Berita Kutim Terkini
Kerabat Dekat yang Banyak Jadi Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Kutim
Banyaknya kasus kekerasan dan pelecehan kepada anak yang terjadi belakangan ini, justru dilakukan oleh orang terdekat
Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,SANGATTA- Banyaknya kasus kekerasan dan pelecehan kepada anak yang terjadi belakangan ini, justru dilakukan oleh orang terdekat yang seharusnya memiliki kewajiban untuk melindungi.
Tidak terkecuali di Kabupaten Kutai Timur yang pelakunya justru adalah kerabat dekat daripada korban.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DPPA) Kutim, sebanyak 115 perempuan atau anak menjadi korban dalam tujuh tahun terakhir.
Kepala DPPA Kutim, dr Aisyah mengatakan bahwa kasus tertinggi terjadi di tahun 2016 lalu.
"Pada tahun-tahun sebelumnya khusus di 2016 sampai 2020 cukup tinggi angkanya, tetapi untuk 2021 sampai Juli tahun ini angka nya turun," ujarnya saat ditemui di ruang kerja, Jumat (22/7/2022).
Baca juga: Terjawab Sudah Siapa JE Motivator Pelecehan Seksual Sebenarnya, Terkuak Jumlah Korban Sejak 2009
Baca juga: Akhirnya Polisi Jemput Paksa Anak Kyai di Jombang Pelaku Pelecehan, Saran Bareskrim
Baca juga: UPDATE Kasus Julianto Eka Putra, Motivator JE, Status Terdakwa Pelecehan Seksual tapi Belum Ditahan
Untuk 2016, sebanyak 11 anak mengalami pencabulan, di tahun 2017 terdapat 35 kasus, di mana dua anak mengalami trafficking atau pemindahan, penampungan, dengan ancaman atau pemaksaan dan penculikan.
Satu kasus pemerkosaan, dua kasus kekerasan, 13 kasus pencabulan, dua kasus pelecehan, empat kasus penelantaran anak, dan 11 kasus anak sebagai pelaku.
"Kalau di 2022 sampai bulan Juli ini sudah ada 16 kasus, yakni enam kasus pencabulan, enam kasus pelecehan, satu kasus kekerasan psikis, dan dua kasus penelantaran anak," imbuhnya.
Aisyah menjelaskan, faktor ekonomi mendominasi terjadi beberapa kasus diatas, dan permasalahan antara suami dan istri juga sering menjadi pemicu.
Misal pada kasus pemerkosaan, pencabulan yang melibatkan ayah tiri sebagai pelaku, biasanya si ibu sering keluar atau jarang berada di rumah, peluang inilah yang dimanfaatkan si pelaku untuk menyalurkan hasratnya.
"Seringnya si ibu dan ayah tiri bertengkar lalu si ayah seperti membalaskan dendam ke si anak. Dan si korban ini diancam, jadi serba salah, setelah lama baru dia berani mengungkapkan," jelasnya.
Selain pengawasan, ia juga mengimbau pada orang tua khususnya yang memiliki anak perempuan untuk memberikan pengetahuan pada si anak terkait menjaga tubuhnya dan langkah apabila ada ciri-ciri ingin di cabuli.
Aisyah mengungkap bahwa pencegahan terhadap terjadinya kekerasan perempuan dan bisa dilakukan sejak dini melalui keluarga.
Baca juga: Siapa Julianto Eka Putra? Ini Sosok Motivator JE, Terdakwa Kasus Pelecehan Seksual yang Jadi Sorotan
"Tingginya kasus ini harusnya bisa di antisipasi dari peran keluarga dulu, dari ibu dan bapaknya, harusnya bisa memberikan perlindungan, dan pengajaran," ujarnya. (*)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.