Piala Dunia
Jadi Tim Unggulan di Piala Dunia 2022 Qatar, Inilah Asal-usul Julukan Tim Samba bagi Timnas Brasil
Jadi tim unggulan di Piala Dunia 2022 Qatar, inilah asal-usul julukan tim Samba bagi timnas Brasil yang tak banyak orang ketahui.
Sejarah Julukan Tim Samba bagi Brasil Awal mula penggunaan kata "Samba" untuk menjuluki timnas Brasil bisa ditelurusi pada pertandingan final Piala Dunia 1958 di Swedia, di mana Brasil sukses meraih gelar juara dunia untuk pertama kali.
Ketika berlaga di Piala Dunia 1958, timnas Brasil yang dilatih oleh Vicente Feola dihuni oleh pemain-pemain hebat macam Didi, Mario Zagallo, Nilton Santos, dan sederet talenta muda seperti Vava (berusia 24 tahun saat kejuaraan), Garrincha (24), serta Pele yang saat itu baru berusia 17 tahun.
Brasil tampil impresif sejak babak penyisihan grup dengan membukukan dua kemenangan dan sekali hasil imbang.
Mereka pun tampil sebagai juara Grup 4, di atas Uni Soviet dan Inggris.
Brasil melanjutkan keperkasaan mereka dengan mengalahkan Wales 1-0 (perempat final) dan Perancis 5-2 (semifinal).
Garrincha dkk kemudian bersua Swedia pada partai puncak.
Laga final Piala Dunia 1958 yang mempertemukan tuan rumah Swedia dengan Brasil digelar di Stadion Rasunda, Stockholm, pada 29 Juni 1958 dan dihadiri oleh hampir 50.000 penonton.
Baca juga: LAWAN BERAT Timnas Jerman di Penyisihan Grup E Piala Dunia 2022, Bentrok Sama Kekuatan Asia: Jepang
Menghadapi Swedia yang berstatus sebagai tuan rumah, jelas Brasil kalah dukungan.
Namun, pendukung mereka tak kehilangan akal dalam mendukung perjuangan para pemain di lapangan.
Agar tak kalah suara dari fans tuan rumah, para pendukung timnas Brasil lantas menari samba sambil berteriak "Samba! Samba!" untuk membakar semangat para pemain.
Sementara itu, para pemain Brasil tampil menggila di atas lapangan. Sang tuan rumah Swedia berhasil mereka kalahkan dengan skor 5-2.
Vava dan Pele sama-sama memborong dua gol, sementara satu gol lagi disumbangkan oleh Mario Zagallo.
Adapun, Swedia cuma bisa mencetak dua gol melalui Nils Liedholm dan Tore Simonsson. Brasil pun tampil sebagai juara Piala Dunia 1958.
Sepekan setelah Brasil menjuarai Piala Dunia 1958, jurnalis John Mulliken menulis sebuah artikel berjudul "The Samba No One Could Match" yang ditebitkan oleh majalah Sports Illustrated.
Dalam artikel tersebut, Mulliken menggambarkan permainan Brasil pada laga final kontra Swedia dengan dua kata yaitu "artistik" dan "memesona".