News
Rusia dan Turki Jadi Juru Damai di Suriah, Mampukah Erdogan Mencuci Otak Putin atas Invasinya?
Jadi juru damai di Suriah, mampukah Erdogan membuka pikiran Putin untuk menghentikan invasi di Ukraina.
TRIBUNKALTIM.CO - Lebih dari 11 tahun konflik Suriah bergulir dan belum menyelesaikan titik terang.
Hingga Rusia, Iran dan Turki mengambil peran atas penyelesaian konflik Suriah itu.
Diketahui bahwa Rusia, Iran, dan Turki menjadi tim penjamin perdamaian dari pertikaian antar Pemerintah Suriah dengan para oposisinya.
Hingga saat ini, Pemerintah Suriah dan para oposisinya belum mau mengambil titik tengah atas pembicaraan keduanya di mana para oposisi ingin membangun zona de-eskalasi, zona yang mutlak dikuasai oleh oposisi sepenuhnya tanpa campur tangan Pemerintah Suriah.
Baca juga: Gempur Melalui Serangan Udara, Israel Tewaskan 11 Orang di Suriah
Atas pertikaian itulah, Rusia, Iran, dan Turki tidak ingin berpangku tangan, mereka dengan aktifnya mengambil peran untuk menebarkan tanda kedamaian pada masing-masing pihak.
Berdasarkan misi itulah, mampukah Turki mencuci otak Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk mengakhiri konflik di Ukraina?
Sebagaimana berita yang beredar, di saat gejolak perang Rusia di Ukraina berlanjut, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan akan melakukan perjalanan ke Iran minggu depan.
Baca juga: Turki Bersama Swedia dan Finlandia akan Bahas soal Keanggotaan NATO
Hal itu diperuntukkan untuk pertemuan puncak Suriah dengan negara lainnya yaitu Presiden Iran, Ebrahim Raisi dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Dilansir dari aljazeera, pada Selasa (12/7/2022), Juru Bicara Rusia, Dmitry Peskov memberikan pernyatannya perihal kunjungan Rusia itu.
"Kunjungan Presiden Rusia ke Teheran (ibu kota Iran) direncanakan pada tanggal 19 Juli," kata Dmitry Peskov dikutip dari aljazeera, Selasa (12/7/2022).
Dmitry Peskov juga menambahkan ketiganya (Rusia, Iran, Turki) akan bertemu untuk pembicaraan damai di Suriah.
Rusia, Turki dan Iran dalam beberapa tahun terakhir telah mengadakan pembicaraan sebagai bagian dari apa yang disebut proses perdamaian Astana untuk mengakhiri lebih dari 11 tahun konflik di negara Timur Tengah itu.
Rusia dan Iran memiliki hubungan dekat, sementara Turki telah berusaha untuk bertindak sebagai mediator selama konflik Ukraina.
Pemerintah Rusia juga mengatakan Putin akan mengadakan pembicaraan terpisah dengan Erdogan di Teheran.
Sebelumnya pada Rabu (13/7/2022), ada pembicaraan antara Rusia, Ukraina, Turki dan PBB mengenai ekspor gandum dari Ukraina di Istanbul.
Di mana pembicaraan tersebut berfokus bahwa Barat bertujuan untuk membuka kembali pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Di mana pelabuhan Laut Hitam tersebut ditutup oleh blokade Rusia dan menghentikan ekspor dari salah satu sumber pengekpsor utama gandum di dunia dan mengancam akan memperburuk kelaparan global.
Erdogan, yang telah menawarkan untuk menengahi masalah gandum ini akan segera melakukan pembicaraan dengan Putin.
(TribunKaltim.co/Hartina Mahardhika)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/turkii-dan-Rusiaa.jpg)