Jokowi mengirimkan surat presiden (surpres) kepada DPR, Rabu (3/11/2021).
Isi surpres ini berisikan nama Andika sebagai pengganti Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Surpres ini dikirimkan melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno yang diterima langsung Ketua DPR Puan Maharani.
"Karena itu, pada hari ini melalui Pak Mensesneg, Presiden telah menyampaikan surat presiden mengenai usulan calon panglima TNI kepada DPR RI atas nama Jenderal TNI Andika Prakasa," kata Puan, Rabu (3/11/2021).
Andika merupakan seorang perwira tinggi TNI AD yang mempunyai sederet prestasi.
Akan tetapi, selain prestasi, sosok Andika juga tak lepas dari kontroversi.
Berikut sejumlah kontroversi yang melekat pada Andika seperti dilansir Kompas.com:
1. Penangkapan Omar Al Faruq
Upaya pengejaran yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat terhadap Osama bin Laden yang terlibat dalam pengeboman menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001, menyeret nama Omar Al Faruq.
Ia merupakan tangan kanan Osama bin Laden yang turut menjadi sasaran pemburuan oleh Amerika Serikat.
Dalam pemburuan ini, intelijen Indonesia berhasil menangkap Al Faruq di Bogor, Jawa Barat, 5 Juli 2002.
Penangkapan Al Faruq disebut berbagai pihak tak lepas dari peran Andika Perkasa yang saat itu masih bertugas sebagai intelijen Kopassus.
Akan tetapi, yang menjadi penangkapan Al Faruq kontroversi adalah dilakukan Badan Intelijen Negara (BIN), yang secara teknis tidak mempunyai wewenang komando dengan Kopassus.
Setelah ditangkap, Indonesia kemudian menyerahkan Al Faruq kepada Pemerintah Amerika Serikat.
Dalam penangkapan Al Faruq, dikutip dari majalah Time edisi 18 Maret 2002, disebutkan adanya kerja sama yang baik antara intelijen Indonesia dan Amerika dalam "perang melawan teror".
Adapun, posisi BIN saat itu dipimpin oleh AM Hendropriyono yang juga dikenal sebagai mertua Andika Perkasa.
2. Kabar keterlibatan pembunuhan aktivis Theys
Sejumlah aktivis kerap menyinggung adanya dugaan keterlibatan Andika dalam pembunuhan aktivis HAM asal Papua, Theys Eluay.
Dikutip dari situs Deutsche Welle, Theys dibunuh usai menghadiri undangan peringatan Hari Pahlawan di markas Kopassus di Jayapura.
Saat itu, empat perwira dan tiga serdadu Kopassus diadili lantaran kasus tersebut.
Namun, Andika tidak pernah terkait proses hukum itu.
Surat yang dikirim oleh Agus Zihof, ayah seorang terdakwa, yaitu Kapten Inf Rionardo, kemudian menyeret Andika Perkasa dalam pusaran hitam pelanggaran HAM di Papua.
Surat Agus kepada KSAD Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu itu mengisahkan betapa anaknya dipaksa mengakui pembunuhan Theys oleh seorang yang bernama Mayor Andika.
Akan tetapi, pada 22 November 2018), Andika pernah memberikan tanggapan perihal ini.
Dia tidak mempersoalkan jika ada pihak-pihak yang mengait-ngaitkan dirinya dengan peristiwa pembunuhan Theys.
Hal itu dikatakan Andika seusai dilantik sebagai KSAD menggantikan Jenderal Mulyono, Kamis (22/11/2018), di Istana Negara, Jakarta.
"Monggo, enggak ada alasan bagi saya untuk melarang itu," ujar Andika di Istana Negara, Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Ia juga mempersilakan jika ada aktivis HAM yang mau kembali menginvestigasi apakah dirinya benar-benar terlibat dengan pembunuhan Theys atau tidak.
"Kalau mereka mau menelusuri itu juga silahkan. Kan enggak ada yang perlu saya khawatirkan," ujar dia.
3. Pendidikan di National War College di Fort McNair
Dalam riwayat pendidikannya, Andika tercatat pernah mengenyam pendidikan di National War College (NWC) di Fort McNair, Washington D.C, Amerika Serikat.
Dikutip dari situs Deutsch Welle, pada 2005 silam, editor The Washington Post, Dana Priest melaporkan tentang program dinas rahasia AS, CIA.
Program ini untuk mengamankan kerja sama dengan berbagai dinas intelijen di berbagai negara dalam perang melawan teror, termasuk dengan BIN.
Saat itu, mertua Andika, yaitu Hendroprioyono sebagai kepala BIN disebut mengajukan permintaan spesial kepada George Tennet, Direktur CIA.
Permintaan itu adalah menyediakan modal awal untuk pembangunan sekolah intelijen di Batam dan menjamin seorang kerabatnya mendapat tempat di universitas terkemuka AS.
"Ketika nilainya menjadi hambatan, Direktur CIA mengatur agar dia bisa masuk ke National War College di Fort McNair, tutur empat sumber," demikian tulis Priest dalam laporan yang memenangkan hadiah Pulitzer tersebut.
Berbagai pihak berspekulasi Andika Perkasa yang lulus dari NWC pada 2004 merupakan kerabat yang dimaksud.
Hingga saat ini belum ada tanggapan Andika atau Hendropriyono terkait pemberitaan itu.
(*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.