Berita Balikpapan Terkini

Pandangan Pengamat Pariwisata soal Destinasi Wisata Bahari di Balikpapan

Dalam upaya pengembangan destinasi wisata bahari yang akan diselenggarakan oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Balikpapan.

Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/ARY NINDITA
Karnila Willard selaku pengamat wisata sekaligus Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STT Migas Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.  

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Dalam upaya pengembangan destinasi wisata bahari yang akan diselenggarakan oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Balikpapan.

Karnila Willard selaku pengamat wisata sekaligus Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STT Migas Kota Balikpapan mengatakan perlu adanya payung hukum untuk mengangkat ekowisata di Teluk Balikpapan.

“Sejauh sepengetahuan saya, untuk mengangkat ekowisata teluk, perlu adanya payung hukum, karena di dalamnya terdapat satwa-satwa yang dilindungi,” ujar Karnila, saat dijumpai Tribun Kaltim, di Hotel Platinum Balikpapapn, Rabu (20/7/2022).

“Mereka (satwa-satwa) seksi dan attractive, tetapi telatif rentan. Nah harus ada payung hukumnya dulu yang jelas, untuk mengatur siapa konsosium yang berhak mengawasi destinasi tersebut,” tambahnya.

Baca juga: Disporapar Bakal Uji Coba Kapal Wisata Bahari di Teluk Balikpapan Mulai Awal Agustus

Baca juga: Teluk Balikpapan jadi Andalan Wisata Bahari Daerah Penyangga IKN Nusantara

Baca juga: Sambut IKN Nusantara, Balikpapan Kembangkan Destinasi Wisata Bahari

Berbicara mengenai wisata bahari, Karnila mengungkapkan bahwa tourguide yang dipilih nantinya tidak boleh asal pilih.

Tourguide profesional belum tentu paham dengan satwa yang ada di maupun sudah pelatihan level provinsi tetapi sejauh mana dia paham tentang satwa itu

“Misal ketemu pesut, berapa jarak kapal pada saat berhenti, kapan mematikan mesin kapal, lalu bagaimana ia (tourguide) memahami perilaku pesut,” kata Karnila.

“Untuk lihat bekantan, sejauh mana dia (tourguide) mendeskripsikan perilau bekantan, karena kalau asal, kemudian yang datang gerombolan, setahun kemudian satwanya hilang karena stress,” imbuhnya.

Selain itu. Karnila memberikan analogi jika sesuatu yang biasa bagi kita, belum tentu biasa di mata orang di luar daerah Kalimantan.

“Menurut kami masyarakat setempat itu umum, tapi menurut wisatawan asing di luar kota, di luar negara itu tidak umum,” tukas Karnila.

Baca juga: Wisata Bahari Tarakan, Libur Tahun 2021 di Pantai Binalatung, Tersedia Banyak Wahana dan Cafe

“Ibaratnya kita yang selalu penasaran dengan salju, padahal bagi mereka kalau ada salju mereka benci karena kedinginan, gambarannya kurang lebih seperti itu,” tuturnya.

Kemudian Karnila juga menilai, bahwa pulau-pulau di Kota Balikpapan itu rendah.

Karena sebatas dataran rendah dengan mangrove.

Sehingga matahari terbenam bisa terlihat asal tidak mendung dan hujan saja.

“Kalau udah sore tuh bisa lihat matahari tenggelam, atau bahasa estetiknya sunset, kemudian langitnya kemerah-merahan,” ujar Karnila.

Baca juga: Andai Akses Penajam-Sepaku IKN Nusantara tak Dibangun, Nanang Ali Khawatir jadi Kota Mati

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved