Pendidikan
Mengenal Strict Parent atau Orangtua yang Keras dan Kaku, Cek Dampaknya bagi Anak
Memperlakukan anak-anak memang harus hati-hati dan penuh kesabaran serta tidak boleh dilakukan dengan cara yang sembarangan.
TRIBUNKALTIM.CO - Memperlakukan anak-anak memang harus hati-hati dan penuh kesabaran serta tidak boleh dilakukan dengan cara yang sembarangan.
Pasalnya, tumbuh kembang anak mejadi baik atau tidak, tergantung cara orangtua memperlakukan dan mendidiknya.
Pembentukan karakter anak secara dini memang perlu dilakukan, hal tersebut dapat membentuk jati diri anak sesuai didikan orangtuanya.
Dalam ilmu psikologi, ada dikenal dengan nama strict parent atau orangtua yang ketat.
Baca juga: Tips Membuat Rumah Menjadi Lebih Cozy, Hunian Jadi Nyaman dan Membangkitkan Mood
Dimana, strict parent bisa dikatakan dengan orangtua yang memiliki standar dan tuntutan tinggi terhadap anaknya.
Mengutip parentingforbrain.com, strict parent bisa menjadi otoriter, tergantung pada keyakinan disiplin orangtua dan responsivitas mereka terhadap kebutuhan anak.
Lantas apakah yang akan terjadi jika orangtua terlalu ketat atau terlalu keras pada anaknya?
Dikutip dari Tribunnews.com, banyak orangtua yang bermaksud baik percaya bahwa mereka melakukan yang terbaik untuk anak-anak mereka dengan menetapkan batasan yang ketat dan kaku.
Baca juga: Tips Menyimpan Buah Agar Tetap Segar dan Tidak Mudah Busuk
Meskipun orangtua mungkin memaksa anak-anaknya untuk sementara mematuhi, strict parenting atau pengasuhan yang terlalu ketat dapat menciptakan masalah perilaku.
Mengutip medicinenet.com, pola asuh yang ketat atau otoriter dikaitkan dengan hasil negatif.
Srict parent tidak terbuka untuk berdiskusi atau mendengarkan sudut pandang anak mereka.
Orangtua yang otoriter cenderung:
- Mengharap anak-anak untuk mengikuti perintah tanpa pertanyaan
- Merasa bahwa ketaatan sama dengan cinta- Mematikan komunikasi terbuka
- Memiliki aturan ketat yang harus dipatuhi anak-anak
- Menghukum anak-anak dengan keras
- Menahan kasih sayang dan kehangatan
- Sangat menuntut anak-anak
Baca juga: Tips Aplikasi Edit Video: Template CapCut Tidak Muncul, Bagaimana Cara Mengatasinya?
Konsekuensi dari pola asuh yang ketat (strict parenting)
Orangtua yang otoriter mengharapkan anak-anak mereka untuk mengikuti aturan mereka tanpa pertanyaan atau diskusi.
Mereka menghukum anak-anak dengan keras karena tidak mematuhinya.
Pola asuh seperti ini bisa menjadi kekerasan fisik dan emosional.
Meskipun memiliki batasan dan harapan terhadap anak-anak adalah sesuatu yang wajar, aturan harus diimbangi dengan kehangatan dan rasa hormat untuk anak.
Baca juga: Tips Membeli Mobil Bekas, Begini Cara Cek Kendaraan yang Pernah Mengalami Kecelakaan
Anak-anak dari orangtua yang terlalu ketat mungkin memiliki beberapa masalah berikut:
1. Tingkat percaya diri yang rendah
Sebuah penelitian terhadap mahasiswa menemukan bahwa mereka yang orangtuanya lebih otoriter memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Mereka memiliki lebih banyak masalah perilaku dan menunjukkan lebih sedikit inisiatif dan ketekunan daripada siswa yang orangtuanya tidak begitu ketat.
2. Kenakalan
Orangtua yang ketat dan suka mengontrol cenderung membesarkan anak-anak yang tidak sopan dan nakal.
Ironisnya, anak-anak yang orangtuanya ketat tidak melihat orang tuanya sebagai figur otoritas yang sah.
Karena itu, mereka cenderung tidak mengikuti aturan mereka dan lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam perilaku nakal.
Baca juga: Bingung Download dan Install Canva di Laptop? Intip Tips Sederhana yang Mudah Diaplikasikan
3. Depresi
Anak-anak dengan orangtua yang kritis terhadap mereka dan mengabaikan perasaan mereka lebih mungkin untuk mengembangkan depresi dan kecemasan.
4. Bullying
Anak-anak dari orangtua otoriter lebih mungkin untuk dibully dan menjadi pembully.
Mereka memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah dan menjadi target yang lebih mudah bagi para pengganggu.
Di sisi lain, mereka lebih cenderung menjadi pembully karena mereka melihat perilaku serupa di rumah mereka.
5. Masalah Perilaku
Sebuah penelitian terhadap 600 anak berusia 8 hingga 10 tahun menunjukkan bahwa mereka yang memiliki orangtua otoriter memiliki masalah perilaku yang paling banyak.
Mereka menunjukkan perilaku yang lebih menantang, hiperaktif, agresi, dan perilaku antisosial.
Mereka juga memiliki lebih banyak masalah emosional dan menunjukkan lebih sedikit perilaku prososial.
Baca juga: Tetap Waspada! Ancaman Virus Cacar Monyet Masih Ada, Simak 9 Tips yang Mudah Diaplikasikan
6. Masalah dengan Pengaturan Diri
Sebuah penelitian di University of Georgia menemukan bahwa anak-anak yang orangtuanya keras lebih cenderung bertingkah.
Mereka juga kurang mampu mengatur diri sendiri dan memecahkan masalah begitu mereka dewasa.
Ketika anak-anak masih kecil, orangtua mereka memiliki kemampuan lebih untuk menegakkan pedoman.
Ketika anak-anak mencapai masa remaja, mereka belum belajar mengatur perilaku mereka sendiri.
Mereka tidak memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif sendiri.
Baca juga: Yuk, Simak Tips Perawatan Baterai atau Aki pada Sepeda Motor ala Yamaha
Cara Parenting Seperti apa yang Paling Baik?
Orangtua yang berwibawa (otoritatif) tampaknya lebih berhasil daripada orang tua yang otoriter.
Orangtua otoritatif memiliki harapan yang tinggi untuk anak-anak, menetapkan batas, tetapi hangat dan mengayomi.
Gaya pengasuhan ini telah dikaitkan dengan banyak hasil positif bagi anak-anak.
Apa yang Dilakukan Orangtua Otoritatif
Saat mengasuh anak, orangtua yang otoritatif akan:
- Memiliki harapan yang masuk akal dan sesuai usia
- Membantu anak-anak mengembangkan keterampilan mengatasi masalah alih-alih hanya menghukum
- Membantu anak-anak belajar mengelola frustrasi dan situasi yang menyakitkan
- Mendorong anak untuk mandiri
Baca juga: Tips Aplikasi Edit Video CapCut: Cara Membuat Video yang Lagi Trend di TikTok
- Mendorong komunikasi terbuka
- Mencontohkan perilaku yang sesuai untuk anak-anak
- Beradaptasi dengan keadaan yang berbeda
- Mendengarkan anak-anak mereka
- Menetapkan batasan yang konsisten
Manfaat Pengasuhan Otoritatif
Meskipun pola asuh otoritatif dan otoriter mungkin terdengar serupa, mereka memiliki hasil yang sangat berbeda.
Anak-anak dari orangtua yang otoritatif cenderung:
- Memiliki hubungan dekat dengan orang tuanya
- Percaya diri dan memiliki harga diri yang tinggi
- Dapat mengelola agresi mereka dengan baik
- Bertanggung jawab dan kooperatif
- Bertanggung jawab secara sosial
- Mengatur diri sendiri
- Menjadi lebih bahagia, lebih sukses, dan lebih mampu dalam berbagai hal. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.